Liputan6.com, Moskow - Seorang hakim Rusia terpaksa mengundurkan diri akibat foto telanjang dadanya beredar. Insiden itu terjadi beberapa bulan setelah Irina Devayeva memberikan kelonggaran terhadap dua remaja anti-pemerintah Vladimir Putin dalam sebuah kasus di pengadilan.
Irina Devayeva akhirnya mundur dari jabatan sebagai seorang hakim Rusia, setelah ponselnya diduga diretas dan gambarnya tengah topless alias bertelanjang dada dicuri.
Advertisement
Menurut pihak pengadilan tempatnya bertugas, seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (23/5/2019), Irina Devayeva mengundurkan diri atas permintaannya sendiri. Kendati demikian muncul kekhawatiran bahwa dia mungkin menjadi sasaran Kremlin atas kasus yang ditangani sebelumnya.
Dengan membebaskan kedua remaja itu dari tahanan tahun lalu - setelah mereka dituduh berencana menggulingkan pemerintahan Vladimir Putin - dia mungkin telah dianggap memberontak terhadap Kremlin yang berkuasa.
Menurut situs Rusia, Znak, foto topless itu diambil sebelum Devayeva menjadi hakim di pengadilan Dorogomilovsky, Moskow. Dia tidak pernah berbagi dari telepon atau mengunggahnya di media sosial.
Lalu bagaimana foto-foto itu tersebar? Jawabannya masih menjadi misteri.
Proses Pembebasan
Kasus dua remaja -- diidentifikasi sebagai Anna Pavlikova yang berusia 18 tahun dan Maria Dubovik yang berusia 19 tahun -- yang ditangani Irina Devayeva memicu kontroversi. Sebab ia membebaskan keduanya dari tahanan tahun lalu, padahal mereka menghadapi tuduhan menciptakan kelompok ekstremis yang bertujuan menggulingkan pemerintahan Vladimir Putin.
Kedua remaja itu dan delapan tersangka lainnya ditangkap pada Maret 2018.
Pengacara pembela menyatakan bahwa agen polisi yang menyamar telah menulis program radikal kelompok itu dan mendorong anggotanya untuk melakukan latihan menembak.
"Mereka ditahan selama lima bulan dalam penahanan awal yang membuat kesehatan menurun," menurut pengacara dan kerabat mereka.
Namun pada Agustus tahun lalu, mereka dipindahkan dari tahanan ke tahanan rumah setelah keputusan Devayeva.
Ratusan wanita membawa mainan lunak di seluruh Moskow selama 'Mothers' March 'yang tidak resmi dalam upaya untuk membebaskan kedua remaja tersebut.
Advertisement
Undang-undang yang Samar
Rusia dikenal sering menggunakan undang-undang ekstremisme yang samar untuk mengejar para pembangkang, aktivis oposisi, dan minoritas agama.
Dalam satu contoh, Rusia secara resmi melarang Jehovah's Witnesses pada tahun 2017 dan menyatakan mereka sebagai organisasi ekstremis.
Amnesty International mengatakan undang-undang ekstremisme telah "diperluas dan digunakan secara sewenang-wenang terhadap pidato yang dilindungi", dalam laporan terbarunya tentang Rusia.