Demo 22 Mei 2019 Disamakan dengan Aksi 1998, Ini Kata BJ Habibie

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengundang Presiden ketiga RI BJ Habibie di Istana Merdeka

oleh Heri Setiawan diperbarui 24 Mei 2019, 20:25 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi (kiri) saat menerima kunjungan Presiden ketiga RI BJ Habibie di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (24/5/2019). Habibie datang sekitar pukul 14.19 WIB mengenakan pakaian batik cokelat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pada hari Jumat siang (24/5/2019) Presiden ketiga RI BJ Habibie yang datang ke Istana Merdeka, Jakarta Pusat memenuhi undangan Presiden Joko Widodo. Habibie datang mengenakan pakaian batik coklat dan disambut langsung oleh Jokowi yang mengenakan kemeja putih diruang tamu istana negara. 

Diketahui, usai pengumuman rekapitulasi Pilpres 2019 di KPU, Jokowi sudah menerima beberapa tokoh. Mulai dari pejabat hingga mantan presiden. Mulai dari Presiden RI kelima, Megawati Soekarnoputri dan mantan Wakil Presiden era Soeharto, Try Sutrisno.

Para elite politik satu persatu menyambangi Jokowi ke Istana. Sebut saja Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto hingga Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

Pada pertemuan antara Presiden ketiga RI BJ Habibie dengan Presiden Joko Widodo ini berlangsung secara tertutup. Kedua negarawan ini terakhir bertemu pada Agustus 2018. Pertemuan tersebut pada saat Jokowi menjenguk Habibie di RSPAD Gatot Subroto.

Berikut Liputan6.com rangkum pendapat BJ Habibie terkait demo 22 Mei disamakan dengan aksi 1998, Jumat (24/5/2019).


Kata BJ Habibie tentang demo 22 Mei 2019

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (kiri) saat menerima kunjungan Presiden ketiga RI BJ Habibie di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (24/5/2019). Dalam pertemuan tersebut Habibie mengucapkan selamat kepada Jokowi karena memenangkan Pilpres 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelum pengumuman hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mengetahui Presiden dan Wakil Presiden terpilih hasil Pemilu 2019, Ia sempat menyesalkan bahwa banyak pihak yang kebingungan akibat adanya saling klaim bahwa pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tertentu telah memenangi Pilpres 2019.

"Kita semua membantu supaya terlaksana. Dan nanti pada pemilu lima tahun lagi setiap orang boleh. Tapi ngapain kita hilang waktu dan duit dan ada risiko tinggi. Hanya memperjuangkan kepentingan mungkin satu orang satu grup, 'no way',” kata Habibie.

Menurut dia, apa pun yang terjadi dalam konstelasi politik saat ini sejatinya telah disepakati sendiri oleh masyarakat. Termasuk dalam penentuan calon-calon peserta Pilpres dalam pemilu langsung. Habibie juga berkomentar terkait demo 22 Mei 2019 tidak bisa disamakan dengan aksi 1998.

"Dan kalau disamakan dengan keadaan waktu Bapak tahun ‘98, 'its not true'. Banyak laporan Anda tahu sendiri, tidak ada," kata BJ Habibie setelah pertemuan tertutup dengan Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (24/5/2019) seperti dilansir Antara.

Menurut dia, sejatinya Indonesia mempunyai alternatif sebagaimana pengalamannya yang telah mengalami tiga generasi sejak generasi 45.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya