Aksi 22 Mei Belum Pengaruhi Ekonomi Nasional

Pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) dinilai masih bisa mengendalikan situasi.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 23 Mei 2019, 10:00 WIB
Pejalan kaki melintas di depan pertokoan yang tutup di Jalan Sabang, Jakarta pada Rabu (22/5/2019). Pemilik toko dan pengelola kantor di kawasan tersebut menutup toko dan kantor mereka imbas aksi 22 Mei 2019 yang berakhir rusuh di beberapa titik lokasi. (Liputan6.com/Aangga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kericuhan pada aksi damai yang berlangsung selama dua hari di Jakarta menjadi sorotan banyak pihak. Sejumlah fasilitas perkantoran dan pertokoan di ibu kota terpaksa terhenti sementara dengan alasan keselamatan.

Namun kondisi yang terjadi di Jakarta dinilai masih belum mempengaruhi kegiatan ekonomi secara nasional.

Direktur Eksekutif Economic Action Indonesia (EconAct) Ronny P Sasmita memandang, apa yang terjadi ini masih bersifat kondusif. Kalaupun ada pengaruhnya, hanya untuk kegiatan ekonomi di Jakarta saja.

"Pengaruh tentu ada, walau sampai hari ini belum terlalu signifikan. Setidaknya, untuk ekonomi riil, kawasan yang terpapar aksi-aksi tentu terganggu. Tapi secara nasional, masih belum berpengaruh besar," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (23/5/2019).

Ronny memandang, pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) dinilai masih bisa mengendalikan situasi.

Apa yang terjadi selama dua hari ini masih kental dengan isu politik. "Sampai hari ini, pemerintah masih terbilang berhasil menganalisasi masalah ini di ranah politik, jadi secara ekonomi masih belum terimbas signifikan," tegas dia.

Meski dua hari ini rupiah mengalami pelemahan, Ronny berpandangan hal ini bukan semata-mata karena aksi kerusuhan di dalam negeri, melainkan lebih karena faktor perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

"Jadi kondisi rupiah terbaru, lebih banyak karena faktor perang dagang lah, ketimbang faktor tanah abang," pungkas pria yang juga sebagai Staf Ahli Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) itu.


Harapan Pengusaha Jakarta Usai Aksi 22 Mei

Seorang pria berdiri di depan gedung Sarinah, Jakarta, pascarusuh polisi dan massa, Kamis (23/5/2019). Kerusuhan di sekitar Bawaslu pada 22 Mei 2019 malam menyisakan kerusakan di berbagai titik, salah satu yang jadi korban adalah logo 'Sarinah' yang ikonik. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DKI Jakarta berharap kondisi di ibu kota segera pulih setelah terjadinya aksi unjuk rasa 22 Mei, kemarin.

Ketua Apindo DKI Jakarta, Solihin mengatakan aksi unjuk rasa kemarin memang memberikan dampak pada aktivitas ekonomi di Jakarta, khususnya kegiatan perdagangan.

"Kalau terjadi pengurangan kunjungan ke mal, ya pasti terjadi. (Tetapi) Sejauh ini tidak ada instruksi kepada para pengusaha untuk berhenti beraktivitas," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (23/5/2019).

Namun demikian secara keseluruhan, ekonomi Jakarta tidak terganggu akibat aksi 22 Mei ini. Hal tersebut salah satunya karena aparat keamanan telah siap siaga mengamankan dan menjaga ketertiban di lokasi-lokasi kegiatan ekonomi berlangsung.

"Kami Apindo DKI anggotanya banyak yang pabrikan dan lain-lain. Kalau ditanya dari informasi yang kita dapat ini aktivitasnya dikendurkan, padahal semua aktivitas berjalan seperti biasa. Karena pihak keamanan kan sudah melakukan antisipasi yang luar biasa," kata dia.

Sementara terkait dengan kerugian, Solihin berharap tidak ada kerugian dalam jumlah besar yang dialami oleh para pelaku usaha di ibu kota. Yang terpenting saat ini menurut dia, aksi unjuk rasa tidak terus berlanjut agar aktivitas ekonomi bisa kembali normal.

"Doakan yang bagus-bagus. Tetapi apa pun yang terjadi, kita kan sudah punya asuransi. Tetapi ini bukan menjadi hal yang kita inginkan. Mudah-mudahan tidak ada apa. Kalau kenapa-kenapa pun aparat keamanan sudah siaga," tandas dia.


Kerusakan Infrastruktur Akibat Aksi 22 Mei Tidak Terlalu Parah

Pengamat Properti sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda berpendapat, beberapa kerusakan infrastruktur imbas aksi 22 Mei tidak terlalu parah, dan hanya bersifat sementara waktu atau insidental saja.

"Harusnya enggak. Dan ini insidental, semoga terkendali dan tidak berdampak jangka panjang," ungkap dia saat ditanyai Liputan6.com, Rabu (22/5/2019).

Seperti diketahui, aksi penolakan terhadap hasil Pilpres 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) berbuntut panjang. Tindak pengrusakan awal terjadi pada Selasa, pukul 23.00 WIB, dimana ada beberapa pihak yang berulah provokatif dengan merusak security barrier di seputaran kantor Bawaslu.

Beberapa fasilitas publik turut terkena imbas aksi 22 Mei. Seperti Asrama Brimob di Petamburan yang dibakar massa pada Rabu dini hari. Itu merupakan buntut dari kericuhan yang terjadi di depan kantor Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu).

Aksi tersebut kemudian diikuti dengan adanya sejumlah massa membakar beberapa kendaraan milik polisi berupa bus dan mobil di flyover Slipi, Jakarta Barat. Sebanyak lima bus dibakar, dua diantaranya ludes. Sementara dua mobil polisi juga turut jadi sasaran massa.

Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan lalu lintas di sekitar lokasi menjadi lumpuh akibat adanya penutupan dan pengalihan arus. Penutupan sementara juga dilakukan di Gedung DPR RI dan dua stasiun KRL, yakni Stasiun Tanah Abang dan Palmerah.

Pasar Tanah Abang Blok A-G saat ini juga ditutup sementara usai bentrokan yang terjadi pada Rabu dini hari tadi. Meskipun di sana tak ada kerusakan sama sekali, diperkirakan kerugian akibat penutupan dadakan tersebut mencapai miliaran rupiah.

Ali Tranghanda juga memandang, seluruh tindak pengrusakan akibat aksi 22 Mei tersebut tak akan berdampak lebih lanjut pada kegiatan pembangunan infrastruktur di sekitar kawasan. "Tidak separah itu, harusnya enggak," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya