Pasukan Suriah Kembali Lancarkan Serangan Udara, 8 Warga Sipil Tewas

Sebanyak 8 warga sipil tewas dalam sebuah serangan udara terbaru oleh pasukan Suriah pada Kamis 23 Mei 2019.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 24 Mei 2019, 11:58 WIB
Kompleks bangunan apartemen sisa perang Suriah di Aleppo roboh, menyebabkan 11 orang tewas (AFP/George Ourfalian)

Liputan6.com, Idlib - Pasukan militer Suriah kembali melakukan serangan udara pada Kamis 23 Mei 2019, yang menewaskan sedikitnya delapan warga sipil, termasuk di antaranya dua anak-anak.

Serangan itu merupakan buntut dari konflik terbaru antara pasukan pemerintah dan pemberontak di wilayah yang telah berpindah tangan dua kali sejak awal Mei.

Dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (24/5/2019), pertempuran di wilayah yang dikuasai kubu pemberontak itu terjadi selang dua hari setelah koalisi kelompok bersenjata meluncurkan serangan untuk merebutnya dari pengaruh pemerintah.

Lebih dari 200.000 orang di wilayah itu telah melarikan diri sejak Suriah dan pasukan sekutu Rusia memperbarui kampanye militer, untuk menyingkirkan beberapa kelompok pemberontak di area barat laut negara itu.

Pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad merebut kendali Kafr Nabuda di provinsi Hama pada 8 Mei, tetapi kembali direbut oleh pemberontak pada Rabu 22 Mei.

Lebih dari 100 orang kombatan tewas dalam pertempuran di sekitar kota itu sejak Selasa.

Hay'et Tahrir al-Sham (HTS), sebelumnya sayap Al Qaeda di Suriah, bersama pemberontak lainnya mengendalikan sebagian besar provinsi Idlib serta sebagian provinsi Aleppo, Hama dan Latakia yang berdekatan.

Di salah satu kota di Idlib, Kafr Aweid, serangan udara pada hari Kamis meledak di depan banyak bangunan, menyebabkan puing berhamburan di sekitarnya, lapor seorang fotografer kantor berita AFP.

Dikatakan bentrokan telah mereda, tetapi pesawat tempur pemerintah melakukan lebih dari 60 serangan di berbagai bagian Idlib selatan.

Salah satu serangan itu menghancurkan fasilitas kesehatan di desa Kfar Oweid, kata lembaga Observatorium Hak Asasi Manusia pada perang Suriah.


Hancurkan 18 Fasilitas Kesehatan

Kendaraaan relawan White Helmets mencari korban di lokasi serangan militer di Provinsi Idlib, Suriah, Minggu, (7/1). Militer Suriah kehilangan Provinsi Idlib pada 2015 dan dikontrol oleh militan. (Syrian Civil Defense White Helmets via AP)

Kelompok-kelompok HAM mengatakan sejak tindakan ofensif diluncurkan pada akhir April, serangan-serangan Suriah dan Rusia telah menghantam setidaknya 18 fasilitas kesehatan, termasuk lima unit milik pemerintah yang ditargetkan PBB. Beberapa fasilitas tersebut bahkan dirusak hingga dua kali.

Menteri Energi Suriah Mohammad Zuhair Kharboutly mengatakan pada hari Kamis, bahwa pembangkit listrik al-Zara di provinsi Hama telah kembali beroperasi dan terhubung ke jaringan nasional.

Manajer stasiun pembangkit listrik setempat, Mostafa Shantout mengatakan, sebuah pesawat tak berawak yang dioperasikan oleh pemberontak menjatuhkan sejumlah bom pada Rabu malam di fasilitas itu.

Komentar kedua pejabat tersebut disampaikan oleh kantor berita resmi Suriah, SANA.

Naji al-Mustafa, juru bicara para pemberontak. membantah para militan menargetkan pembangkit listrik. Dia mengatakan pemberontak menembaki bandara militer Hama, karena menudingnya sebagai tempat lepas landas pesawat-pesawat yang menyerang pertahanan mereka.

 


Melanggar Standar Operasi di Zona Pertempuran

Bom fosfor putih dijatuhkan di Raqqa awal Juni 2017 lalu, saat Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang disokong Amerika Serikat mulai melakukan operasi militer untuk merebut ibu kota de facto ISIS tersebut (AFP)

Secara terpisah, seorang jurnalis Inggris yang bekerja untuk jaringan televisi Sky News, melaporkan pada hari Kamis bahwa kelompoknya sengaja ditembaki oleh pasukan Suriah.

"Kami ditemukan oleh sebuah drone militer yang kemudian berulang kali menembak dengan apa yang kami yakini sebagai peluru 12 5mm, yang kemungkinan ditembakkan dari tank tempur Rusia T-72," kata koresponden Alex Crawford.

"Ketika kami mundur untuk meninggalkan daerah itu, penargetan terhadap kami terus berlanjut," kata sang jurnalis.

Dia mengatakan salah satu kru Sky memiliki tanda pers di jaket antipeluru, sementara yang lain membawa paket medis hijau yang terlihat jelas.

"Mereka semua jelas melanggar standar operasi normal di zona pertempuran," katanya.

"Bahkan ketika kita mundur ke kota terdekat ... sekitar 10 kilometer jauhnya, penembakan itu mengikuti kita di sana, dan terus berlanjut," jelas Crawford.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya