Jakarta PSS Sleman cukup lama terpuruk di kasta kedua sepak bola Indonesia. Klub berjulukan Elang Jawa ini membutuhkan waktu 11 tahun untuk kembali berkompetisi di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Mulai musim ini, tim berjulukan Elang Jawa itu berstatus klub elite bersama 17 tim lainnya yang bakal bertarung di Shopee Liga 1 2019.
Baca Juga
Advertisement
PSS Sleman lolos ke Liga 1 2019 dengan meyakinkan dengan merebut gelar juara Liga 2. Rangga Muslim dan kawan-kawan menatap musim baru dengan keyakinan tinggi.
Sejumlah pemain kenyang pengalaman didatangkan. PSS merekrut Jajang Sukmara dari Persib Bandung dan Mohamad Sidik Saimima dari Perseru Serui.
Empat legiun impor anyar juga digaet. Alfonso de la Cruz (Spanyol), Brian Ferreira (Argentina), Yevhen Bokhasvili (Ukraina), dan Guilherme Felipe de Castro (Brasil) akan memberi warna baru di PSS. Keempat pemain asing itu merupakan nama baru di sepak bola Indonesia.
Untuk Liga 1 2019, PSS didapuk membuka kompetisi dengan menjamu Arema FC pada Rabu (15/5/2019). Pertandingan tersebut bakal digelar di Stadion Maguwoharjo, Sleman.
Berikut Bola.com merangkum tiga fakta menarik mengenai PSS Sleman:
Stadion Mengagumkan
Stadion Maguwoharjo yang menjadi kandang PSS Sleman memiliki daya magis tersendiri. Didirikan pada tahun 2005, Maguwoharjo memiliki bangunan seperti markas duo Milan, yaitu Giuseppe Meazza.
Stadion ini dibangun nyaris menyerupai markas Inter maupun AC Milan dengan bentuknya yang persegi, dengan ciri khas bangunan spiral di setiap sudut stadion. Stadion Maguwoharjo memiliki kapasitas lebih dari 30 ribu penonton.
Stadion ini menjadi pelopor stadion modern di Indonesia dari segi bentuk bangunan. Terutama posisi tribune yang dekat dengan lapangan yang tak ada lintasan lari yang menjadikan Maguwoharjo layaknya markas tim-tim di Eropa.
Maguwoharjo juga dilengkapi dengan jenis rumput zoysia matrelia linmer. Kemudian daya penerangan mencapai 1.200 luks (144 buah), serta papan skor elektronik. Untuk infrastruktur, PSS sudah aman di Liga 1.
Advertisement
Suporter Loyal
PSS Sleman memiliki suporter yang sangat loyal, yakni Slemania dan Brigata Curva Sud. Mereka seperti nyawa bagi Elang Jawa, baik dalam laga kandang maupun tandang.
Slemania menjasi basis suporter terbesar PSS Sleman sejak awal tahun 2000. Kini, ada BCS yang membuat dukungan untuk tim semakin besar.
BCS awalnya dibentuk oleh lima komunitas suporter PSS pada 2010, dengan mengadopsi kultur suporter Italia. Nama BCS berasal dari bahasa Italia. Artinya, brigade tribune selatan.
Penggunaan bahasa itu terinspirasi ideologi ultras Italia yang terbiasa meneriakkan yel-yel, menyanyi, membuat koreografi, hingga atraksi teatrikal sepanjang pertandingan.
Istilah-istilah dunia suporter Italia begitu kental pada BCS ketika bernyanyi atau meneriakkan yel-yel, seperti Vinci per noi, Siamo noi, hingga Bianco Verde, dan Ale.
Pada Februari 2017, BCS dinobatkan sebagai suporter ultras terbaik di Asia oleh sebuah situs digital pecinta sepak bola dunia. BCS berhasil menyisihkan empat suporter lainnya dari Jepang (Urawa Boys), Korea Selatan (Frente Tricolor), Malaysia (Boys of Straits), dan India (Bangal Brigade).
BCS dikenal memiliki semboyan No Leader Just Together. Meski tak ada pemimpin, bukan berarti tak ada aturan.
BCS menerapkan aturan ketat bagi anggotanya. Dari wajib bersepatu, beratribut serba hitam, dilarang meniup terompet, sampai harus berdiri sepanjang pertandingan. Suporter BCS juga wajib membeli tiket pertandingan.
CEO Baru
PSS punya Chief Executive Officer (CEO) baru, yaitu Viola Kurniawati, wanita yang pernah menjadi Media Officer Persija Jakarta, Departemen Kompetisi PSSI hingga Executive Assistant & Legal Manager PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator Liga 1.
Viola menggantikan figur Soekono, yang mengundurkan diri lantaran suatu sebab. Viola dianggap sebagai sosok yang paling layak untuk menjabat CEO PSS.
"Betul, saya sudah tidak lagi menjabat CEO PSS. Beliau (Viola Kurniawati) yang menggantikan posisi saya. Alasannya karena beliau lebih tahu soal sepak bola. Biarlah, saya mundur dan duduk di jajaran komisaris PT untuk mengawasi kinerjanya," imbuh Soekono.
Advertisement