Liputan6.com, New York - Harga minyakmerosot menyambut akhir pekan ini didorong kekhawatiran permintaan di tengah kebuntuan negosiasi perdagangan Amerika Serikat (AS)-China.
Akan tetapi, harga minyak mampu lebih tinggi pada pekan ini seiring meningkatnya kekhawatiran atas gangguan pasokan di pengiriman Timur Tengah karena ketegangan politik Iran-AS.
Iran menyatakan dapat dengan mudah menyerang kapal perang AS di Teluk. Pernyataan ini keluar saat ketegangan AS-Iran terjadi dalam beberapa hari ini.
Sementara itu, para diplomat bekerja untuk melawan sanksi AS dan menyelamatkan kesepakatan nuklir yang dikecam Presiden AS Donald Trump.
Baca Juga
Advertisement
Sanksi AS terhadap Iran telah memangkas ekspor minyak mentah anggota OPEC lebih lanjut pada Mei. Hal ini menambah pembatasan pasokan yang dilaksanakan melalui fakta yang dipimpin OPEC untuk enam bulan pertama 2019.
Harga minyak mentah Brent melemah 41 sen atau 0,6 persen menjadi USD 72,21 per barel. Harga minyak acuan ini mencatatkan kenaikan sekitar dua persen usai pekan lalu bergerak stabil.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 11 sen ke posisi USD 62,76. Harga minyak acuan ini naik 1,7 persen pada pekan ini.
Harga minyak berada di bawah tekanan pada Jumat waktu setempat dari bursa saham AS yang menggerogoti kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi global di tengah eskalasi perang dagang antara AS-China.
Media China mengambil pendekatan keras untuk perang dagang AS-China dengan menyatakan perang dagang hanya akan membuat China lebih kuat dan tidak akan pernah membuat negara tirai bamboo itu bertekuk lutut.
"Terlepas dari apa yang kami pandang sebagai pasar minyak seimbang baik domestik dan global, harga minyak tampaknya masih sensitif terhadap perkembang yang terjadi di Teluk Persia dengan peristiwa militer kecil sesekali secara perlahan meningkatkan premi risiko geopolitik,” ujar Jim Ritterbusch, Presiden Direktur Ritterbusch and Associates seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (18/5/2019).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Selanjutnya
Kementerian Luar Negeri Iran menolak tuduhan Arab Saudi soal Iran telah memerintahkan serangan terhadap instalasi minyak Arab Saudi yang diklaim oleh milisi Houthi yang bersekutu dengan Iran.
Berdasarkan laporan Reuters yang melihat laporan perusahaan Norwegia, pengawal revolussi elit Iran "sangat mungkin" telah memfasilitasi serangan pada pekan lalu terhadap empat kapal tanker termasuk dua kapal Arab Saudi dari Fujairah di Uni Emirat Arab.
Koalisi militer pimpinan Arab Saudi di Yaman melakukan beberapa serangan udara di ibu kota Sanaa yang dikuasai Houthi pada Kamis.
"Ketika ketegangan setinggi ini, dengan AS mengerahkan pasukan militer yang cukup besar, bahkan kesalahan teknis oleh Iran bisa memicu ledakan di Timur Tengah. Ada banyak risiko pasokan dengan ketegangan setinggi ini," tutur Stephen.
Selain jatuhnya ekspor Iran, pengiriman Rusia terganggu dan Laut Utara, rumah bagi minyak mentah yang menopang masa depan Brent juga berada dalam pasokan lebih ketat karena pemeliharaan ladang minyak.
Pasar juga menunggu keputusan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lain mengenai apakah akan melanjutkan pemotongan pasokan yang telah mendorong harga lebih dari 30 perse sepanjang 2019.
Pertemuan komite menteri yang dipimpin OPEC di Arab Saudi akhir pekan ini akan menilai komitmen negara-negara anggota terhadap kesepakatan mereka untuk mengurangi produksi minyak dan dapat membuat rekomendasi apakah akan memperpanjang atau menyesuaikan pakta.
Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah membayangi perkembangan merosot untuk harga minyak minggu ini.
Hal ini seperti kenaikan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS dan level produksi yang tinggi secara konsisten.
Namun, perusahaan energi AS minggu ini mengurangi jumlah rig minyak yang beroperasi untuk minggu kedua berturut-turut, dengan jumlah rig terendah sejak Maret 2018, karena beberapa pengebor menindaklanjuti rencana untuk memotong pengeluaran.
Advertisement