Liputan6.com, Jakarta - Getuk menjadi salah satu pakanan favorit saat berbuka. Di Bojonegoro, ada banyak sekali varian jajanan legendaris yang terbuat dari singkong itu, seperti getuk singkong, getuk lindri, getuk telo, gendar, lupis, pleret, cenil, saplak, putri ayu, klepon, dan jongko.
Tak sulit mendapatkan jajanan tersebut di Bojonegoro saat ngabuburit. Banyak penjual jajanan tradisional itu mangkal di depan Pasar Kota Bojonegoro sejak puluhan tahun lalu.
"Untuk harga kita bedakan menjadi dua, yakni 3500 dan 5000, karena tempatnya yang tidak sama, serta jumlah isinya" tutur penjual Getuk Campur, Wiwin, seperti dilansir Solopos beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Advertisement
Bentuk getuk yang unik, warnanya yang bragam dan tekstur kenyal dipadu dengan parutan kelapa serta sirup gula jawa menjadikan rasanya manis dan gurih.
"Rasanya itu gurih dan manis ya, apalagi ditambah sirup gula jawa. Kita jualnya campur bisa, per kue juga bisa," ucap Wiwin.
Pada Ramadan kali ini, Wiwin berjualan mulai pukul 16.00 WIB dan biasanya jualannya habis selepas Magrib karena pembelinya sangat banyak.
"Alhamdulillah paling habis Magrib kita sudah habis jualannya, setiap hari kita masak aneka kue ini butuh 20 hingga 25 kilogram singkong," imbuhnya.
Salah satu pembeli getuk campur yang sering datang ke warung Wiwin, Icha, 25, mengaku sangat doyan dengan kuliner tradisional ini. Dia rela menempuh jarak 15 kilometer dari rumahnya di Kecamatan Balen, Bojonegoro, demi membeli getuk campur.
"Rumahnya di Balen, ya seneng ama getuknya, ini mau buat camilan di rumah sama keluarga. Dua hari sekali biasanya ke sini," terang Icha.
Baca juga berita menarik lainnya di Solopos.com
Saksikan video menarik berikut ini: