Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah informasi terkait Aksi 22 Mei beredar di media sosial, salah satunya terkait petugas kepolisian yang diduga menembaki warga di dalam masjid saat bentrok di kawasan Tanah Abang.
Kabar ini viral lewat beberapa video di facebook. Dalam video berdurasi 47 detik itu, seorang warga terlihat tengah merekam suasana di dalam masjid.
Advertisement
"Masjid Al Makmur di Tanah Abang, ditembakin sama polisi b*****. Markas Petamburan siaga. Kita ditembakin di sini sama polisi b*****, semua kita pada takbir," demikian potongan suara seorang warga.
Dalam video tersebut juga terdengar suara letupan. Sementara suasana di dalam masjid ramai dipenuhi orang.
Video ini kemudian diunggah oleh akun facebook NoorSya Zainu pada Rabu (22/5/2019). Akun ini juga menambahkan sebuah narasi dalam konten yang diunggahnya.
"Bahkan sampai di dalam masjid pun polisi menunjukan arogansinya dengan menembaki gas air mata ...!!!
Hasbunallah Wa Ni’mal Wakil, Ni’mal Maula Wa Ni’man Nashir..Laa Hawla wa Laa Quwwata Illa Billah...," tulis akun facebook NoorSya Zainu.
Konten yang diunggah akun facebook NoorSya Zainu telah dibagikan 22.320 kali dibagikan dan mendapat 40 komentar warganet.
Selain itu, akun NoorSya Zainu juga mengunggah video yang berisi sejumlah warga menemukan selongsong peluru.
Dalam video berdurasi 16 detik itu, seorang warga memperlihatkan lima buah selongsong peluru yang ditemukan di lokasi bentrok.
Penelusuran Fakta
Dari penelusuran, kabar tentang petugas kepolisian yang menembaki warga di dalam masjid masih perlu ditelusuri. Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono mengklarifikasi kabar tersebut.
Fakta ini sebagaimana dikutip Liputan6.com dengan judul artikel 'Polisi: Tidak Benar Personel Kami Masuk ke Masjid Kejar Pengunjuk Rasa'.
Liputan6.com, Jakarta - Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono memastikan, personel kepolisian tidak masuk ke dalam masjid untuk mengejar para pengunjuk rasa. Argo menegaskan, isu tersebut tidak benar.
"Ada isu bahwa personel pengamanan masuk ke masjid-masjid untuk mengejar pengunjuk rasa adalah tidak benar," kata Argo di Jakarta, Kamis (22/5/2019).
Menurut Argo, unjuk rasa yang terjadi pada Selasa 21 Mei 2019 malam awalnya berlangsung dengan damai. Namun, ada segelintir masyarakat yang diduga memprovokasi. Alhasil, bentrokan terjadi hingga Rabu (22/5/2019) dini hari tadi.
"Tapi semua sudah bisa kita atasi," ucap Argo.
Argo mengatakan, hingga kini anggotanya masih terus berjaga di sekitar kantor Badan Pengawas Pemilu dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mengawal aksi 22 Mei.
"Semua masih lengkap dikendalikan oleh Kapolres Jakpus selaku Kapam objek," kata Argo.
Sementara untuk temuan selongsong peluru, masih perlu diteliti lebih jauh. Hal itu untuk membuktikan jenis peluru yang digunakan petugas keamanan saat menertibkan massa aksi.
Namun, polisi sudah mengklarifikasi bahwa mereka tidak menggunakan peluru tajam saat mengawal dan mengamankan aksi 22 Mei.
Dalam konferensi pers, Kadiv Humas Polri Inspektur Jenderal Muhammad Iqbal juga membantah ada anggotanya menembaki masjid.
"Itu tak benar. Tidak ada polisi dan TNI yang menembaki masjid," kata dia, Selasa (22/5/2019).
Fakta ini dikutip dari situs Liputan6.com dengan judul artikel 'Polri soal Penanganan Rusuh Tanah Abang: Petugas Tak Dibekali Senjata Api'.
Liputan6.com, Jakarta - Massa yang bertahan di sekitar Tanah Abang masih melakukan perlawanan ke pasukan antihuru-hara gabungan TNI-Polri, Rabu (22/5/2019) subuh. Polri sendiri hanya berbekal tameng, gas air mata, dan water cannon untuk menekuk lutut massa.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo menegaskan, petugas tidak dibekali senjata tajam dalam bertugas mengawal demonstrasi di Bawaslu mulai Selasa 21 Mei 2019 hingga menangani kerusuhan di Tanah Abang Rabu subuh.
"Aparat pengamanan unjuk rasa tidak dibekali senjata api dan peluru tajam," ujar Dedi kepada Liputan6.com, Jakarta, Rabu.
Hingga pukul 04.59 WIB, massa masih melakukan perlawanan ke petugas gabungan TNI-Polri di Tanah Abang.
Massa yang bertahan di seberang underpass Tanah Abang, jalan Pasar Blok A dan Pasar Blok E, melempari petugas dengan batu dan petasan.
Mereka sempat dipukul mundur sekitar pukul 03.50 WIB. Namun, massa yang kemudian menyerang petugas dengan petasan kembang api besar dan membuat barikade di atas underpass Tanah Abang, berhasil bertahan.
Akhirnya, petugas keamanan gabungan TNI-Polri membuat inisiatif untuk mundur sekitar pukul 04.00 WIB.
"Bisa dengar saya, rekan-rekan mari kita mundur dengan rapi menuju Bawaslu untuk beristirahat. Tameng semuanya hadapkan ke depan dan jangan tinggalkan seorangpun di belakang, mereka adalah saudara kita," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Harry Kurniawan melalui mobil komando, seperti dilansir Antara.
Warga Petamburan juga mengaku tak mengenal perusuh. Hal itu termuat dalam artikel Liputan6.com berjudul, Tokoh Masyarakat Petamburan: Warga Tak Kenal dengan Perusuh di Depan Asrama Brimob.
Kerusuhan sempat pecah di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, hingga Rabu jelang sahur. Sekelompok orang membuat rusuh di sekitar Asrama Brimob Petamburan.
Ternyata, warga tidak mengenali para perusuh tersebut. Hal tersebut diungkapkan tokoh masyarakat setempat yang juga Panglima Front Pembela Islam (FPI) Jakarta, Habib Muksin.
"Alhamdulillah dengan tokoh masyarakat Petamburan dan Kapolres bisa mengkondusifkan lokasi di Petamburan. Ini dilakukan pihak ketiga sengaja buat kekacauan. Ini yg dilakukan ada pihak ketiga ada adu domba," kata Habib Muhsin di lokasi bersama Kapolres Jakarta Barat Kombes Hengki Haryadi, Rabu (22/5/2019).
Sementara itu, Hengki juga memastikan, sejumlah orang yang diamankan dalam kerusuhan itu bukanlah warga Petamburan dan KS Tubun.
"Sebagian besar dari luar daerah Tasik apa itu Majalengka dan Banten. Masyarakat tak ada yang kenal. Bahkan sempat bentrok juga (perusuh) dengan warga karena tak terima properti merdeka dirusak," kata Hengki.
Advertisement
Kesimpulan Klaim
Kabar tentang petugas kepolisian yang menembaki warga dan masjid tidak disertai dengan bukti yang sahih.
Polisi sudah meluruskan kabar tersebut bahwa mereka tidak mengejar pengunjuk rasa hingga ke dalam masjid. Narasi yang dibangun dalam video tersebut juga belum tentu sesuai dengan fakta sebenarnya.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 49 media massa lainnya di seluruh dunia.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.
Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement