Liputan6.com, Papua - Ramadan tahun ini, Mama Ibera Wenda (54) merasakan berkah yang luar biasa. Sebagai perajin tas noken dan Ketua Kelompok Mama Perajin Noken Nabua Kabua, Mama Ibera dan mama-mama lainnya saling membantu mengembangkan bisnis yang mereka jalani. Dalam bahasa Tolikara, "nabua-kabua" memang berarti saling menolong.
Mama Ibera mengenang, beberapa tahun yang lalu dia dan para perajin noken lainnya berjuang sendirian. Mereka susah payah mengembangkan bisnis dan menjual dagangan seadanya, tanpa mengetahui modifikasi tas noken yang kekinian.
Advertisement
Setelah Festival Danau Sentani 2017, nasibnya perlahan berubah. Mama Ibera aktif mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh sebuah perusahaan.
"Dari situlah segalanya berubah. Kelompok Nabua Kabua makin banyak dikenal dan tas noken kami juga laris terjual," katanya saat ditemui Liputan6.com di lapak dagangannya di Kampung Ramadan Pertamina, Selasa (21/5/2019).
Ia kini bisa bangga karena omsetnya melesat, bahkan makin bervariasi model noken yang dijualnya.
"Berbagai pelatihan dan juga seminar, membuat pikiran kami terbuka untuk menghasilkan tas noken yang tak lagi biasa, tapi bisa disebuta tas noken kekinian lah," kata Mama Ibera.
Kelompok Noken Nabua Kabua tak sekadar kumpulan mama perajin noken di Papua. Di kelompok itu, Mama Ibera dan mama lainnya saling membantu dan belajar.
"Penguatan iman, belajar budi pekerti, hingga belajar membaca dan menulis dilakukan dalam kelompok ini. Kami saling membantu memberikan motivasi dan semangat untuk mama-mama," kata Mama Magdalena Ondy yang telah bergabung dengan Kelompok Nabua Kabua sejak 2006.
Mama Magdalena, seorang pensiunan ASN dari Dinas Pariwisata Kabupaten Jayapura, banyak mengajarkan mama perajin noken di Nabua Kabua untuk membuat noken menjadi usaha ekonomi yang mandiri dan menghasilkan produk yang menambah penghasilan bagi kebutuhan hidup sehari-hari.
Menurut Mama Magdalena, di awal 2016, kelompok Nabua Kabua berjumlah 15 orang. Banyak mama-mama yang tak bisa baca tulis. Mama Ibera sebagai salah satu mama yang lebih mandiri dan bisa baca tulis akhirnya mengajarkan mama yang lainnya untuk lancar membaca dan menulis.
"Perlahan kami mengajari mama di kelompok ini. Tak langsung belajar membaca, tapi kami masuk dari pemahaman agama, budi pekerti, setelah itu dilanjutkan dengan belajar membaca dan menulis. Disitulah pola pikir mama-mama berubah, hingga kemudian mengubah hidupnya," jelas Mama Magdalena.
Kini, kelompok Nabua Kabua tersebar hingga di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Di Wamena terdiri atas dua kelompok dan per kelompok terdiri atas 10 orang. Setiap hari, kelompok Nabua Kabua makin bertambah. Hingga hari ini, 60 orang mama pengrajin noken Papua telah bergabung. Bukan hanya untuk merajut noken, tapi juga untuk belajar dan berbagi pengalaman.
Kampung Ramadan Pertamina merupakan kegiatan yang baru dilaksanakan Ramadan tahun ini di seluruh kantor Pertamina yang menyebar di Indonesia.
Salah satunya ada di kantor Pertamina MOR VIII Maluku Papua yang ikut menggelar Kampung Ramadan. Pesertanya adalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang tergabung dalam Kemitraan Pertamina.
Dagangan yang ditawarkan dalam Kampung Ramadan berbagai macam, mulai dari tas noken, lalu pernak-pernik asal Papua. Misalnya anting-anting, gelang dan aksesoris lainnya yang terbuat dari kulit kerang hingga kulit kayu, ditambah kue kering dan busana muslim lainnya.
Unit Manager Communication & CSR Marketing Operation Region (MOR) VIII Maluku-Papua, PT Pertamina (Persero) Brasto Galih Nugroho menuturkan, tujuan Kampung Ramadan adalah memperkenalkan kepada pekerja Pertamina dan masyarakat umum, terkait prorgam kemitraan Pertamina yang dapat menaikkan omzet mitra binaan.
"UMKM yang ditawarkan pada Kampung Ramadan adalah produk yang dipakai langsung pada bulan Ramadan. Silakan berkunjung ke kampung ini yang dibuka hingga Jumat (24/5/2019). Kualitasnya bagus dan harga terjangkau," ujar Brasto.
Berkah Ramadan ini pun dirasakan Mama Ibera dan kelompok Nabua Kabua. Setiap harinya di Kampung Ramadan, lapak dagangannya bisa mengantongi laba bersih Rp1 juta.
"Pagi ini saja kami sudah dapat Rp 750 ribu. Belum lagi sore atau siang nanti di saat banyak pekerja Pertamina istirahat ataupun masyarakat yang datang ke kampung ini," ucapnya.
Mama Ibera menyebut, di setiap pameran yang diikutinya, ia dan kelompoknya bisa mengantongi keuntungan Rp5 juta. Keuntungan dan berkah Ramadan tahun ini pun merubah nasib Mama Ibera semakin baik.
Simak juga video pilihan berikut ini: