Liputan6.com, Jakarta - Hasil rekapitulasi suara pilpres telah diumumkan oleh KPU pada Selasa dini hari, 21 Mei 2019 lalu. Penghitungan akhir menunjukkan pasangan capres dan cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin unggul dari rivalnya, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Menanggapi hal tersebut, pemerintah China mengatakan siap memperdalam kerja sama dalam pembangunan nasional RI.
"Kami siap mengambil peluang ini untuk memperluas dan meningkatkan kemitraan strategis komprehensif," kata Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian pada Kamis (24/5/2019), dalam acara buka bersama dengan media dan lembaga pemikir (think tank).
Baca Juga
Advertisement
Selain usaha untuk memperdalam rasa saling percaya kedua negara, China juga berharap dapat terus bersinergi lebih jauh dalam visi Poros Maritim Dunia yang dicetuskan Jokowi dengan Belt and Road Initiative (BRI) milik Tiongkok.
"Kedua belah pihak harus bekerja sama untuk mempercepat dan menyelesaikan pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... Kita juga perlu mengusahakan kemajuan substansial dalam membangun Koridor Ekonomi Komprehensif Regional dalam mendukung pengembangan pulau-pulau terluar Indonesia," lanjut Xiao Qian.
Sebagaimana diketahui, Kereta Cepat Jakarta-Bandung saat ini telah memasuki implementasi pembangunan. Proyek itu adalah bagian dari "penyelarasan strategi fase-satu," menurut Qian.
Tidak hanya Kereta Cepat Jakarta-Bandung, China mengaku telah memulai kerja sama pada Koridor Ekonomi Komprehensif Regional, yang merupakan penyelarasan strategi fase-dua.
Awal tahun ini, the 1st Joint Steering Committee’s Meeting telah diadakan dan mencapai keputusan. Selain itu, baru-baru ini Wakil Presiden Jusuf Kalla juga telah menghadiri the 2nd Belt and Road Forum for International Cooperation di Beijing.
Selama kunjungan Wakil Presiden Jusuf Kalla ke China yang berlangsung bulan Mei tersebut, kedua belah pihak juga dilaporkan telah menandatangani rencana kerja sama dalam pembangunan koridor ekonomi yang dimaksud. Adapun negosiasi terkait hal-hal pokok dalam proyek tersebut masih berlangsung hingga saat ini.
Beijing juga menyampaikan rencananya untuk terus secara aktif menjajaki kemungkinan kerja sama yang baru, khususnya dalam bidang industrialisasi dan peningkatan kapasitas produksi.
Kerja sama Indonesia-China yang dimaksud, juga diharapkan dapat mewujud dalam koordinasi yang kuat dalam komunitas internasional, seperti PBB, WTO dan G20.
"Bersama-sama, kita akan menjunjung tinggi kepentingan bersama kedua negara dan juga negara-negara berkembang lainnya, serta berkontribusi pada perdamaian dan pembangunan di kawasan kita," kata sang Dubes.
China Salah Satu Investor Terbesar Indonesia
Dalam kesempatan itu, China juga menyampaikan perkembangan kerja sama ekonomi bilateral. Pada tahun 2018, perdagangan bilateral Cina-Indonesia mencapai 77,4 miliar dolar AS. Menurut Dubes, hal itu telah mempertahankan China sebagai mitra dagang terbesar Indonesia selama 8 tahun berturut-turut.
Tidak hanya sebagai rekan dagang, Tiongkok juga menjadi salah satu investor terbesar Indonesia.
"China tetap sebagai investor ketiga terbesar di Indonesia, tiga tahun berturut-turut; dengan menginvestasikan 2,4 miliar dolar AS pada 2018," kata Xiao Qian.
Tahun lalu, Cina juga mengklaim telah meningkatkan impor minyak sawit Indonesia sebesar 590.000 ton, melebihi target yang diumumkan oleh Perdana Menteri Li Keqiang ketika ia mengunjungi Indonesia pada 2018. Dalam dua bulan pertama 2019, Cina juga mengimpor 790.000 ton minyak sawit Indonesia.
Selain itu, kedua negara juga disebut-sebut telah menandatangani protokol tentang ekspor manggis dan buah naga Indonesia ke Cina tahun ini.
Adapun menurut Dubes, di masa depan produk premium Indonesia akan memasuki Tiongkok, yang akan berperan bagi pengembangan perdagangan bilateral yang relatif seimbang.
Advertisement
Kerja Sama Sosial Budaya
Tidak hanya dalam bidang investasi dan perdagangan, China juga berfokus pada kerja sama bilateral dalam sosial-budaya.
"Pada tahun 2018, jumlah wisatawan Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia mencapai tingkat yang baru, melebihi 2,1 juta," kata Xiao Qian.
Adapun menurut data yang disajikan, saat ini terdapat lebih dari 15.000 siswa Indonesia yang tengah belajar di Cina, menjadikannya salah satu tujuan pendidikan luar negeri favorit bagi siswa Indonesia.
Selain itu, belum lama ini, Universitas Tsinghua menandatangani MoU kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung untuk membina mahasiswa berbakat dan inovatif di Indonesia melalui kerja sama kelembagaan dan pengembangan sumber daya manusia.