Liputan6.com, Belu Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) rencananya akan meresmikan Bendungan Rotiklot yang terletak di Kecamatan Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Senin (20/5/2019).
Salah satu tujuan utama pembangunan Bendungan Rotiklot yakni sebagai pengendali banjir yang kerap melanda Kabupaten Belu saat musim hujan.
"Pengendali banjir, karena setiap tahun banjir terus daerah hilir. Musim hujan di sini tuh (biasa terjadi) 3 bulan yang intensitasnya tinggi," ungkap Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bendungan Rotiklot Rufinus Mbani di Bendungan Rotiklot, Belu, NTT, Jumat (17/5/2019).
Baca Juga
Advertisement
Sebagai informasi, kehadiran Bendungan Rotiklot juga akan memberikan berbagai manfaat lain bagi masyarakat sekitar dan kegiatan di Pelabuhan Atapupu. Antara lain, memenuhi air baku sebesar 40 liter per detik dan suplai irigasi seluas 139 hektare (ha).
Pembangunan bendungan berkapasitas tampung 3,3 juta meter kubik ini dikerjakan oleh PT Nindya Karya (Persero) dan PT Universal Suryaprima lewat Kerja Sama Operasi (KSO) dengan dana APBN sebesar Rp 496 miliar.
Jelang peresmian yang akan dilakukan Jokowi pada Senin besok, Rufinus Mbani melanjutkan, pengerjaan Bendungan Rotiklot kini telah rampung sepenuhnya meski masih harus mengurusi proses sertifikasi lahan.
"Kalau fisik sudah 100 persen. Yang belum kita punyai itu sertifikat untuk lahan, masih dalam proses pengurusan," pungkas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
29 Bendungan Bakal Rampung Akhir 2019
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) target menyelesaikan pengerjaan 29 bendungan hingga akhir 2019.
Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono mengatakan, hingga 2018 sebanyak 55 dari 65 bendungansudah dalam tahap konstruksi. 14 bendungan di antaranya sudah rampung atau dalam tahap penyelesaian akhir konstruksi.
"Insya Allah tahun 2019 akan diselesaikan lagi sebanyak 15 bendungan. Sehingga sampai akhir 2019 akan selesai 29 bendungan. Tahun 2019 juga akan dimulai pembangunan 10 bendungan baru," ungkap dia sebuah keterangan tertulis, Kamis (21/3/2019).
Pada 2019, ada 15 bendungan yang ditargetkan selesai konstruksinya yakni Bendungan Gongseng, Karalloe, Tapin, Passeloreng, Bintang Bano, Way Sekampung, Ladongi, Napun Gete, Ciawi, Sukamahi, Karian, Keureuto, Gondang, Marangkayu, dan Kuningan.
Sementara 10 bendungan yang dimulai pembangunannya pada 2019 antara lain Bendungan Jenelata, Pelosika, Jragung, Digoel, Tiro, Mbay, Budong-Budong, Ameroro, Tiu Suntuk, dan Bulango Ulu.
Basuki menjelaskan, pembangunan bendungan tidak dapat selesai dalam waktu satu atau dua tahun, tapi membutuhkan waktu tiga sampai lima tahun. Sehingga sisa dari 65 bendungan yang dibangun akan selesai seluruhnya pada 2023.
Advertisement
Kebutuhan Pembiayaan Bendungan
Adapun kebutuhan pembiayaan untuk membangun 65 bendungan tersebut diperkirakan mencapai Rp 82,5 trliun yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Menurut Basuki, dari 7,2 juta hektare (ha) lahan irigasi yang ada di Indonesia, hanya 11 persen yang mendapatkan suplai air dari bendungan. Rampungnya 65 bendungan nanti akan menambah luas lahan pertanian yang mendapat suplai irigasi premium atau irigasi dari air bendungan menjadi 19-20 persen.
Di samping itu, 29 bendungan yang selesai juga akan memberikan suplai pada areal irigasi seluas 258.902 ha dengan total kapasitas tampung 2,15 miliar m3, mereduksi banjir 5.720 m3 per detik, suplai air baku 24,86 m3 per detik, dan potensi listrik 150 MW.
"Sesungguhnya potensi air di Indonesia besar, namun keberadaanya tidak sesuai dengan ruang dan waktu sehingga kita butuh tampungan-tampungan air. Dengan begitu pada saat musim hujan air ditampung untuk dimanfaatkan musim kemarau. Itulah gunanya bendungan untuk penampungan air," pungkasnya.