Ada Ancaman Teror 22 Mei, Bawaslu Yakin TNI-Polri Bisa Jaga Keamanan

Dia menjelaskan, pihak TNI dan Polri selama ini selalu berkoordiasi dengan KPU dan Bawaslu dalam segala proses.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mei 2019, 18:06 WIB
Masyarakat menandatangi spanduk petisi menolak gerakan people power saat car free day (CFD) di kawasan Thamrin, Jakarta, Minggu (19/5/2019). Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Cinta NKRI mengajak masyarakat menandatangani petisi mendukung KPU dan Bawaslu pasca Pilpres 2019. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yakin kondisi saat penetapan hasil rekapitulasi suara pemilu pada 22 Mei 2019 akan berjalan dengan aman. Anggota Bawaslu Fritz Edward Siregar yakin, peserta pemilu patuh pada undang-undang yang belaku dan pihak keamanan dalam hal ini TNI dan Polri bisa menjaga keamanan dengan baik.

"Kami percaya bahwa setiap peserta pemilu patuh kepada UU yang berlaku, dan kami juga yakin TNI dan Polri menjaga kemanan ini semua," kata Fridz di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Minggu (19/5/2019).

"Karena ini saya rasa tanggung jawab bukan sekedar tanggung jawab KPU dan bawaslu, ataupun DKPP tapi tanggung jawab peserta pemilu, pemerintah serta masyarakat," lanjut Fridz.

Dia menjelaskan, pihak TNI dan Polri selama ini selalu berkoordiasi dengan KPU dan Bawaslu dalam segala proses. Sehingga, proses akan berjalan aman sampai pengumuman berlangsung.

"Itu memberikan keyakinan kepada kami bahwa proses ini berjalan aman dan tertib, dan bisa diselesaikan dengan aman," ungkap Fridz. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Target Teroris

Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengungkapkan adanya rencana teroris yang ingin membuat kegaduhan pada 22 Mei 2019.

"Targetnya ada dua. Target pertama itu thogut. Kemudian target kedua pada pada 22 Mei di depan KPU," ujar Dedi di kediaman terduga teroris berinisial E alias AR (51), Naggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Sabtu (18/5/2019)

Menurut dia, adanya gembar-gembor pergerakan massa ke Jakarta pada 22 Mei 2019 justru menjadi momentum bagi para teroris untuk mencari eksistensi.

"Momentum itu dimanfaatkan oleh kelompok teroris, untuk memberitahukan bahwa kelompok mereka masih eksis," ungkap Dedi.

 

Reporter: Intan Umbari Prihatin

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya