Kepala BNN: 90 Persen Operator Narkotika Ada di Lapas

Heru menilai, kerja sama antara BNN dengan Ditjen Pas belum dibarengi dengan tindakan nyata.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 15 Mei 2019, 19:26 WIB
Kepala BNN Irjen Heru Winarko memberikan keterangan pada acara rilis akhir tahun 2018 BNN di gedung BNN, Jakarta, Kamis (20/12). Sepanjang 2018, BNN telah mengidentifikasi dan mengungkap sebanyak 83 jaringan sindikat narkoba. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Heru Winarko menilai, Direktorat Jendral Pemasyarakatan (Ditjen Pas) lemah mengawasi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Pasalnya, hingga detik ini, mayoritas operator narkotika berasal dari jaringan Lapas.

Menurut Heru, Lapas masih menjadi tempat yang "nyaman" bagi semua operator narkotika. Karena itu, ia menilai butuh perbaikan sistem untuk mengatasi masalah tersebut.

"Lapas kita memang memprihatinkan. Saya bisa nyatakan lebih 90 persen operator narkotika berasal dari Lapas," ujar Heru dalam keterangan tertulis, Jakarta, Rabu (15/5/2019).

Menurut Heru, kurangnya pengawasan membuat hampir tidak ada Lapas yang bersih dari jaringan narkoba. Selama ada napi yang merupakan bandar atau pengedar, rata-rata masih mengoperasikan bisnisnya meski berada di sel.

"Semua lapas yang ada napi narkobanya terutama bandar, masih beroperasi. Termasuk ya yang kemarin pengungkapan 200 kilogram sabu yang dikendalikan dari Lapas Cirebon," tuturnya.

Heru mengatakan, selama ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan Ditjen Pas untuk memberantas jaringan narkotika di Lapas. Namun kerja sama itu tampaknya tak dibarengi dengan tindakan nyata.

"Ini juga menjadi atensi kita dengan Dirjen Pas. Karena kita butuh kerja sama semua pihak untuk menerapkan sistem yang bersih dari narkotika sangat dibutuhkan," ujar mantan Deputi Penindakan KPK itu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Tak Ada Evaluasi

Seorang narapidana berinisial F tertangkap tangan menyimpan narkoba jenis sabu di dalam Lembaga Pemasyaraatan Kelas IIB Bangkinang...

Sementara itu, pengamat kebijakan publik, Trubus Rahardiansyah menilai, banyaknya peredaran narkotika di dalam Lapas membuktikan bahwa upaya revitalisasi yang dijanjikan Dirjen Pas Sri Puguh Utami hanya jargon belaka.

"Upaya revitalisasi itu cuma jargon belaka. Semua kejadian yang terjadi belakangan ini, tak pernah ada evaluasi," kata Trubus.

Meski laporan itu sudah dihembuskan BNN sejak beberapa waktu lalu, Trubus mengatakan, tidak ada upaya untuk memberikan pengawasan lebih terhadap narapidana yang menjadi pengendali. Padahal, jika pengawasan diperketat, maka narkoba tidak akan bisa masuk ke dalam Lapas.

"Lihat saja sampai saat ini, meski sudah berapa kali ada penangkapan, tak ada upaya dari Dirjen Pas," ungkapnya.

Ditambahkan Trubus, selain masalah narkoba, ia juga menyoroti sejumlah kebobrokan di Lapas akhir-akhir ini. Seperti kasus suap di Lapas Sukamiskin, terlihatnya Setya Novanto makan di restoran Padang sekitar RSPAD, dan penganiayaan tahanan di Nusakambangan.

"Meskinya dari banyaknya masalah, ini harus menjadi catatan Menkum HAM Yasonna Laoly untuk segera mengambil sikap dengan mengganti Dirjen Pas," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya