Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) meminta PT Pertamina (Persero), untuk segera menjual kargo gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG) Muara Bakau. Ini guna menghindari risiko kelebihan muatan tangki.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Wisnu Prabawa Taher mengatakan, Kargo LNG yang di pasok dari lapangan Muara Bakau berpotensi mengalami kelebihan muatan (high inventory). Hal tersebut disebabkan oleh Pertamina sebagai pembeli yang ditunjuk meminta perubahan jadwal pengapalan kargo di Mei 2019.
Baca Juga
Advertisement
"Perubahan tersebut akan berdampak terjadi potensi kelebihan stok gas karena tidak terserap (unmanageable high inventory) di Kilang Bontang pada akhir Mei 2019," kata Wisnu, di Jakarta, Rabu (22/5/2019).
Wisnu mengungkapkan, untuk mengantisipasi hal tersebut, SKK Migas telah berkoordinasi dengan Pertamina sebagai pihak penjual LNG dan Kilang Bontang untuk melakukan mitigasi, antara lain mendesak Pertamina untuk tetap mengambil kargo LNG Muara Bakau sesuai dengan jadwal.
Kemudian mempersiapkan hal teknis untuk menghindari kelebihan stok gas di Kilang Bontang dan mencegah terjadinya penurunan produksi gas dari Muara Bakau untuk mengerem laju Pasokan gas ke kilang Bontang.
"Hingga saat ini SKK Migas terus berupaya melakukan mitigasi dan menjaga monetisasi gas bumi dengan maksimal, guna memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk pemerintah," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertamina Siagakan 200 Sepeda Motor BBM di Jalur Mudik
PT Pertamina (Persero) menyiapkan 200 armada sepeda motor untuk memasok Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi masyarakat. Keberadaan alat transportasi ini, merupakan upaya untuk mengantisipasi kendaraan pemudik yang kehabisan bahan bakar di tengah kemacetan.
Direktur Pemasaran Ritel Pertamina Mas'ud Khamid mengatakan, Pertamina telah menyiapkan beberapa langkah guna menjaga pasokan BBM saat musim mudik Idul Fitri 2019.
Langkahnya, di antaranya menyiapkan 200 sepeda motor pengangkut BBM di sepanjang jalur mudik tol Trans Jawa.
"Kita punya 200 armada motor pengangkut BBM," kata Mas'ud, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Senin (20/5/2019).
Mas'ud mengungkapkan, armada motor tersebut mengangkut BBM yang dikemas dalam kaleng dengan volume 10 liter.
Armada tersebut akan dikerahkan untuk memasok BBM ke kendaraan yang kehabisan bahan bakar di tengah perjalanan, saat lalulintas dalam kondisi macet. "Seandainya ada macet yang kalengan ini yang bekerja, Kita siagakan di rest area," tuturnya.
Advertisement
Melihat Layanan Pertamina Siaga dari Tol Merak hingga Pejagan
Arus mudik dan balik Idul Fitri 2019, menjadi tahun pertama perjalanan melalui Tol Trans Jawa yang sudah tersambung dari Merak, Banten hingga Probolinggo, Jawa Timur.
Jalur sepanjang 995 kilometer tersebut menjadi jalur yang akan dilewati pemudik dengan masing-masing tujuan.
Pertamina Marketing Operation Region III, telah menyiapkan layanan Pertamina Siaga yang akan memenuhi kebutuhan BBM pemudik khususnya yang melintas tol Trans Jawa dari ruas Merak hingga Pejagan.
Unit Manager Communication Relations & CSR Pertamina MOR III, Dewi Sri Utami menyatakan, selain SPBU eksisting, layanan Pertamina juga ditambah dengan kehadiran Kios Pertamina Siaga, Motor Kemasan, SPBU Modular, Mobil Tanki PTO (Berdispenser), SPBU Kantong (Mobile Storage) dan Rumah Pertamina Siaga.
"Kami maksimalkan layanan tersebut, untuk memenuhi kebutuhan pemudik sejak H-7 Lebaran yang tersedia di ruas kanan kiri jalur tol. Termasuk untuk menghadapi skenario one way (satu jalur) yang diterapkan Dirlantas Polri mulai tanggal 30 Mei hingga 2 Juni," ujar dia, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (18/5/2019).
Pertamina Rogoh Rp 27,4 Triliun Garap 98 Proyek Migas
PT Pertamina (Persero) mengalokasikan USD 1,9 miliar atau setara Rp 27,4 triliun untuk menggarap 98 proyek eksplorasi dan pengembangan Hulu Migas di Indonesia pada 2019. Langkah ini diambil untuk meningkatkan produksi migas perseroan.
Komitmen investasi Pertamina di sektor Hulu menjadi agenda prioritas pelat merah tersebut di tahun ini. Hal ini dibuktikan dengan nilai investasi sektor hulu secara keseluruhan yang mencapai sekitar USD 2,6 miliar atau sekitar 60 persen dari keseluruhan investasi Pertamina pada RKAP tahun 2019 yang mencapai USD 4,2 miliar.
"Seluruh proyek tersebut dilaksanakan oleh anak usaha di sektor hulu migas Pertamina yang beroperasi di Indonesia," kata Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H. Samsu dalam kesempatan dialog dengan media di Jakarta, Jumat (17/5/2019).
Proyek tersebut terdiri dari 47 proyek dilaksanakan oleh Pertamina EP, 29 proyek oleh PHE, 19 proyek oleh PHI, 2 proyek oleh PEPC, dan 1 proyek oleh PEPC ADK. Proyek-proyek migas tersebut meliputi kegiatan untuk mempertahankan base production seperti kegiatan pemboran, konstruksi fasilitas produksi, pengembangan struktur temuan migas, serta pengembangan EOR.
Proyek-proyek ini penting mengingat perannnya dalam mempertahankan revenue generator hulu saat ini. Kegiatan eksplorasi new ventures dilakukan melalui akses ke WK eksplorasi baru dan investasi untuk melakukan survei sesmik regional.
“Optimisme ini juga didukung dengan sejumlah capaian. Hingga bulan April, Pertamina telah menyelesaikan pemboran 77 sumur di Indonesia yang terdiri dari 72 sumur eksploitasi dan 5 sumur eksplorasi di WK eksisting,” tegasnya.
Lebih lanjut Dharmawan menjelaskan bahwa pada tahun 2019 Pertamina berencana akan menyelesaikan 311 sumur pemboran eksplorasi dan eksploitasi di Indonesia dimana sekitar 38 persen di antaranya berada di wilayah kerja Mahakam.
“Realisasi pemboran Pertamina mendominasi realisasi pemboran migas di seluruh Indonesia. Komitmen pemboran ini adalah yang terbesar di Indonesia dalam rangka menjaga keberlangsungan produksi dari aset-aset eksisting, “ tegasnya.
“Selain itu, sebagai bagian dari upaya menahan laju penurunan alamiah produksi, Pertamina juga melakukan program work over dan well intervention serta predictive maintenance yang dapat mengurangi potensi unplanned shutdown,” imbuhnya.
Dharmawan menjelaskan bahwa proyek pengembangan hulu migas yang dilakukan oleh Pertamina diharapkan mampu membantu penguatan produksi migas nasional. Pengembangan ini diperlukan karena sebagian besar wilayah kerja Migas di Indonesia sudah membutuhkan pendekatan yang lebih khusus karena lapangan-lapangan tersebut sudah beroperasi lebih dari 40 tahun.
Advertisement