Kericuhan Aksi 22 Mei yang Menyisakan Pilu bagi Pedagang

Massa aksi 22 Mei sempat menggeruduk Pos Polisi yang berada di persimpangan Jalan Wahid Hasyim menuju Jalan H Agus Salim, Jakarta Pusat.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 24 Mei 2019, 14:38 WIB
Banner Infografis Temuan di Balik Kerusuhan 22 Mei 2019. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Aksi 22 Mei yang menimbulkan kericuhan menyisakan kepiluan. Kepiluan itu dirasakan oleh pemilik warung yang dijarah oleh massa aksi.

Saat aksi 22 Mei rusuh, massa sempat menggeruduk Pos Polisi yang berada di persimpangan Jalan Wahid Hasyim menuju Jalan H Agus Salim, Jakarta Pusat.

Salah satu cerita berasal dari Usma (64). Pos polisi yang biasa digunakan sebagai tempat istirahat itu ludes. Usma sempat lari keluar dari Pospol sebelum kejadian nahas itu.

Tak lama setelah menghindar dari perusuh yang mengamuk, Usma kembali untuk melihat kios rokoknya yang berada tepat di samping pospol. Seketika badannya lemas, barang dagangannya ludes dijarah.

Berikut cerita-cerita pilu yang ditinggalkan usai kericuhan aksi 22 Mei dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


1. Usma, Rugi Hingga Rp 20 Juta

Kios rokok milik Usma yang berada di dekat pos polisi Sabang dijarah massa. Pos tersebut dibakar massa perusuh. (Liputan6.com/ Delvira Chaerani Hutabarat)

Demo pada Rabu 22 Mei 2019 di depan gedung Bawaslu, Jakarta berakhir ricuh. Perusuh enggan dibubarkan hingga akhirnya berhasil dipukul mundur dari arah Jalan MH Thamrin ke arah Jalan Wahid Hasyim dan Sabang.

Massa kemudian membakar pos polisi (pospol) yang berada di persimpangan Jalan Wahid Hasyim menuju Jalan H Agus Salim.

Saat itulah musibah menghampiri Usma (64). Pos polisi yang biasa digunakan sebagai tempat istirahat ludes. Usma sempat lari keluar dari Pospol sebelum kejadian nahas itu.

"Sebelum mereka bakar (Pospol) saya lari, keluar (dari Polsek)," kata Usma di depan kiosnya di perempatan Sabang, Jakarta Pusat, Kamis, 23 Mei 2019.

Tak lama setelah menghindar dari perusuh yang mengamuk, Usma kembali untuk melihat kios rokoknya yang berada tepat di samping pospol. Seketika badannya lemas, barang dagangannya ludes dijarah.

"Semua diambil. Minuman, semua rokok diambil. Habis," kata Usma

Mata Usma berkaca-kaca menceritakan kejadian tersebut, pria yang sudah puluhan tahun berjualan di Sabang itu tidak mengerti alasan pendemo mengamuk. "Habis semua, kenapa warung saya? Saya salah apa ya?" ujarnya

Saat ini, Usma dibantu anaknya merapikan kiosnya yang habis dijarah, pecahan kaca masih berserakan. Meski kiosnya tidak dibakar, namun tempat tidurnya selama ini sudah hilang.

"Selama ini saya numpang di Pospol, saya bantu-bantu juga di sana. Sekarang hilang semua baju saya di sana habis kebakar," kata dia.

Lantaran semua pakaian yang ia miliki dibakar, Usma berencana mudik ke kampung halamannya, Kuningan hari ini. "Saya mau mudik saja dulu, biar tenang dan cari modal lagi," ucapnya

Ia berharap tidak ada lagi kerusuhan di Jakarta. Ia juga bertekad bisa berjualan lagi dengan mengumpulkan modal terlebih dahulu di kampungnya.

"Semoga enggak ada lagi (rusuh), ama-aman. Saya nyari modal dulu, ini kan habis semua. Hilang mungkin hampir Rp 20 juta karena rokok banyak habis semua," tutur Usma.


2. Rajab, Seluruh Isi Kiosnya Raib

Warung pedagang bernama Rajab di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat dijarah perusuh 22 Mei 2019. (Liputan6.com/ Ika Defianti)

Tatapan Rajab kosong ketika melihat kondisi warungnya yang habis dijarah oleh perusuh aksi 22 Mei 2019 di kawasan Sabang, Jakarta Pusat. Kaca-kaca warung berukuran 1 m x 3 m pun pecah dan hanya menyisakan beberapa serpihan.

Saat kejadian Rabu, 22 Mei 2019, kira-kira pukul 23.00 WIB Rajab sudah sampai di rumahnya Depok, Jawa Barat. Dia memang memilih pulang lebih cepat dari lokasi jualannya di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat sekitar pukul 21.00 WIB.

Setibanya di rumah, Rajab langsung menerima telepon dari teman-temannya sesama pedagang di kawasan Sabang. Karena kondisi yang tak memungkinan, dia memilih datang ke warung keesokan harinya.

Sehari sebelumnya, Senin, 21 Mei 2019 dia memilih untuk tak pulang dan memilih menginap di warungnya. Biasanya, Rajab berjualan mulai pukul 17.00-05.00 WIB.

"Karena belum ganti baju, nginep, dan situasi udah enggak bagus saya milih pulang semalam. Gas air mata juga sampai sini," kata Rajab kepada Liputan6.com, Kamis, 23 Mei 2019.

Barang jualannya seperti mi instan, rokok, minuman ringan pun tak ada yang tersisa. Bahkan buku catatan keuangan miliknya pun ikut raib. Tempat minuman dingin milik Rajab juga rusak dipecah perusuh.

"Jangankan barang, uang Rp 100 saja enggak ada. Semua nya bersih enggak disisain," ucapnya.

Warga asli Jakarta langsung terlihat menahan tangis ketika menyebutkan kerugikan yang dialaminya. Meskipun hanya berjualan makanan ringan, Rajab mengaku sudah sejak tahun 1979 mencari nafkah di kawasan Sabang tersebut.

"Iya kira-kira mencapai Rp 30 juta. Soalnya modal jualannya juga besar apalagi rokok," ujar Rajab.

Meskipun menjadi korban jarahan, Rajab akan tetap berjualan seperti biasanya. Yang terpenting saat ini, kata dia, akan memperbaiki warungnya agar dapat mulai berjualan kembali.


3. Pengusaha Jakarta Rugi Triliunan Rupiah

Pengendara motor parkir di depan gedung pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta, yang tutup pada Kamis (23/5/2019). Pengelola Pasar Tanah Abang menutup sementara aktivitas perdagangan demi mengantisipasi dampak kericuhan Jakarta dalam beberapa hari ini. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Aksi 22 Mei berdampak besar terhadap perekonomian di Jakarta. Setidaknya akibat aksi ini, total kerugian yang diterima oleh pengusaha di ibu kota mencapai Rp 1,5 triliun.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengatakan, unjuk rasa yang berlangsung dalam dua hari terakhir membuat ibu kota tidak kondusif. Hal ini sangat berdampak pada aktivitas bisnis dan perdagangan di DKI Jakarta.

"Unjuk rasa yang terjadi dua hari terakhir tanggal 21 dan 22 Mei 2019 membuat kondisi Jakarta tidak nyaman dan sangat mengganggu psikologi pasar," ujar dia di Jakarta, Kamis, 23 Mei 2019.

Dari pengamatan dia lakukan pada 22 Mei kemarin, pusat perdagangan Pasar Tanah Abang tutup sejak pagi hari dan Thamrin City sebagian besar tutup.

Padahal di Ramadan seperti ini pusat perdagangan seperti Tanah Abang pengunjungnya naik seratus persen dan banyak pembeli secara grosiran dari daerah.

Dia menjelaskan, rata-rata pengunjung Pasar Tanah Abang di hari biasa mencapai 150 ribu orang dengan omzet sekitar Rp 4 juta-Rp 5 juta per hari dan saat Ramadan bisa mencapai 250 ribu orang, dengan omzet mencapai Rp 10 juta-Rp 15 juta per hari.

"Jumlah kios yang ada di Tanah Abang Blok A, Blok B, Pusat Grosir Metro Tanah Abang (PGMTA) dan jembatan mencapai 11 ribu kios. Dengan tutupnya toko maka kerugian per hari dengan omzet rata-rata sebesar Rp 15 juta per kios selama bulan Ramadan bisa mencapai Rp 165 miliar," jelas dia.

Sementara di pusat perdagangan lainnya seperti di kawasan Glodok dan Mangga Dua seperti Glodok City, Pasar HWI, Glodok Jaya, Glodok Mangga Besar, WTC Mangga Dua, ITC Harco Mas, Mangga Dua Mall, Plaza Harco Electronic, Mangga Dua Square, Electronic City, ITC Mangga Dua pada pagi hari sebagian besar masih sempat buka, namun menjelang pukul 14.00 WIB kemarin hampir semua toko tutup.

"Praktis para pedagang mengalami kerugian omzet yang tidak sedikit akibat sepinya pengunjung dan kekhawatiran yang dirasakan," kata dia.

Pusat perdagangan wilayah Jakarta Timur seperti Jatinegara Plaza dan wilayah Jakarta Barat seperti Ciputra Mall, Citra Mall, Central Park, Puri Indah Mall, Roxi Square, Mall Taman Anggrek juga mengalami hal yang sama.

Sedangkan pusat perbelanjaan seperti Kelapa Gading Mall, Mall Artha Gading, Mall Kelapa Gading , Mall Kelapa Gading Square, Mall Sport Kelapa Gading.

Untuk wilayah Jakarta Selatan, lanjut dia, meski pusat perbelanjaan seperti Plaza Senayan, Senayan City dan Pondok Indah Mall tetap buka, namun mengalami penurunan pengunjung hingga 70 persen. Ini lantaran masyarakat enggan keluar rumah karena merasa khawatir melihat situasi yang tidak kondusif.

"Melihat kenyataan di atas maka omzet pedagang dan perputaran uang disektor perdagangan di Jakarta mengalami kerugian yang tidak sedikit. Dengan jumlah kios sekitar 80 ribu kios kita perkirakan bisa mencapai lebih kurang Rp 1 triliun-Rp 1,5 triliun. Belum termasuk kerugian di sektor bisnis lainnya seperti pemilik cafe, restoran, transaksi perbankan dan pelaku usaha lainnya yang meliburkan karyawannya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," tandas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya