Kisah di Balik Penamaan Masjid Luar Batang

Ini sejarah Masjid Luar Batang di Jakarta Utara yang menjadi saksi masuknya agama Islam ke Jakarta.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Mei 2019, 11:00 WIB
Suasana Masjid Luar Batang di daerah Pasar Ikan, Jakarta Utara, (1/4). Di masjid ini terdapat makam seorang ulama bernama Al Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al 'Aydrus yang meninggal pada tanggal 24 Juni 1756. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta Masjid Keramat Luar Batang, atau lebih dikenal dengan nama Masjid Luar Batang, merupakan salah satu bangunan sejarah tua yang ada di Jakarta. Sejarah berdirinya masjid ini tak terlepas dari Habib Husein bin Abu Bakar bin Abdillah Al-'Aydrus. Habib ini kemudian dikenal dengan nama Habib Keramat Luar Batang.

Meski usianya sudah ratusan tahun, masjid ini tetap penuh oleh jemaahnya. Dikutip dari merdeka.com, Seperti misalnya pada hari Jumat, masjid dipenuhi oleh laki-laki yang melaksanakan salat Jumat.

Tak hanya datang untuk salat Jumat, adapula warga yang sengaja datang untuk berziarah. Usai salat Jumat, masjid dipenuhi oleh warga berziarah di makam Habib Keramat Luar Batang yang dimakamkan di selasar masjid.

"Kalau masalah pengunjung alhamdulillah ramai terus, enggak pernah sepi, dari bulan Ramadan, Syawal, ramai terus. Kayak di jam-jam tertentu, jam 00.00 sampai jam 02.00-03.00 WIB ramai," ujar Seksi Dakwah Masjid Luar Batang, Haji Maswi, ketika berkunjung ke Masjid Luar Batang.

 

 

Saksikan video menarik di bawah ini:


Ngalap berkah

Pengunjung saat berdoa di makam Al Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al 'Aydrus, Masjid Luar Batang di daerah Pasar Ikan, Jakarta, Selasa (7/6/2016). Dibulan Ramadhan Masjid ini ramai didatangi peziarah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Makam Habib Husein Habib Keramat Luar Batang tidak pernah ditutup dan selalu dibuka, kecuali saat masuk waktu salat. Berdasarkan kisah yang diceritakan Maswi, Habib Husein bukanlah warga asli Luar Batang, Jakarta Utara. Ia asli orang Timur Tengah atau lebih tepatnya Hadhramaut, Yaman. Kedatangannya ke Luar Batang bertujuan untuk menyiarkan Islam pada sekitar 1716-1756 M.

Dalam perjalanannya, Habib Husein pernah menyelamatkan nyawa seorang keturunan Tionghoa dari kejaran tentara VOC dalam peristiwa pembantaian tahun 1740. Keberaniannya dalam memberi perlindungan membuat keturunan Tionghoa itu kemudian masuk Islam dan menjadi pembantu Habib Husein dalam menyiarkan agama Islam di sekitar Penjaringan. Hingga akhirnya, keduanya dimakamkan berdampingan dalam satu ruangan yang sama.

Habib Husein meninggal dunia dalam usia relatif muda, belum sampai 40 tahun. Ia wafat pada 24 Juni 1756.

 

 


Sejarah penamaan Masjid Luar Batang

Suasana keramaian bagian dalam Masjid Luar Batang di daerah Pasar Ikan, Jakarta Utara, Jumat (1/4). Nama masjid ini diberikan sesuai dengan julukan Habib Husein, yaitu Habib Luar Batang. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Maswi menceritakan, penamaan Masjid Luar Batang juga berdasarkan sejarah saat hendak dimakamkan Habib Husein. Kala itu, ketika ingin dimakamkan di Tanah Abang dari Luar Batang, jenazahnya menghilang.

"Sejarah Masjid Luar Batang ini tidak terlepas dari sejarah Beliau waktu mau dimakamkan, jasadnya enggak ada di kurung batang. Biasanya kan umumnya pendatang dikuburkan di Tanah Abang, begitu dibawa ke sana enggak ada mayatnya, balik lagi ke sini (Luar Batang), memang sih itu di luar nalar manusia," kata dia.

Kejadian ini berulang sampai tiga kali. Keranda mayat yang dibawa ke makam Tanah Abang tidak berisi karena jenazah Habib Husein berada di luar keranda atau batang. Hingga akhirnya, semua berinisiatif untuk memakamkan Habib Husein di Luar Batang, tepat di tempat dia pernah tinggal dahulu.

"Itu (makam Habib Husein) atas hadiah pemberian Jenderal Belanda dulu waktu Habib Husein ditawarkan hadiah, Beliau mintanya ini, 'saya minta tanah ini yang ada di lingkungan ini (Luar Batang)'. Karena beliau maksa mintanya tanah ini, dikasih kurang lebih kalau diukur sekarang ini 3.000 hektare," terang Maswi.

Ketika tanah akhirnya diberikan oleh Belanda, Habib Husein pun membangun surau atau musala yang juga menjadi kamar tempat tinggalnya. Di situ pula menjadi tempat peristirahatan terakhirnya.

Lama-kelamaan, surau tersebut yang juga menjadi makam Habib Husein dan dibangun menjadi Masjid Luar Batang. Sebelumnya, nama Masjid Luar Batang adalah Masjid An Nur. Kini An Nur dipakai menjadi nama Taman Pendidikan Al-Quran (TPA).


Setelah renovasi

Warga Luar Batang menjalankan salat Jumat di Masjid Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (15/7). Calon Gubernur DKI Jakarta, Sjafrie Sjamsoeddin silahturahmi dan salat Jumat bersama tokoh Luar Batang. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Maswi menceritakan, sampai saat ini, Masjid Luar Batang sudah direnovasi tiga kali. Terakhir, pada 1991 zaman Gubernur Wiyogo Admodarminto yang melebarkan masjid, memasukkan aliran air PAM, dan kemudian meresmikan masjid.

Lalu Gubernur Fauzi Bowo membuatkan dua buah menara di samping kanan kiri Masjid Luar Batang tanpa seperak pun uang dari masjid. Hingga saat ini Masjid Luar Batang masih ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya