Liputan6.com, Jakarta - Tak ada pertanyaan terlarang bagi wisatawan dan orang asing yang tinggal di Dubai yang ingin belajar banyak tentang budaya warga Emirat dan bulan puasa Ramadan.
Dilansir dari Reuters, Senin, 20 Mei 2019, Emirat terdiri dari kurang dari 10 persen dari mereka yang tinggal di Dubai, emirat terpadat di federasi Uni Emirat Arab di tujuh emirat, membuat sulit bagi orang asing untuk bertemu dengan mereka.
Baca Juga
Advertisement
Dubai berusaha keras untuk memasarkan dirinya yang terbuka untuk budaya dan kepercayaan yang berbeda dengan pusat keuangan, perdagangan dan rekreasi Timur Tengah, dan pusat budaya pemerintah mengundang pengunjung untuk mencari tahu lebih banyak tentang kehidupan Emirat.
"Tak ada pertanyaan yang menyinggung," kata Emir Rashid al-Tamimi dari Pusat Pemahaman Budaya Sheikh Mohammed.
"Bagaimana Anda beribadah, apa masjidnya, mengapa Anda mengenakan pakaian putih, mengapa perempuan mengenakan pakaian hitam ... apakah semua orang kaya di negara ini (Uni Emirat Arab)?"
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Nasi Biryani
Relawan Emirati berkumpul di sebuah majelis - ruang duduk tradisional tempat santapan buka puasa disajikan di lantai dasar - ditanyai tentang kencan dan perkawinan, apa pendapat mereka tentang kode berpakaian Dubai yang relatif liberal untuk orang asing, dan aspek-aspek dari Iman muslim.
"Kami belajar dari mereka, mereka belajar dari kami. (Orang asing) sudah lama di sini dan saya merasa mereka melihat diri mereka sebagai orang Emirat, dan kami bangga mereka melakukannya," kata Majida al-Gharib, mahasiswa yang menjadi sukarelawan.
Pengunjung berbuka puasa hari itu dengan kurma dan air, sebelum mencicipi masakan Emirati, termasuk biryani dan nasi machebo dan hidangan daging.
Anthony yang berusia tujuh tahun dari Polandia, yang bersekolah di Dubai, mengatakan bahwa dia datang untuk mencari tahu lebih banyak tentang buka puasa karena banyak teman-temannya di sekolah yang melakukannya.
Tahun ini ditetapkan sebagai Tahun Toleransi di Uni Emirat Arab dan ada menteri negara untuk toleransi. Namun, seperti negara tetangga di Teluk Arab, UEA tidak mengizinkan perbedaan pendapat atau kritik terhadap kepemimpinannya.
Advertisement