Busana Muslim dan Makanan Paling Diburu Saat Ramadan

Sektor IKM yang tumbuh signifikan saat Ramadan yaitu makanan dan minuman serta pakaian.

oleh Septian Deny diperbarui 17 Mei 2019, 06:00 WIB
Pengunjung memilih busana muslim di skybridge Tanah Abang, Jakarta, Rabu (8/5/2019). Hari ketiga puasa bulan Ramadan, Warga Jakarta dan penyangga sekitarnya sudah mulai berbelanja pakaian muslim dengan harga yang murah untuk kebutuhan sendiri atau untuk dijual kembali. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Momen Ramadan diprediksi mendorong penjualan pakaian khususnya busana muslim naik hingga 300 persen. Ini tentu menjadi kabar baik bagi pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di sektor tekstil dan pakaian jadi.

Direktur Jenderal IKM dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Gati Wibawaningsih mengatakan, sektor IKM yang tumbuh signifikan saat Ramadan yaitu makanan dan minuman serta pakaian.

"Yang tumbuh signifikasi pertama, makanan. Kedua, pakaian," ujar dia di Kantor Kemenperin, Selasa (14/5/2019).

Khusus untuk pakaian, lanjut dia, pertumbuhan penjualannya bahkan bisa meningkat hingga 300 persen atau tiga kali lipat dibandingkan normal. Hal ini jika dilihat dari penjualan masing-masing IKM.

"Pakaian bisa naik 300 persen, penjualannya naik 3 kali lipat penjualannya. Itu untuk per individu ya, masing-masing IKM. Tapi secara total kenaikannya naik 18 persen-20 persen untuk Ramadan," kata dia. 

Gati juga menyatakan, daya beli masyarakat pada Ramadan 2019 juga membaik. Hal tersebut diharapkan bisa berdampak baik bagi sektor industri pakaian dalam negeri.

‎"Baju muslim yang kita pikir karena daya belinya turun, ternyata naik. Di Inacraft kemarin ternyata yang banyak di beli itu baju, itu (penjualan) sampai naik 15 persen," tandas dia.

 


Penjualan Pakaian Bakal Melonjak Saat Ramadan

Pengunjung memilih busana muslim di skybridge Tanah Abang, Jakarta, Rabu (8/5/2019). Hari ketiga puasa bulan Ramadan, Warga Jakarta dan penyangga sekitarnya sudah mulai berbelanja pakaian muslim dengan harga yang murah untuk kebutuhan sendiri atau untuk dijual kembali. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebelumnya, Gati Wibawaningsih optimistis, penjualan pakaian akan meningkat jelang Ramadan. Peningkatan penjualan, kata dia, bahkan bisa mencapai ratusan persen.

"Di hari raya itu bisa puluhan kali lipat. Bisa 300 persen atau 400 persen bahkan," ujar Gati saat ditemui, di JCC, Jakarta, Rabu, 1 Mei 2019.

Hal ini, tentu disebabkan banyaknya masyarakat yang berbelanja pakaian menjelang Ramadan. Jumlah umat muslim yang besar tentu akan mendorong naiknya penjualan secara signifikan.

"Mau Lebaran pasti beli baju dong. Ada berapa ratus juta yang beli baju saat Lebaran," kata dia.

Selain itu, keadaan ekonomi global yang menunjukkan pemulihan, kata Gati, akan turut membantu peningkatan konsumsi masyarakat, termasuk jelang Lebaran.

Sebagai contoh dia mengatakan jika ekonomi dunia membaik, kegiatan perdagangan, seperti ekspor akan meningkat. Naiknya ekspor tentu akan memberikan dampak pada naiknya pendapatan masyarakat yang bekerja di sektor tersebut. 

"Begini, pasar dunia terbuka, produk Indonesia yang diekspor banyak. Yang kerja di produsen eksportir ini orang Indonesia. Kalau ekspor naik, income mereka naik. Kalau income mereka naik mereka pasti belanja. Tahun ini pasti meningkat, karena ekspor dunia itu," tandasnya. 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya