Liputan6.com, Jakarta Langkah Kementerian Perdagangan (Kemendag) meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi dengan Argentina dan Mercosur dinilai tepat. Ini karena Argentina merupakan hub atau pintu penting di Amerika Selatan setelah Brazil.
Penjajakan counter trade dengan pola barter juga diyakini mendongkrak neraca perdagangan.
Advertisement
“Berdasarkan kajian yang pernah LPEM UI lakukan, pemetaan non-tradisional partner untuk wilayah Amerika Latin selain Brazil itu ada Chili, Peru, dan Argentina. Jadi saya rasa itu sudah ya,” ujar Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal seperti mengutip Antara di Jakarta, Selasa (14/5/2019).
Menurut Fithra, perang dagang yang masih terjadi membuat Indonesia harus segera mencari negara tujuan ekspor non-tradisional.
Upaya penguatan pasar ekspor nontradisional ini sangat penting sebagai antisipasi dari masih tingginya tensi perang dagang yang terjadi di negara maju.
Selain itu, rencana melakukan barter produk antara lain karet dan minyak sawit untuk memperkuat neraca perdagangan dengan Argentina juga merupakan langkah baik.
Menurut dia, dua komoditas tersebut saat ini tidak hanya terpukul oleh perang dagang, namun juga pengenaan nontariff measure yang makin gencar diberlakukan negara tujuan ekspor tradisional.
Saat ini Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sedang melakukan kunjungan kerja ke Argentina dan Chili untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dengan negara-negara Amerika Selatan.
Kunjungan ini dibutuhkan sebagai upaya diversifikasi pasar ekspor seiring dengan kinerja perdagangan internasional yang diproyeksikan masih terdampak oleh perang dagang
Kerja sama ekonomi Indonesia dengan Argentina juga memiliki nilai geostrategis karena keduanya bisa mempunyai akses untuk memasarkan produk masing-masing di kawasann Asia Tenggara maupun Amerika Selatan.
Dalam kesempatan ini, Indonesia menawarkan kerja sama perdagangan dengan Argentina melalui pola counter trade untuk menekan defisit neraca perdagangan yang tercatat USD 1,2 miliar pada 2018.
Penyeimbang Neraca Perdagangan
Melalui pola barter ini, Indonesia menawarkan produk unggulan kepada Argentina, seperti karet, CPO, suku cadang otomotif hingga pesawat CN 235. Diharapkan skema perdagangan tersebut bisa menyeimbangkan neraca perdagangan.
Dalam kunjungan ke tersebut, Menteri Enggar bertemu dengan Menteri Luar Negeri dan Kepercayaan Argentina, Jorge Marcelo Fauire, yang berlangsung di Kantor Kementerian Luar Negeri dan Kepercayaan Argentina di Buenos Aires pada Senin (13/5) waktu setempat.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, pada 2018 lalu total perdagangan kedua negara mencapai USD 1,67 miliar.
Dari total perdagangan tersebut, Indonesia membukukan defisit perdagangan hingga USD 1,2 miliar. Angka defisit ini melonjak dibandingkan defisit pada 2017 yang sebesar USD 891,22 juta.
Advertisement