Puasa Ramadan Bisa Jadi Cara Efektif untuk Hilangkan Depresi

Seorang psikolog klinis Qatar mengatakan bahwa puasa Ramadan dapat menjadi cara efektif untuk menghilangkan depresi.

oleh Siti Khotimah diperbarui 23 Mei 2019, 07:20 WIB
Ilustrasi depresi (iStockphoto/AntonioGuillem)

Liputan6.com, Doha - Manfaat puasa Ramadan bagi kebaikan tubuh sering diinformasikan oleh banyak sumber. Meski demikian, sangat sedikit yang membahas faedah berpuasa untuk kesehatan jiwa.

Ameera Al Ishaq, seorang psikolog klinis di Qatar sekaligus wakil Kepala Unit Layanan Psikologis di Hamad Medical Corporation (HMC) mengatakan bahwa puasa selama bulan suci Ramadan bermanfaat untuk mengelola depresi dan kemarahan. Selain itu juga dapat memperkuat kemandirian, menahan diri, dan kesabaran.

 

"Praktik puasa dapat memiliki sejumlah manfaat mental dan emosional. Selama Ramadan, sebuah keluarga duduk bersama untuk berbuka puasa setiap malam hari dan beberapa aspek komunal Ramadan lainnya; yang telah terbukti berdampak baik bagi kesehatan mental," kata Al Ishaq sebagaimana dikutip dari The Peninsula Qatar pada Selasa (21/5/2019).

Ia mengatakan manfaat itu sangat terasa bagi mereka yang mengalami depresi dan kesepian.

"Dengan berpuasa dapat membawa keluarga dan kelompok sosial lebih dekat bersama," kata Al Ishaq. Dan hal itu menurutnya, dapat menjadi cara alami untuk meringankan banyak gejala banyak penyakit kesehatan mental.

"Ramadan juga bisa menjadi waktu yang tepat untuk menghentikan kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan membangun kebiasaan baru yang sehat," tambah Al Ishaq.

 


Manajemen Kemarahan

Ilustrasi Orang Marah (iStockphoto)​

Selain itu, praktik puasa juga dapat membantu meningkatkan pengendalian diri dan mendukung manajemen kemarahan pada individu yang mudah marah. 

"Puasa dan tindakan ibadah terkait, seperti salat tarawih, mendorong komunikasi dan interaksi sosial. Bagi banyak orang, salat dan tindakan berdoa secara kolektif dapat memiliki efek yang menenangkan," kata Al Ishaq.

Al Ishaq mengatakan selain menyebabkan konflik keluarga, kemarahan dan kecemasan yang tidak terkendali memiliki efek fisik jangka panjang yang negatif. Yakni, dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah tinggi, penyempitan pembuluh darah, dan peningkatan pembekuan darah; semuanya bisa menjadi pemicu serangan jantung. 

Ia mencatat bahwa Alquran dan sunnah memberikan panduan yang bermanfaat untuk mengatasi berbagai emosi, termasuk kemarahan, dan mengatakan bahwa Nabi Muhammad menawarkan panduan tentang bagaimana mengendalikan amarah dan mengatasi kecenderungan untuk menjadi marah.

"Kita dibimbing untuk duduk, memecahkan urutan peristiwa, dan mencari perlindungan kepada Allah sebagai cara untuk mengatasi kemarahan. Dianjurkan orang tersebut untuk berwudu 'karena ini akan membantu mereka menjauh dari tempat kemarahan dan memberikan waktu dan ruang untuk berpikir sebelum berbicara atau bereaksi," kata Al Ishaq.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya