Ekspor Toyota Indonesia Turun 6 Persen di Kuartal I 2019

Berdasarkan data yang diberikan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), ekspor CBU selama empat bulan pertama tercatat sebanyak 61.600 unit

oleh Arief Aszhari diperbarui 24 Mei 2019, 17:32 WIB
Komunitas Toyota Fortuner yang tergabung dalam Toyota Fortuner Club of Indonesia (ID42NER) akhirnya melakukan perjalanan berupa touring perdana di awal 2018, dengan tujuan Tanjung Lesung, Banten.(Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi ekonomi global yang masih bergejolak, dan adanya tendensi proteksionisme di beberapa negara mulai berdampak bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini, bisa dilihat dari volume ekspor kendaraan utuh (CBU) bermerek Toyota pada peride Januari sampai April 2019 yang mengalami penurunan.

Berdasarkan data yang diberikan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), ekspor CBU selama empat bulan pertama tercatat sebanyak 61.600 unit. Jumlah tersebut, turun enam persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan jumlah 65.700 unit.

Beberapa penyebab turunnya kinerja ekspor kendaraan utuh bermerek Toyota, antara lain dikarenakan kondisi perekonomian di negara destinasi tujuan ekspor terutama di kawasanTimur Tengah dan Filipina.

Dari total volume ekspor CBU bermerek Toyota tersebut, kontributor terbesar masih dipegang oleh model Sport Utility Vehicle (SUV) Fortuner dengan volume 14.400 unit atau 23 persen dari total volume ekspor, disusul oleh Rush dengan volume 12.600 unit (20 persen), serta Agya dengan volume 10.800 unit (18 persen).

Model-model lainnya adalah Vios 7.500 unit, Avanza 8.400 unit, Kijang Innova, Sienta, Yaris serta Town Ace/Lite Ace dengan total volume 7.900 unit.


Tanggapan Toyota

Menanggapi kondisi performa ekspor yang tertekan, DirekturAdministrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam menjelaskan bahwa situasi yang terjadi saat ini merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan dan menjadi resiko yang telah diperhitungkan oleh korporasi.

"Naik turunnya kondisi perekonomian di sebuah negara tujuan ekspor merupakan hal di luar kontrol atau kendali kita dan tidak terhindarkan. Namun demikian, hal-hal seperti ini tentu telah kami perhitungkan dalam manajemen resiko," ujar Bob Azam, dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Jumat (24/5/2019).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya