Liputan6.com, Wina - Semua menteri Austria dari Partai Kebebasan (FPÖ) --yang berhaluan sayap kanan-- mengundurkan diri, membuat pemerintahan setempat berada dalam kekacauan.
Pemimpin FPÖ Heinz-Christian Strache, yang juga wakil kanselir Austria, terpaksa mengundurkan diri pada akhir pekan lalu setelah disebut dalam video skandal korupsi yang tengah viral.
Dalam video tersebut, sebagaimana dikutip dari BBC pada Selasa (21/5/2019), Strache terlihat mengusulkan untuk menawarkan kontrak pemerintah kepada salah seorang penghubung oligarki Rusia.
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, pada hari Senin, FPÖ telah mengancam akan melakukan pengunduran diri massal jika Menteri Dalam Negeri Austria Herbert Kickl juga dipaksa keluar.
Kanselir Austria Sebastian Kurz telah menyerukan agar Kickl dipecat pada akhir pekan lalu, dengan alasan bahwa sebagai sekretaris jenderal partai, ia harus bertanggung jawab atas skandal korupsi terkait.
Skandal itu terkuak pada Jumat 17 Mei, ketika rekaman video dari tahun 2017 disiarkan oleh media Jerman, yang menunjukkan bahwa Strache dan pejabat FPÖ lainnya mengusulkan untuk menawarkan kontrak pemerintah kepada salah seorang penghubung oligarki Rusia.
Strache mengundurkan diri pada hari berikutnya dan Kurz --kepala Partai Rakyat (ÖVP) yang berhaluan kanan tengah-- mengatakan pemilu baru harus diadakan.
Para menteri FPÖ yang mengundurkan diri termasuk menteri luar negeri dan menteri untuk urusan pertahanan, transportasi, dan sosial.
FPÖ sendiri mengisi lebih dari setengah isi kabinet Austria saat ini.
Perekam Video Masih Misterius
Tidak diketahui siapa yang merekam video tersebut. Tidak jelas pula siapa yang mengatur pertemuan, yang diduga terjadi di sebuah vila di pulau Ibiza Spanyol pada Juli 2017, sebelum FPÖ bergabung dengan pemerintah baru Austria.
Video itu memperlihatkan Strache dan Johann Gudenus --politikus FPÖ lainnya-- bersantai di sofa, minum dan berbicara dengan seorang perempuan yang mengaku sebagai warga negara kaya Rusia, yang ingin berinvestasi di Austria.
Dalam cuplikan itu, perempuan tersebut menawarkan untuk membeli 50 persen saham di surat kabar Austria Kronen Zeitung, dan mengganti posisi editorialnya untuk mendukung FPÖ .
Sebagai gantinya, Strache mengatakan dia bisa memberikan kontrak publiknya, menjelaskan bahwa dia ingin "membangun lanskap media seperti (Viktor) Orban", referensi ke perdana menteri Hongaria, yang digambarkan oleh para kritikus sebagai pemimpin otoriter.
"Jika Anda mengambil alih Kronen Zeitung tiga pekan sebelum pemilu, dan menempatkan kami di tempat pertama, maka kami dapat membicarakan segalanya," katanya.
Strache juga menyebutkan beberapa wartawan harus dikeluarkan dari surat kabar itu, dan menggantinya dengan lima "orang baru yang kami pilih langsung".
Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Strache menyarankan perempuan Rusia itu "mendirikan perusahaan seperti Strabag", perusahaan konstruksi Austria.
"Semua perintah pemerintah yang didapat Strabag sekarang, (Anda) akan dapatkan," lanjutnya.
Advertisement
Kanselir Austria Mengaku Terkejut
Kanselir Kurz mengatakan partainya "terkejut" dengan perilaku Strache, yang disebutnya "melakukan pendekatan salah terhadap politik".
Skandal itu telah merusak reputasi internasional Austria, kata Kurz, menuntut penyelidikan penuh, dan mengatakan video itu mungkin memiliki konsekuensi kriminal.
Sementara itu, juru bicara Komisi Uni Eropa, Margaritis Schinas, mengatakan pihaknya menyimak dengan tidak percaya ketika seorang pemimpin partai politik terlihat menegosiasikan akses ke media dan lembaga-lembaga, dengan imbalan dana dari dermawan luar yang jelas-jelas tidak memiliki kepentingan nasional.
Di lain pihak, Rusia membantah terlibat dalam skandal tersebut.
"Ini adalah insiden yang tidak, dan tidak bisa, ada hubungannya dengan kami," kata juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov.
Pada 2016, FPÖ menandatangani perjanjian kerja sama jangka panjang dengan partai Rusia Bersatu pimpinan Putin, termasuk upaya bersama untuk "menanamkan semangat patriotik pada generasi muda".