Rezeki Nomplok di Balik Pengosongan Lahan Jalur Kereta Api di Garut

Terlepas dari pro-kontra warga terkait reaktivasi jalur kereta api di Garut, namun ada berkah bagi pemulung besi bekas.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 18 Mei 2019, 05:00 WIB
Tumpukan besi bekas yang berhasil dikumpulkan para pengepul di area pembongkaran bangunan dalam proses reaktivasi kereta api di Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Proses pengosongan lahan program reaktivasi kereta api Cibatu-Garut Kota, Garut Jawa Barat, terus dikebut pemerintah.

Terlepas dari pro-kontra warga terkait reaktivasi jalur kereta api di Garut, namun ada berkah bagi pemulung besi bekas. Tumpukan besi bekas dengan jumlah fantasis dari bekas bangunan menjadi limpahan rezeki. Termasuk bagi warga yang nyambi menjadi pemulung dadakan besi bekas di lokasi pembongkaran.

Jamaluddin (45), warga jalan Gang Mawar, Kelurahan Pakuwon, Garut Kota, menyusun sejumlah rencana kerja bersama dengan warga lain untuk memungut besi bekas. Ada yang bertugas memotong, memecahkan kontruksi bangunan, hingga menjualnya.

"Nanti hasilnya dibagi rata. Lumayan buat beli baju lebaran," ujar dia sambil tersenyum.

Memungut besi bekas tidak semudah membalikan telapak tangan. Selain terbilang berat karena mengandalkan kekuatan fisik, juga mesti beradu cepat dengan warga lainnya yang berasal dari luar Pakuwon.

"Kalah dikit langsung diserobot," kata dia.

Namun perjuangan tak sia-sia. Sejak pertama kali turun, rata-rata ia mampu mengumpulkan besi bekas hingga 100 kilogram per hari. Dengan harga Rp3.000 per kilogram di tangan pengepul, ia sukses mengantongi Rp300 ribu setiap harinya.

"Namanya juga lagi puasa, kalau lagi cape pernah hanya 50 kilogram," kata dia.

Hal senada disampaikan Asep Kusmana, bersama lima rekannya, dalam satu hari ia mampu mengumpulkan besi bekas hingga 6 kuintal alias 600 kilogram.

Jumlah besi bekas itu ia peroleh sejak pukul 08.00 pagi turun hingga pukul 20.00, dengan kerja bergantian sesuai dengan tugas yang telah ditentukan. "Lumayan meskipun dibagi rata," kata dia.


Rezeki Nomplok

Nampak seorang warga tengah menyaksikan pembongkaran bangunan di lahan sekitar stasiun Garut Gita, dalam proses rekativasi kereta api yang tengah dilakukan pemerintah (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Dadang,50 tahun, salah satu pengumpul besi bekas di area penggusuran lahan reaktivasi kereta, mengaku puas dengan melimpahnya pasokan besi dalam waktu singkat, terlebih potensi roongsokan terbilang sulit selama Ramadan. "Kan jarang ada yang membangun bangunan," kata dia.

Sejak pembongkaran dimulai Jumat pekan lalu, rata-rata kendaraan colt diesel yang ia parkir di lokasi, mampu mengumpulkan besi bekas hingga 3 ton besi besi.

"Pernah juga sampai empat ton, tapi sekarang sudah mulai banyak yang masuk (pengepul)," kata dia.

Tidak ada seleksi ketat yang ia terapkan, seluruh bahan logam yang berhasil dikumpulkan pemulung, bisa bernilai rupiah. "Kalau seng kami hargai hanya Rp1000 per kilo, tapi kalau besi apapun jenisnya Rp3.000 per kilo," ujar dia.

Dadang menyatakan, keuntungan yang ia peroleh dari tumpukan besi bekas cukup menggiurkan, meskipun terbilang kecil, namun melimpahnya pasokan cukup mengatrol harga jual.

"Saya beli Rp3000 kemudian dijual ke pabrik Rp3.700 per kilogram, lumayan kang," kata dia sambil menyeka keringat yang turun di keningnya.

Melihat masih banyaknya potensi bangunan yang belum dibongkar, ia berencana terus mengikuti perkembangan reaktivasi kereta api.

"Saya dengar sekarang (pembongkaran) menuju ke arah timur sekitar Babakan Abid," kata dia.

Tak lupa ia menyelipkan terima kasih kepada PT Kereta Api yang telah kembali mengaktifkan kereta lawas di Garut.

"Saya sendiri sebagai warga Garut tentu bersyukur hingga akhirnya kereta api kembali melintasi Garut," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya