Liputan6.com, Gorontalo - Tidak mengenal bulan Ramadan, bisnis esek-esek di beberapa titik di Kota Gorontalo masih tetap saja berjalan. Bahkan segala cara mereka lakukan demi menjalankan bisnis haram ini agar tidak ketahuan petugas.
Kos-kosan menjadi tempat teraman yang biasa digunakan para Pekerja Seks Komersial dalam melayani tamunya.
Advertisement
Maraknya praktik prostitusi terselubung ini masih menjadi salah satu persoalan bagi Gorontalo yang memiliki simbol sebagai serambi medinah yang memiliki semboyan adat bersendikan syara, syara bersendikan kitabullah.
Bisnis esek-esek terselubung itu, terungkap melalui maraknya penggunaan aplikasi online yang digunakan sebagai media penghubung antar PSK dan calon pelanggannya. Pelanggannya datang bukan hanya dari kalangan orang dewasa, tapi juga ABG dan bahkan mahasiswa.
Liputan6.com mencoba mengorek kabar tersebut. Senin malam, (20/5/2019) sekitar pukul 23.00 Wita, melalui aplikasi online kami mencoba menemui salah satu PSK di salah satu kos yang ada di Kota Gorontalo.
Ia enggan menyebutkan namanya. Nama yang tertera di aplikasi chat itu biasanya juga bukan nama asli untuk melindungi identitas.
Dalam perbincangan ia mengaku, kebanyakan dari mereka bukan berasal dari warga setempat (Kota Gorontalo), melainkan mereka datang dari beberapa Kabupaten yang tersebar di Wilayah Provinsi Gorontalo dan perbatasan.
"Kami di Kos-kosan ini bukan warga setempat asli, ada yang datang dari Kabupaten Boalemo dan lain-lain, bahkan ada yang dari luar Gorontalo. Meskipun bulan puasa kita tetap melayani tamu di kost-kosan ini karena lebih aman," ungkapnya.
PSK itu menjelaskan, mereka di setiap kos-kosan itu berkelompok dan menjajahkan diri mereka melalui aplikasi online tersebut secara bersamaan.
"Di dalam satu kos biasanya kami ada enam sampai sepuluh orang menunggu tamu yang datang yang sudah melakukan booking terlebih dahulu lewat aplikasi, tetapi ada juga yang memang sudah langganan meski tanpa lewat aplikasi," lanjut wanita berambut pirang itu.
Mereka juga mengaku pelanggannya juga datang dari kalangan pejabat. Beragam pelayanan yang ditawarkan, mulai dari pijat hingga bisa diajak kencan jika ada yang menginginkan hubungan cinta semalam, tergantung waktu lamanya kencan dan pelayanan yang disukai pelanggan.
Dalam perbincangan itu, dia mengungkapkan tarif yang biasa dipatok para PSK bervariasi, khusus yang sudah punya pekerjaan, dipatok harga agak mahal, yakni berkisar Rp 500-700 ribu. Sementara untuk teman kencan seusia mereka itu dipatok sebesar Rp 300 ribu.
"Tarif tidak menetap, tergantung siapa yang kita layani kalau pekerja kantoran itu lebih tinggi, kalau yang sudah langganan atau seusia kami, itu hanya dipatok 300 ribu rupiah saja, bahkan ada yang di bawah dari itu," tambahnya.
Terkait dengan ini, mengapa hal tersebut mereka lakukan pada bulan Ramadan karena mereka ada kebutuhan khusus salah satunya, mereka ingin pulang kampung dan tidak ada biaya apalagi yang mahasiswa.
"Minimal saat lebaran kami punya uang untuk bisa pulang, dan saat pulang kampung ada yang kami bawa buat lebaran nanti di kampung," ucapannya sambil tersenyum.
Sementara itu, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Gorontalo, Abubakar Luwiti saat di Konfirmasi mengatakan, hiburan malam saat bulan Ramadan dilarang buka, apalagi tempat prostitusi. Namun yang membuat kami susah untuk menindaki itu yakni prostitusi online.
"Memang agak susah juga, apalagi prostitusi online. Pasti antara PSK dan calon pelanggan bertemu di satu tempat, jadi yang kami upayakan saat ini yaitu mengunakan sistem sisir melakukan sweeping ditempat-tempat yang berpotensi seperti kos-kosan dan penginapan," tandasnya.
Simak juga video pilihan berikut ini: