Arsenal dan Chelsea Didesak Boikot Final Liga Europa

Arsenal dijadwalkan bertemu Chelsea pada final Liga Europa yang berlangsung di Baku, Azerbaijan, pada 29 Mei mendatang.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 22 Mei 2019, 19:45 WIB
Gelandang Arsenal Henrikh Mkhitaryan merayakan gol ke gawang Southampton pada lanjutan Liga Inggris di Emirates Stadium, Minggu (24/2/2019). (AFP/Ian Kington)

Liputan6.com, Jakarta - Finalis Liga Europa 2018/19, Arsenal dan Chelsea, mengecam sikap UEFA memaksakan kedua tim tetap bertemu di Baku, Azerbaijan pada 29 Mei mendatang. Kondisi keamanan di negara tersebut sedang tidak menentu akibat perseteruan yang terjadi dengan Armenia.  

Ketegangan politik ini telah membuat Arsenal mengambil keputusan sulit yakni,  merumahkan Henrikh Mkhitaryan yang berasal dari Armenia. Menurut Direktur Manajer Arsenal, Vinai Venkatesham, keputusan ini diambil dengan pertimbangan keamanan. 

"Saya sulit menemukan kata-kata untuk menggambarkan perasaan saya. Kami menghadapi situasi yang tidak bisa diterima. Ini bukan keputusan kami atau Henrikh, tapi keputusan  bersama. Kami pikir dia tidak dapat ke final Liga Europa dan ini menyakitkan," bebernya. 

Menurut Venkatesham, absennya Mkhitaryan tidak hanya merugikan Arsenal. Pemain yang bersangkutan juga menurutnya merasakan hal yang sama. "Kesempatannya diambil begitu saja, kesempatan yang langka bagi setiap pemain," kata Venkatesham menjelaskan. 

"Kesempatan kami memainkannya untuk membantu memenangkan trofi besar juga hilang. Ini benar-benar sangat memalukan," ujar Venkatesham.

Menurut Venkatesham, setelah final nanti, pihaknya akan menjelaskan kepada UEFA kenapa hal itu tidak bisa diterima dan tidak boleh lagi  menimpa Arsenal atau klub yang lainnya. 

Kapten Arsenal, Lauretn Koscielny juga menyalahkan UEFA yang ngotot menggelar final Europa League di Baku. "Saya sangat tidak senang," katanya kepada BBC Radio 5.

"Pertama karena kami terpaksa meninggalkan seorang pemain, karena dia tidak bisa tampil di final. Saya pikir UEFA perlu tahu beda masalah yang bisa merekda dapat dengan situasi politik sebuah negara. Saat ada negara bersteru dengan negara lain, mereka seharusnya tidak menggelar pertandingan final di negara tersebut," beber Koscielny menambahkan. 

Menurut Koscielny, kehilangan Mkhitaryan merupakan kerugian bagi Arsenal. Apalagi selama ini, Mkhitaryan telah memperkuat Arsenal di 11 laga Liga Europa dan mencetak tiga assist. 

 

 

 


Keselamatan Suporter

Gelandang Arsenal, Henrikh Mkhitaryan, beradu cepat dengan gelandang Liverpool, Sadio Mane, pada laga Premier League di Stadion Emirates, London, Minggu (3/11). Kedua klub bermain imbang 1-1. (AFP/Ian Kington)

Legenda Arsenal, Ian Wright, juga menyuarakan kekecewaanya terhadap UEFA. Bukan saja karena absennya Mkhitaryan, tapi keselamatan suporter yang bakal hadir pada laga nanti. 

"Bagaimana ini bisa terjadi? Selama ini hanya bualan saja. Anda sama sekali tidak perduli dengan nasib suporter atau para pemain," tulis Wright lewat akun Twitter-nya. 

 


Boikot Final Liga Europa

Sementara itu, jurnalis Inggris, Piers Morgan mendesak agar Chelsea dan Arsenal memboikot pertandingan final Liga Europa di Baku dan mendesak UEFA memindahkan lokasi pertandingan.

Jurnalis Dailymail.co.uk, Ian Herbert, juga menganjurkan hal yang sama. Menurutnya. dalam kondisi sekarang ini, Baku bukanlah lokasi yang tepat menggelar duel Arsenal vs Chelsea. 

 

Menurutnya, ketengangan politik membuat kondisi tidak aman.  Ini berkaca pada kebrutalan salah seorang antek tentara Azerbaijan, Ramil Safarov. "Dia itu mirip psikopat, menerobos masuk ke kamar tentara Armenia, Gurgan Margaryan yang tengah menghadiri seminar yang diprakarsai NATO di Budapest 15 tahun lalu lalu membunuhnya dengan kapak," tulis Herbert. 

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya