Liputan6.com, Jakarta - Setelah diterpa kabar akan kehilangan dukungan dari Google, Huawei harus berjuang agar smartphone besutannya bisa berjalan normal seperti biasa.
Mengantisipasi hal itu, perusahaan teknologi asal Tiongkok ini mengembangkan sistem operasi baru bernama Hongmeng.
Hongmeng nantinya bakal kompatibel dengan semua aplikasi yang biasa dijalankan di Android.
Jadi pengguna tidak perlu khawatir, meski telah kehilangan dukungan sistem operasi Android, pengguna tetap bisa menggunakan aplikasi Android. Demikian seperti yang Tekno Liputan6.com kutip dari situs resmi Huawei, Kamis (23/5/2019).
Baca Juga
Advertisement
CEO Bisnis Konsumer Huawei Yu Chengdong sudah mengkonfirmasi hal ini, yang tentu menjadi kabar baik bagi seluruh pengguna Huawei dan Honor.
Sebagai tambahan, sistem operasi Huawei yang baru juga bakal kompatibel dengan smartphone Huawei, tablet, TV, dan device lainnya.
Belum diketahui tanggal pasti peluncuran Hongmeng, namun sistem operasi ini bakal diluncurkan musim gugur tahun ini, atau paling lambat musim semi tahun depan.
Bos Huawei: AS Meremehkan Kekuatan Kami
Sebelumnya, pendiri Huawei, Ren Zhengfei, kembali mengomentari masuknya perusahaan ke dalam daftar hitam ekspor Amerika Serikat (AS).
Ia menilai perintah eksekutif pemerintahan Donald Trump tersebut meremehkan kekuatan Huawei.
Dikutip dari BBC, Rabu (22/5/2019), Ren kepada media Tiongkok mengatakan tidak terlalu tertekan dengan langkah AS.
Menurutnya, Huawei jauh lebih unggul dalam pengembangan teknologi. Rei mengatakan, tak ada pihak lain yang bisa mengejar pengembangan teknologi 5G Huawei dalam waktu dekat.
"Praktik politisi AS saat ini meremehkan kekuatan kami," kata Ren.
Pada pekan lalu, Kementerian Perdagangan AS menambahkan Huawei dan 68 perusahaan lain dalam daftar hitam ekspornya. Hal ini membuat perusahaan asal Tiongkok tersebut tidak bisa membeli produk buatan AS.
Langkah Negeri Paman Sam ini kian menjadi sorotan utama setelah Google mengumumkan penghentian kerja sama dengan Huawei. Produsen chip AS seperti Qualcomm dan Intel pun disebut mengambil langkah serupa.
Adapun pelarangan berbisnis ini menandai kian kerasnya upaya AS untuk memblokir perusahaan teknologi tersebut.
Huawei saat ini menghadapi berbagai serangan dari negara-negara barat yang dipimpin oleh AS, atas kemungkinan risiko penggunaan produk-produknya di jaringan 5G.
AS telah lama menuding Huawei sebagai mata-mata pemerintah Tiongkok.
Huawei pun berkali-kali membantah tudingan tersebut. Selain itu, permasalahan yang dihadapi oleh Huawei ini juga dinilai sebagai dampak dari perang dagang AS dan Tiongkok.
Advertisement
Kelonggaran Waktu
Kementerian Perdagangan AS pada Senin (20/5/2019), memberikan waktu tambahan sebelum kebijakan pemblokiran diberlakukan dengan mengeluarkan lisensi sementara, yang memungkinan beberapa perusahaan bisa menggunakan jaringan dan perangkat Huawei yang ada. Waktu tambahan yang diberikan selama 90 hari.
"Ini akan membuat operasional akan berlanjut untuk pengguna ponsel Huawei yang ada sekarang, dan juga jaringan broadband di kawasan pedesaan," kata Menteri Perdangan AS, Wilbur Ross.
Pihak Huawei sejauh ini tampak tidak terlalu mempermasalahkan keputusan AS. Bahkan Rei mengatakan, pihaknya akan baik-baik saja jika Qualcomm dan penyuplai AS lain tidak menjual chip mereka kepada Huawei.
Huawei sendiri memiliki unit HiSilicon Technologies Huawei, yang mendesain chip prosesor. "Kami sudah mempersiapkan untuk ini," tuturnya.
(Tik/Isk)