Wall Street Merosot Imbas Ketegangan Perang Dagang Berlanjut

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah didorong ketegangan perang dagang Amerika Serikat dan China yang berlanjut.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Mei 2019, 05:00 WIB
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah didorong ketegangan perang dagang Amerika Serikat dan China yang berlanjut membebani saham industri dan teknologi.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 98,68 poin atau 0,38 persen ke posisi 25.764. Indeks saham S&P 500 susut 16,79 poin atau 0,58 persen ke posisi 2.859,53. Indeks saham Nasdaq tergelincir 81,76 poin atau 1,04 persen ke posisi 7.816,29.

Indeks saham Dow Jones membatasi kerugian usai alami penurunan mingguan terpanjang dalam tiga tahun.  Indeks saham S&P 500 dan Nasdaq melemah dalam dua pekan berturut-turut setelah gagal pulih sepenuhnya dari aksi jual tajam pada pekan lalu.

Tiga indeks saham utama wall street berjuang untuk mendapatkan arah dalam sebagian besar sesi perdagangan, tetapi berubah ke arah negatif setelah laporan CNBC menyebutkan negosiasi perdagangan AS-China mandek.

"Bukan hal yang aneh jika saham melemah pada akhir pekan. Kemungkinan terjadi sesuatu yang aneh selama akhir pekan membuat orang ambil aksi untung," ujar Presiden Chase Investment Counsel, Peter Tuz, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (18/5/2019).

China telah menambah ketegangan perang dagang yang semakin sengit dengan AS. Menyerang dengan lebih agresif dan menyarankan negosiasi dagang lebih lanjut bisa membuahkan hasil kecuali AS mengubah arah.

Di sisi lain, dalam perang tarif, Presiden AS Donald Trump mengkonfirmasi dia akan menunda pengenaan tarif mobil impor hingga enam bulan. Ia juga setuju menaikkan tarif logam di Kanada dan Meksiko.

Berita perang dagang membayangi data ekonomi yang optimistis. Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan melonjak 5,3 persen pada Mei ke angka tertinggi dalam 15 tahun.

"Setelah musim pendapatan, pasar tampaknya bergeser ke faktor makro yang sulit diprediksi dan sulit untuk diperdagangkan. Anda melihat lebih banyak sentimen di pasar seperti ini," ujar Tuz.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Volume Perdagangan Saham Tipis

Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Adapun kekhawatiran tarif juga menyeret saham industri. Produsen peralatan pertanian Deere and Co alami penurunan terbesar di S&P 500. Saham tersebut melemah 7,7 persen setelah memangkas perkiraan tahunan.

Saham Caterpillar Inc, 3M Co, Textron, General Dynamics, dan Fedex Corp mendorong sektor saham industri susut 1,1 persen.

Dari 11 sektor saham utama di indeks saham S&P 500 kecuali sektor utilitas cenderung melemah. Sektor saham industri dan energi alami penurunan persentase terbesar.

Dari 460 perusahaan di S&P 500, 75,2 persen di antaranya mengalahkan harapan analis untuk kinerja kuartal I 2019. Sebagian besar hasil kinerja kuartal I optimistis dan segera selesai. Analis memperkirakan pertumbuhan pendapatan kuartal I sebesar 1,4 persen.

Menjelang akhir pekan, saham Under Armour Inc naik 7,8 persen setelah JP Morgan memberikan rekomendasi overweight. Selain itu, saham Pinterest Inc merosot 13,5 persen setelah rilis laporan kuartal I.

Saham Luckin Coffee Inc  melonjak 19,9 persen seiring penantang China untuk Starbucks Corp melakukan debut di pasar saham. Volume perdagangan saham di wall street tercatat 6,71 miliar saham. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata perdagangan selama 20 hari di kisaran 6,98 miliar saham.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya