Jurus Pertamina Genjot Produksi Petrokimia

Pertamina tingkatkan produki petrokimiannya sebesar 6 ribu Kilotonnes Per Annum dari proyek modernisasi dan pembangunan kilang

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 16 Mei 2019, 13:25 WIB
Manager Production RU II Pertamina Sei Pakning Nirwansyah dan Health, Security & Safety Environment (HSSE) Officer Azhari meninjau area kilang RU II Sei Pakning, Bengkalis, Riau, Selasa (17/10). (Liputan6.com/Yulia)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) akan meningkatkan produki petrokimiannya sebesar 6 ribu Kilotonnes Per Annum (KTPA), dari proyek modernisasi dan pembangunan kilang Pertamina atau dikenal dengan Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR).

Direktur Megaproyek Pengolahan & Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan, Pertamina menjadikan RDMP dan GRR sebagai dua fokus inisiatif strategis, dalam rangka menuju perusahaan migas kelas dunia. Program mega proyek tersebut, akan meningkatkan kapasitas kilang hingga dua kali lipat dari saat ini 1 juta barel per hari menjadi 2 juta barel per hari.

"Sebagai agen utama pengembangan energi nasional di Indonesia, Pertamina bertujuan menjadi perusahaan migas kelas dunia pada tahun 2025. Untuk mencapai standar kelas dunia ini, Pertamina akan meningkatkan kapasitas kilang melalui pembangunan 4 RDMP dan 2 GRR serta sekaligus mengintegrasikannya ke dalam pabrik petrokimia untuk mengembangkan bisnis baru dengan dukungan sumber daya manusia handal," kata Tallulembang, di Jakarta, Kamis (16/5/2019).

 

Tallulembang mengungkapkan, program RDMP dan GRR, akan meningkatkan kemampuan pengolahan crude dari sweet crude menjadi sour crude dengan kandungan sulfur sekitar 2 persen. Selain itu, peningkatan Yield of Valuable menjadi sekitar 95 persen dari sebelumnya 75 persen.

Kilang Pertamina ini nantinya akan menghasilkan produk BBM yang ramah lingkungan stanar Euro5 serta akan menghasilkan produk Petrochemical berkisar 6.600 Kilotonnes Per Annum (KTPA) dari sebelumnya sebesar 600 KTPA, sehingga bisa mengurangi impor produk petrokimia secara signifikan.

"Dengan hadirnya kedua proyek besar ini, diharapkan bisa meningkatkan produksi minyak sehingga 100 persen, memenuhi kebutuhan energi nasional serta mendukung pertumbuhan industri petrokimia dan memperkuat bisnis hilir Pertamina," tuturnya.

Pertamina terus berupaya meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) karena proyek yang dijalankan memiliki kebutuhan material dan jasa dengan standar yang tinggi, untuk megaproyek yang saat ini sedang dijalankan Pertamina. "Karena itu, Pertamina juga membutuhkan produsen manufaktur dalam negeri, agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam berbagai aspek, seperti spesifikasi produk, ketepatan waktu hingga harga," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pertamina Permudah Masyarakat Dapat LPG 3 Kg Saat Ramadan dan Lebaran

Pekerja mereproduksi tabung gas elpiji 3 kg di Depot LPG Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (29/1). Pemerintah dan Badan Anggaran DPR menyepakati kenaikan anggaran subsidi energi Rp 4,1 triliun di tahun 2019 menjadi Rp 160 triliun. (Liputan6.com/Johan Tallo)

 PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region III telah menyiagakan 120 Pangkalan LPG PSO (Public Service Obligation/Subsidi) 3 kilogram (Kg) yang beroperasi 24 jam, dari total 432 Pangkalan LPG di wilayah Kabupaten Purwakarta.

Seluruh Pangkalan LPG Pertamina menerapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) di berdasarkan SK Bupati setempat sebesar Rp 16.500 per tabung. Data tersebut termasuk 25 SPBU yang juga ditunjuk sebagai Pangkalan LPG.

 

Unit Manager Communication & CSR MOR III Dewi Sri Utami menjelaskan, sejak memasuki masa Satuan Tugas (Satgas) Ramadan dan Idul Fitri (RAFI) 2019, rantai distribusi LPG resmi Pertamina yakni agen dan pangkalan telah disiagakan sejak hari pertama bulan Ramadhan.

"Kami memprediksi pada dua minggu pertama bulan puasa, dan menjelang Lebaran, konsumsi LPG khususnya 3 Kg naik seiring dengan meningkatnya aktivitas memasak masyarakat. Bahkan di awal Mei, konsumsi harian di Purwasuka meningkat hingga mencapai 9 persen. Untuk menjaga pelayanan kepada masyarakat di bulan suci ini, kami telah menyiapkan pangkalan siaga yang tetap beroperasi agar masyarakat mudah mendapatkan LPG, khususnya area Purwakarta, Subang dan Karawang (Purwasuka)," ujarnya.

Dewi menghimbau kepada masyarakat agar membeli LPG Kg di Agen dan Pangkalan sehingga bisa mendapatkan harga sesuai HET di wilayah setempat.


Ikuti Formula Pemerintah, Pertamina Klaim Jual Avtur Paling Murah

Pertamina prediksi kenaikan penyaluran avtur sekitar empat persen pada musim haji 2018 (Foto:Dok Pertamina)

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengklaim, sudah mengikuti formula harga avtur yang ditetapkan pemerintah. Sebab itu, harga avtur yang dijualnya di Bandara Soekarno Hatta paling murah‎.

Nicke mengatakan, Pertamina telah memperbarui harga avtur setiap dua minggu, dengan mengacu formula pembentukan harga yang sudah ditetapkan pemerintah berdasarkan patokan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP).

"‎setiap dua minggu kami udpate,harga avtur juga kami tetapkan dengan formula disesuaikan dengan ICP," kata Nicke, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (14/5/2019).

Nicke menuturkan, dalam tiga bulan terakhir ICP menurun, harga avtur pun merefleksikan kondisi tersebut. Bahkan dia mengklaim harga avtur termurah di Bandara Soekarno Hatta.

"Kalau lihat trennya 3 bulan terakhir di 2018, itu ICP turun ya,‎" ujar dia.

Nicke membantah kabar jika ada kabar harga avtur Pertamina masih tergolong mahal, dia menyatakan harga avtur yang dijualnya termasuk yang paling murah."Itu enggak benar. avtur kita di Cengkareng itu yang termurah," tegasnya.

Nicke melanjutkan, Pertamina sudah berkontrak dengan maskapai Garuda Indonesia untuk memasok avturnya agar bisa menjual dengan harga murah. Pertamina melakukan kesepakatan langsung dengan produsen.

"‎Semua avtur untuk Garuda kami juga yang sediakan, artinya kami langsung deal dengan penghasil avtur di sana, kami bisa langsung bandingkan. Jadi harga avtur kita kompetitif," tandasnya.


Bos Pertamina Klaim Sudah Tidak Impor Solar dan Avtur

(Istimewa)

PT Pertamina (Persero) sudah tidak mengimpor avtur dan solar, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini merupakan hasil dari optimalisasi pengoperasian kilang.

Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina sudah sejak April 2019 tidak mengimpor avtur. Kebutuhan avtur dalam negeri sudah dapat dipenuhi kilang Cilacap‎.

"Mulai April kita sudah nggak lagi impor avtur, selama ini setiap tahun rata-rata antara 8-10 juta impor, dengan kita optimalkan kilang," kata Nicke, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (14/5/2019).

Nicke melanjutkan, selain sudah tidak mengimpor avtur Pertamina juga sudah tidak mengimpor solar sejak Mei 2019. Hal ini merupakan dampak dari pelaksanaan program campuran 20 persen biodiesel dengan solar (B20) dan mengoptimalkan pengoperasian kilang Plaju.

"Solar mulai Mei kita juga sudah nggak perlu lagi impor, selama ini impor berkisar 12-15 juta barel, nah jadi ini kita per Mei," tuturnya.

Menurut Nicke, secara bertahap Pertamina akan mengurangi i‎mpor produk BBM, dengan mengoptimalkan masing-masing kilang dalam memproduksi produk BBM. Saat ini Pertamina sedang melaksanakan program peremajaan kilang dan pembangunan kilang baru.

"Bertahap nanti kita coba optimalkan volume maupun jenis produk untuk masing-masing kilang mana yang kemudian kita bisa mandiri sehingga nanti nggak perlu impor. kita coba amankan yang demandnya cukup tinggi," tandasnya.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya