Liputan6.com, Jakarta Desa identik dengan sepi, alam hijau, dan suasana tenang dengan permukiman kecil orang-orang yang telah menyesuaikan diri dengan alam sekitar. Bagi kamu yang masih tinggal di desa, pastinya memiliki tetangga yang tinggal di sekitar rumah.
Selain itu, kamu juga mungkin sering bermain bersama teman-teman yang tinggal di sekitar rumah.
Baca Juga
Advertisement
Namun di sebuah desa bernama Nagoro di Jepang, tetangga atau teman bermain yang akan kamu temui berbeda, dengan yang lain. Di Desa Nagoro, kamu akan lebih banyak menemukan boneka-boneka sebagai tetangga dibandingkan manusia.
Menariknya, boneka-boneka di desa tersebut dibuat menyesuaikan mereka yang pernah tinggal di desa itu. Seperti yang Liputan6.com lansir dari Japan Times, Senin (20/5/2019) desa ini terkenal akan ciri khasnya yang berbeda dari tempat kebanyakan.
Desa terpencil yang berlokasi di Pengunungan Selatan Pulau Shikoku itu ditinggali boneka berukuran sebesar manusia dan ada di mana-mana. Seperti halte, sekolah, gubuk kecil, rumah-rumah, emperan toko, kursi taman, mereka berada di Desa Nagoro seolah-olah hidup sungguhan dan beraktivitas selayaknya penduduk biasa.
Awal Mula Desa Boneka Nagoro
Sebenarnya, semua ini berawal dari gagasan seorang seniman bernama Ayano Tsukimi. Dia sempat menghabiskan masa kecilnya di Desa Nagoro tersebut sebelum akhirnya merantau ke Osaka.
Pada 2003, Tsukimi pun kembali ke desanya itu untuk menjaga sang ayah. Saat kembali ke desanya itu, dia sempat kaget melihat para penduduknya yang terus menyusut tiap tahunnya.
Bahkan penduduk di desa itu hanya mencapai 30 orang pada Agustus 2016 lalu. Penyusutan jumlah penduduk sendiri tidak lepas dari faktor urbanisasi dan kurangnya angka kelahiran.
Ayano pun berniat untuk membuat boneka menyerupai keluarganya setelah keluarganya meninggal. Ayano berhasil membuat setidaknya 350 boneka selama sepuluh tahun. Boneka itu pun disesuaikan dengan ciri fisik atau pekerjaan para penduduk yang telah meninggal dunia atau mereka yang pergi dari desa tersebut.
Boneka itu dilengkapi dengan kain, sepatu, dan berbagai aksesoris. Bekas gedung sekolah di desa itu pun juga dihiasi dengan boneka-boneka tersebut.
Boneka itu bahkan ditata sedemikian rupa layaknya guru dan murid saat sedang melakukan proses belajar mengajar. Meski terkesan menyeramkan, boneka-boneka ini menjadi bukti betapa kesepiannya Tsukimi.
Advertisement
Desa di Jepang Kehilangan Penduduknya
Desa-desa di Jepang memang tengah menghadapi masalah yang sama yaitu kehilangan penduduknya. Menurunnya populasi Jepang memberikan dampak yang sangat besar.
Masyarakat berpusat di kota-kota besar, sementara pendesaan dihuni oleh orang tua dan beberapa tak berpenghuni. Anak-anak muda memutuskan untuk bekerja di perkotaan. Desa Nagaro di Jepang ini pun menjadi salah satu contohnya.
Saat ini masih terdapat beberapa orang saja yang masih bertahan di sana. Sehingga boneka-boneka ini pun menjadi penduduk pengganti.
Diketahui jumlah warga Desa Nagoro hanya berjumlah 27 orang saja. Walaupun demikian, warga desa ini tetap menjalani kehidupan seperti biasa.
Namun berkat seniman Ayano Tsukimi, Desa Nagoro yang kecil dan indah menjadi lokasi incaran para pelancong lokal maupun mancanegara. Desa terpencil itu pun ramai dikunjungi oleh orang-orang yang menyempatkan diri berkunjung melihat ‘lembah boneka’.