Liputan6.com, Blitar - Warga Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur berduka, Rabu (22/05/2019) siang. Harjo Suwito atau akrab disapa Harjo Gentolet atau Mbah Harjo yang berusia kurang lebih 200 tahun tersebut meninggal dunia.
Kabar meninggalnya pria yang keseharinya berprofesi sebagai juru kunci tersebut viral di media sosial.
Mbah Harjo meninggal karena sakit seiring mengingat usianya yang sudah lanjut. Namun hingga kini belum ada yang mengetahui secara pasti usia Mbah Harjo Suwito.
"Memang usianya untuk beliaunya sendiri, tidak hafal tahun lahirnya. Cuman perkiraan kan hampir dua abad. Pokoknya seratus lebih lah, mungkin hampir 200 tahun informasinya seperti itu," tutur Iptu M Burhanudin Kasubag Humas Polres Blitar Jawa Timur dikonfirmasi Liputan6.com, Rabu (22/05/2019) malam.
Baca Juga
Advertisement
Mbah Harjo Suwito sempat mengeluh sakit. Pihak dari Pemerintah Daerah, melalui perangkat desa mau pun tingkat Kecamatan serta Kapolsek berusaha menawarkan untuk diperiksa dibawa ke rumah sakit.
Namun Mbah Harjo awalnya menolak. Sehingga pihak desa harus mendatangkan dokter puskesmas untuk dibawa ke rumahnya.
Diperkirakan kondisi kesehatan Mbah Harjo tak kunjung membaik. Setelah dibujuk, akhirnya Mbah Harjo bersedia dibawa berobat ke Rumah Sakit Wilingi. Tidak berselang lama, Mbah Harjo menghembuskan nafas terakhirnya.
"Kemarin memang sakit, setelah itu dari Pemerintah, dari Kecamatan dari pihak Kapolsek berusaha membantu beliau untuk dibawah Ke Rumah Sakit, awalnya tidak mau. Akhirnya dokter yang harus dibawah ke rumahnya," kata Iptu M Baharudin.
Juru Kunci Gunung Gendang
Keseharinya Mbah Harjo tinggal di lereng kaki Gunung Gendang, ia dianggap sebagai juru kunci di sana. Di situ ada semacam petilasan berbentuk candi.
"Sudah lama dia tinggal di situ sendirian, terkadang ditemani anaknya. Kalau anaknya tinggal di kampung. Seingat saya informasi kalau nggak salah tiga anaknya gitu loh," ucapnya.
Harjo Suwito dikenal sebagai seorang sesepuh dan panutan di sana, sehingga ia selalu mendapat perhatian dari pemerintah desa. Dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari hari, ia selalu mendapat kiriman makanan dari anaknya.
"Ya yang masak anaknya, tinggal di kampung. Dulu anaknya buka usaha parkir sepeda motor," ujar Iptu M Baharudin.
Jarak petilisan candi, yang biasa ditempati Harjo Suwito dengan rumah anaknya kurang lebih 5 kilometer masuk ke area hutan lindung. Jenazah Harjo Suwito dimakamkan sekitar pukul 10.00 WIB di TPU dekat area petilasan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement