Misteri Batu Kaca Kuning Raja Tutankhamun, Tercipta dari Pecahan Meteorit?

Batu kaca berwarna kuning yang digunakan oleh Raja Tutankhamun, konon terbentuk dari sisa asteroid yang pernah menghantam Bumi.

oleh Afra Augesti diperbarui 17 Mei 2019, 19:05 WIB
Liontin kaca berwarna kuning yang dipakai oleh Raja Tutankhamun. (iStock)

Liputan6.com, Kairo - Sebuah batu kaca eksotis berwarna kuning yang ditemukan di kawasan gurun Afrika Utara, diklaim telah berhasil diidentifikasi oleh tim arkeolog. Konon, benda sakral ini terbentuk pada hampir 30 juta tahun lalu dan dimiliki oleh firaun yang memerintah kala itu.

Batu kaca gurun Libya adalah jenis batu kaca alami yang ditemukan di bagian timur gurun Sahara, Libya timur dan Mesir barat. Warna kuning yang langka digunakan secara dekoratif pada zaman Raja Tutankhamun berkuasa.

Tetapi, para ilmuwan menegaskan bahwa batu kaca tersebut telah ada sebelum digunakan oleh sang raja atau para bangsawan pada eranya.

Batu kaca aneh ini muncul di dunia sejak 29 juta tahun yang lalu, tetapi belum pernah diketahui dengan pasti tentang kekuatan yang membawa materi itu ke permukaan Bumi, meskipun dua hipotesis utama di kalangan para peneliti.

"Benda ini telah menjadi topik perdebatan sejak lama, terlebih isu mengenai pembentukan batu yang datang dari dampak meteorit atau selama meteor meledak di udara. Objek Dekat Bumi (NEO) tersebut meletus dan menyimpan energi di atmosfer Bumi," kata ahli geologi dan planet, Aaron Cavosie dari Curtin University Australia.

Menurut Cavosie, seperti dikutip dari Science Alert, Jumat (17/5/2019), pemodelan yang pernah dijalankan oleh ilmuwan sebelumnya menunjukkan, batu kaca gurun Libya bisa saja terbentuk dalam peristiwa ledakan asteroid di udara, seperti ledakan dramatis Chelyabinsk yang terjadi di Rusia pada 2013.


Terkandung Mineral Langka

Cangkir Firaun Tutankhamun ditampilkan dalam pameran di Grande Halle of La Villette, Paris, Prancis, Kamis (21/3). (AP Photo/Francois Mori)

Dalam sebuah studi baru, Cavosie memeriksa butiran kecil mineral zirkon (batu mineral dengan beberapa macam warna) yang tertanam dalam sampel batu kaca gurun Libya.

Analisis lanjutan menguak jejak dari mineral lain yang disebut reidite (mineral yang sangat langka, dibuat ketika zirkon mengalami tekanan dan suhu tinggi), yang terbentuk saat meteorit mendarat di Bumi (karena hanya ditemukan di impact crater atau kawah dampak), bukan dari ledakan di udara.

"Baik tubrukan meteorit di tanah dan ledakan meteor di udara, dapat menyebabkan pencairan, namun, hanya tubrukan meteorit yang menciptakan gelombang kejut yang membentuk mineral bertekanan tinggi," Cavosie menjelaskan.

"Jadi, menemukan bukti bekas reidite menegaskan bahwa batu kaca kuning itu tercipta sebagai hasil dari dampak meteorit," lanjutnya.

Dengan mengidentifikasi reidite, para peniliti juga mendapat kesempatan untuk mengklarifikasi --dengan mengacu pada catatan geologis-- seberapa sering gelombang kejut yang merusak dari NEO terjadi di Bumi.

Temuan ini dilaporkan dalam jurnal Geologi.


Siapa Tutankhamun dan Bagaimana Makamnya Ditemukan?

Kepala Mumi yang terbungkus linen dari dinasti ke-18 Firaun Tutankhamun (1332–1323 SM) terlihat dalam kotak kaca di makam bawah tanah (KV62) di Lembah Para Raja di tepi barat sungai Nil di seberang kota Luxor di Mesir (31/1). (AFP Photo/Mohamed El-Shahed)

Tutankhamun adalah firaun Mesir dari dinasti ke-18, dan memerintah antara 1332 SM dan 1323 SM. Dia adalah putra Akhenaten dan naik takhta pada usia sembilan atau sepuluh tahun.

Ketika dia menjadi raja, dia menikahi saudara tirinya, Ankhesenpaaten. Dia meninggal pada sekitar usia 18 tahun, penyebab kematiannya tidak diketahui.

Pada tahun 1907, Lord Carnarvon George Herbert (bangsawan Britania Raya) meminta arkeolog Inggris dan Egyptologist, Howard Carter, untuk mengawasi penggalian di Valley of the Kings atau Lembah Para Raja.

Pada 4 November 1922, tim Carter menemukan jalan yang mengarah ke makam Tutankhamun.

Dia menghabiskan beberapa bulan membuat katalog ruang depan, sebelum membuka ruang pemakaman dan menemukan sarkofagus pada Februari 1923.

Sewaktu makam itu ditemukan pada tahun 1922 oleh Carter, di bawah perlindungan Lord Carnarvon, banyak media dari berbagai negara bertandang ke situs penemuan ini.

Carter dan krunya membutuhkan waktu 10 tahun untuk membersihkan makam dari harta karun yang ikut dikuburkan, sebab di sana juga banyak benda yang ditemukan.

Bagi banyak orang, ketika berkuasa, Raja Tut mampu mewujudkan kejayaan Mesir kuno. Hal ini terlihat lantaran makamnya dipenuhi dengan kekayaan dari dinasti ke-18, yang berasal dari tahun 1569 hingga 1315 SM.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya