Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memerah pada awal perdagangan pekan ini. Pada pra pembukaan perdagangan saham, Senin (20/5/2019), IHSG melemah 4,39 poin atau 0,08 persen ke posisi 5.822,47.
Pada pembukaan, IHSG kembali melemah dengan turun 11,27 poin atau 0,19 ke posisi 5.815,5. Indeks saham LQ45 juga turun 0,26 persen ke posisi 897,8. Sebagian besar indeks saham acuan melemah.
Sebanyak 68 saham menguat namun tak mampu membawa IHSG ke zona hijau. Kemudian 61 saham melemah dan 159 saham diam di tempat.
Baca Juga
Advertisement
Pada awal perdagangan saham, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.826,2 dan terendah 5.815,4.
Total frekuensi perdagangan saham 7.272 kali dengan volume perdagangan 865,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 161,5 miliar. Investor asing jual saham Rp 7,62 miliar di total pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.450.
Sebagian besar sektor saham melemah. Hanya perkebunan yang naik 0,21 persen dan pertambangan yang menguat 0,13 persen.
Adapun sektor saham yang melemah, antara lain aneka industri turun 0,83 persen dan catatkan pelemahan terbesar. Diikuti sektor konsumsi turun 0,54 persen dan manufaktur sebesar 0,48 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham RELI naik 23,7 persen ke posisi Rp 302 per saham, saham TIRT naik 14,75 persen ke posisi Rp 70 per saham. Dan saham TELE menguat 10 persen ke posisi Rp 660.
Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham FPNI turun 7,35 persen ke posisi Rp 126 per saham. Saham MDIA turun 6,92 menjadi Rp 121 dan saham RALS melemah 4,7 persen ke Rp 1.620.
Prediksi
Advertisement
IHSG Anjlok 6 Persen, Penurunan Mingguan Terbesar Sejak April 2018
Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan pada pekan ini. Bahkan IHSG alami penurunan terbesar mingguan sejak April 2018.
Mengutip laporan PT Ashmore Asset Management Indonesia, Sabtu (18/5/2019), IHSG merosot 6,1 persen dari posisi 6.209 pada 11 Mei 2019 menjadi 5.826 pada 18 Mei 2019.
Pelemahan IHSG didorong dari defisit neraca perdagangan lebih buruk dari perkiraan. Tercatat defisit neraca perdagangan April mencapai USD 2,5 miliar. Sentimen itu direspons negatif oleh pelaku pasar.
Apalagi berlanjutnya ketegangan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China menambah beban IHSG.
Baca Juga
Saham kapitalisasi besar masuk indeks saham LQ45 pun anjlok 7,48 persen selama sepekan. Aksi jual investor asing mencapai USD 250 juta atau sekitar Rp 3,62 triliun (asumsi kurs Rp 14.506 per dolar AS) di pasar saham.
Sementara itu, di pasar obligasi, indeks obligasi turun 0,70 persen selama sepekan. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun merosot tiga basis poin menjadi 8,03 persen. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat yang mencapai 14.450. Aksi jual obligasi mencapai USD 430 juta di pasar obligasi hingga 15 Mei 2019.
Sejumlah sentimen baik eksternal dan internal pengaruhi pasar keuangan global sehingga berdampak terhadap pasar Indonesia.
Pertama, kelanjutan perang dagang AS-China. Presiden AS Donald Trump teken perintah eksekutif yang meningkatkan kampanye pemerintahannya untuk melawan raksasa telekomunikasi China, Huawei.
Selain itu meningkatnya tekanan kepada sekutu untuk mengikutinya dengan melarang perusahaan memakai 5G dan jaringan lainnya.
AS mengklaim Huawei, salah satu perusahaan paling penting di China memiliki risiko memata-matai infrastruktur teknologi barat.
Langkah terbaru itu menambah beban di tengah memburuknya negosiasi perdagangan antara AS-China.
Pada Kamis pekan ini, China berjanji untuk secara tegas melindungi perusahaan-perusahaan China setelah AS menyebut Huawei berisiko keamanan. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang mengkritik langkah AS sebagai penyalahgunaan tindakan pengendalian ekspor.