Saat Pelantikan, Presiden Baru Ukraina Langsung Bubarkan Parlemen

Presiden baru Ukraina, Volodymyr Zelensky, dilantik dan langsung membubarkan parlemen.

oleh Afra Augesti diperbarui 21 Mei 2019, 13:24 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memegang Bulava, simbol kekuasaan Ukraina, selama upacara pelantikannya di parlemen di Kiev pada 20 Mei 2019. (Genya SAVILOV / AFP)

Liputan6.com, Kiev - Komedian Yahudi, Volodymyr Zelensky, mengumumkan penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) parlemen singkat usai ia disumpah dan dilantik sebagai presiden baru Ukraina.

Pemilu itu diperkirakan akan berlangsung pada Oktober 2019. Dalam upacara pelantikan yang digelar di Kiev, Zelensky mengatakan, "Saya membubarkan Rada (parlemen) Verkhovna."

Selain itu, dia juga menyebut bahwa mengakhiri konflik dengan pemberontak yang didukung oleh Rusia di timur, akan menjadi prioritas utamanya.

"Masyarakat harus terlibat dalam keuasaan yang akan melayani publik," tegasnya pada Senin, 20 Mei 2019, seperti dikutip dari BBC, Selasa (21/5/2019).

"Kita harus menjadi orang Islandia dalam sepak bola, orang Israel dalam mempertahankan tanah asal kita, orang Jepang dalam teknologi," kata Zelensky lagi.

Dia menambahkan, Ukraina juga harus menjadi orang Swiss dalam hal "untuk hidup bahagia satu sama lain, meskipun ada perbedaan."

Volodymyr Zelensky mencetak kemenangan telak dalam pemilihan presiden Ukraina pada 21 April. Dalam pemilu ini, ia berhasil melengserkan petahana, Petro Poroshenko, yang telah berkuasa sejak 2014.

"Tugas pertama kami adalah mencapai gencatan senjata di Donbas," sebut Zelensky, merujuk pada wilayah timur yang dikuasai pemberontak yang didukung Rusia.

Sebelumnya, pertempuran di kawasan tersebut telah menewaskan sekitar 13.000 jiwa sejak Moskow menganeksasi semenanjung Krimea pada tahun 2014.

 

 


Vladimir Putin Diam Saja

Volodymyr Zelensky, pelawak yang menjadi kandidat presiden Ukraina (AFP photo)

Pada upacara pelantikan tersebut, pelawak ini diberi "simbol emas resmi", termasuk tongkat kerajaan yang ia angkat tinggi-tinggi sebagai bentuk penghormatan kemenangan.

Namun di satu sisi, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia tidak akan memberi ucapan selamat kepada Volodymyr Zelensky atas pelantikannya, tetapi ia mengaku akan menunggu keberhasilan pertama Zelensky dalam menyelesaikan konflik internal di Ukraina tenggara, dan dalam normalisasi hubungan Rusia-Ukraina.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, meminta Zelensky untuk mengimplementasikan perjanjian damai Minsk yang disepakati pada 2015, dan juga menyarankan pertukaran tahanan antara kedua pihak.

Televisi pemerintah Rusia juga melaporkan, tidak ada pejabat Rusia yang diundang ke pelantikan tersebut.


Tantangan Apa yang Akan Dia Hadapi?

Selat Kerch, Laut Azov, Semenanjung Krimea (AP PHOTO)

Volodymyr Zelensky menjadikan penanggulangan korupsi yang mengakar di Ukraina sebagai tema kampanye utamanya.

Bulan lalu, para stafnya mengumumkan rencana untuk menghapus kekebalan anggota parlemen dari penuntutan hukum dan membuat pengeluaran militer lebih transparan.

Tapi mungkin, tantangan terbesar yang akan dihadapi oleh Zelensky adalah konflik yang berkelanjutan dengan pemberontak timur.

Sebelumnya, menjelang pemilihannya, Zelensky mengatakan dia ingin "memperbarui hubungan" dengan Ukraina bagian timur dan memulai "perang informasi yang kuat untuk mengakhiri konflik". Sudah ada indikasi bahwa Putin bertekad untuk mengujinya.

Tak lama setelah pemilihan, Putin menawarkan warga negara Ukraina --yang tinggal di wilayah separatis Ukraina timur-- kemudahan untuk mendapatkan paspor Rusia. Langkah ini secara luas dilihat sebagai tantangan bagi Zelensky.

Dalam unggahan di Facebooknya, sebagai tanggapan atas pernyataan Putin, tim kampanye Zelensky menandai Rusia sebagai negara yang agresif ketika bertarung melawan Ukraina.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya