PLTA Lamajan, Peninggalan Belanda yang Masih Beroperasi

PLTA Lamajan ini ditopang oleh tiga unit pembangkit yang berkapasitas total 19,56 Mega Watt (MW).

oleh Ayu Lestari Wahyu Puranidhi diperbarui 15 Mei 2019, 16:00 WIB
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lamajan di Pengalengan, Bandung. Liputan6.com/Ayu

Liputan6.com, Jakarta Mungkin masih sedikit orang yang mengetahui tentang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lamajan. Ternyata, PLTA ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda yaitu tepatnya pada 1924, dan mulai beroperasi tahun 1925 hingga sekarang.

Liputan6.com bersama rekan media lainnya berkesempatan untuk melihat PLTA yang berada di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Selasa (14/5/2019).

Untuk mencapai ke ruang di mana pembangkit dan turbin berada ternyata tidaklah mudah. Para rombongan dan pekerja yang ada di sana harus turun menggunakan lori sederhana yang sudah ada sejak zaman Belanda dengan jalur yang cukup curam.

Namun sayangnya, lori ini tidak dapat beroperasi setiap hari mengingat sudah tua usia lori tersebut. Untuk itu para pekerja harus menuruni anak tangga yang berjumlah kurang lebih 500 buah yang berada di samping jalur lori.

“Memang harus jalan kaki untuk sampai ke bawah, kami semua memang sudah terbiasa untuk itu," kata Saiful Anwar, Operator Senior PLTA Lamajan, Bandung. 

PLTA Lamajan ini ditopang oleh tiga unit pembangkit yang berkapasitas total 19,56 Mega Watt (MW). Unit 1 dan 2 dibangun pada tahun 1924, sedangkan unit 3 pada tahun 1933 dan mulai beroperasi tahun 1934.

Meskipun PLTA ini telah beroperasi selama 94 tahun, namun salah satu Sub Unit Pembangkit UP Saguling ini baru sekali mengalami renovasi yaitu pada tahun 1995. Namun ini bukan perbaikan yang besar melainkan hanya penambahan kapasitas pada unitnya saja.

"Pernah direnovasi tahun 1993, tapi itu cuma penambahan kapasitas saja tapi semua termasuk mesinnya masih original Belanda," kata Darar Almas salah satu operator PLTA Lamajan.

 


Sistem Kerja

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lamajan di Pengalengan, Bandung. Liputan6.com/Ayu

Dalam PLTA ini ada dua buah pipa pesat sebagai penghubung antara Kolam Tando Harian (KTH) dengan power house yang berisikan tiga buah unit turbin dengan daya terpasang mencapai 7,25 MW. Air yang berada di PLTA Lamajan ini berasal dari air olahan PLTA Pengalengan.

“Jadi air olahan dari PLTA Pengalengan itu ditampung di KTH yang ada di atas, lalu air itu dialirkan ke sini melalui pipa pesat,” jelasnya.

Almas menambahkan energi yang dihasilkan oleh air yang mengalir dari atas ini nantinya akan digunakan untuk memutarkan mesin turbin yang ada di power house hingga akhirnya menjadi energi listrik yang dapat di gunakan.

 


7 Subunit Pembangkit

Sebagai tambahan informasi, Unit Pembangkitan Saguling atau biasa disingkat UP Saguling memiliki Sub Unit Pembangkit yang terletak di Kabupaten Bandung Barat.

Adapun total kapasitas terpasang mencapai 797,36 MW dengan ditopang tujuh Sub Unit Pembangkit, sedangkan untuk kapasitas Unit PLTA Saguling sendiri berkapasitas 700,72 MW.

Tujuh Sub Unit itu antara lain, Sub Unit PLTA Bengkok dan Dago di Kabupaten Bandung, Sub Unit PLTA Plengan di Kabupaten Bandung, Sub Unit PLTA Lamajan di Kabupaten Bandung, Sub Unit PLTA Cikalong di Kabupaten Bandung, Sub Unit PLTA Ubrug di Kabupaten Bandung, Sub Unit PLTA Karacak di Kabupaten Bogor, Sub Unit PLTA Parakan Kondang di Kabupaten Sumedang.

General Manager UP Saguling Rudiansyah mengatakan engergi yang dihasilkan UP Sagulin ini dapat mengcover seluruh pasokan listrik yang kosong akibat dari Black Out.“Unit pembangkit ini siap untuk mengcover pasokan listrik saat Black Out,” jelasnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya