Liputan6.com, Jakarta - Sampah terbentang sampai berhektare-hektare jauhnya. Teronggok dibiarkan membusuk, hingga sedikit sekali yang bisa diolah kembali. Itulah fenomena yang menyesaki kalbu founder Hunger Bank, Falencia Naoenz dan Imam Assovie, saat mengunjungi Tempat Pembuangan Sampah Akhir Sarimukti di Jawa Barat pada Januari 2016.
"Dari percakapan dengan warga sekitar, mereka mengatakan bahwa sampah makanan jumlahnya sangat tinggi dan jadi mubazir karena tidak bisa diolah, cepat busuk, dan menimbulkan banyak penyakit," cerita Falencia lewat pesan singkat pada Liputan6.com, Rabu, 15 Mei 2019.
Fenomena ini dinilai ironis oleh Falencia, mengingat jutaan orang di Indonesia masih mengais sampah hanya untuk mencari makanan yang layak. Di Indonesia, sambungnya, sampah makanan mencapai 315 kilogram per orang setiap tahun.
"Dari situ, kami sepakat membuat organisasi yang menyalurkan kelebihan makanan ke orang-orang berkekurangan. Tujuan kami ada dua, yaitu mengurangi jumlah sampah makanan dan membantu mengentaskan kelaparan di Indonesia," katanya.
Baca Juga
Advertisement
Setelah diskusi, Hunger Bank lahir pada Maret 2016 untuk mengampanyekan zero waste, mengajak masyarakat untuk lebih menghargai makanan, menghindari membuang-buang makanan, dan jika ada makanan berlebih, alangkah baiknya disumbangkan ke orang-orang yang masih membutuhkan.
Bermula di Bandung, Hunger Bank lalu berdiri di Jakarta sejak 2017. "Lalu, banyak orang yang menghubungi kami untuk memulai inisiatif Hunger Bank di kota mereka masing-masing. Kami pun menunjuk koordinator lokal di berbagai kota seperti Palembang, Yogyakarta, Malang, Bogor, Jambi, dan lain-lain," tutur Falencia.
Ia menegaskan, Hunger Bank sebenarnya bukan sebuah organisasi, namun gerakan mengurangi sampah makanan, di mana semua orang bisa berpartisipasi secara bebas tanpa harus berkomitmen dalam jangka waktu tertentu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cara Menyumbangkan Makanan Lewat Hunger Bank
Bisasanya, sumbangan makanan bisa dilakukan dengan menghubungi Hunger Bank beberapa hari sebelum acara. Misal, pernikahan, seminar, dan acara kampus. "Supaya pihak Hunger Bank bisa bersiap-siap," tutur Falencia.
Lalu, penyumbang makanan berlebih diminta memberi informasi berapa porsi makanan yang hendak disumbangkan setelah acara selesai. Kemudian, pihak Hunger Bank akan menjemput makanan tersebut. "Setelahnya, Hunger Bank akan mengolah makanan tersebut jika diperlukan, lalu membagi ke orang-orang yang membutuhkan," tambah Falencia.
Ia menjabarkan, makanan terbagi jadi dua jenis, yaitu yang siap dibagikan dan perlu pengolahan, misal dari makanan prasmanan. Sebagai catatan, Hunger Bank hanya menerima makanan yang masih layak makan, maksimal delapan jam setelah dimasak dan enam jam setelah dihidangkan, serta halal.
"Jika jumlah sumbangan di bawah 20 porsi, kami mendorong para donor untuk membagikannya ke orang-orang sekitar seperti satpam dan cleaning service. Rata-rata jumlah makanannya adalah 25 porsi yang disumbangkan. Kalau acara pernikahan bisa lebih banyak, hingga 30-40 porsi," jelas Falencia.
Soal target distribusi, Hunger Bank menyasar orang-orang yang sudah bekerja, tapi belum mendapatkan penghidupan layak seperti pemulung, tunawisma, dan pasukan oranye. Mereka menghindari membagikan makanan ke pengemis dan pengamen.
Advertisement
Tak Hanya Menyumbangkan Makanan Berlebih
Setelah jalan dari ide awal, Hunger Bank mulai melebarkan kegiatan operasional supaya bisa menyelesaikan sampah makanan dari akar masalah, yaitu gaya hidup masyarakat dan mindset supaya tidak buang-buang makanan.
"Kami mengusahakan upaya preventif dalam bentuk pendidikan dan edukasi," tutur Falencia. Hal ini dilakukan dengan datang ke sekolah dan universitas untuk mengajarkan tentang food waste dan pentingnya memelihara gaya hidup zero waste, serta cara-cara mengurangi sampah makanan.
"Kami juga menjalankan kampanye di media sosial. Sama seperti sampah plastik, kami percaya bahwa sampah makanan adalah permasalahan yang harus dihadapi dan diselesaikan bersama-sama. Setiap orang punya andil untuk mengurangi sampah makanan," tuturnya.
Saat ini, pihak Hunger Bank sedang bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan aplikasi food sharing yang bisa digunakan se-Indonesia sehingga dampaknya terasa dalam jangka panjang.