Menengok Gerak Industri Properti di Ramadan 2019

Periode Ramadan dan menjelang Lebaran adalah periode di mana pasar bersifat 'buyer's market'. Artinya, data tawar dari pengembang cenderung lebih lemah.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Mei 2019, 09:00 WIB
Sebuah maket perumahan di tampilkan di pameran properti di Jakarta, Kamis (8/9). Sepanjang semester I-2016, pertumbuhan KPR mencapai 8,0%, sehingga diperkirakan pertumbuhan KPR hingga semester I-2017 menjadi 11,7%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Rumah.com Property Index menunjukkan bahwa tren harga pasar properti mengalami penyesuaian pada periode Ramadan dalam tiga tahun terakhir. Pada periode Ramadan 2016, mulai awal Juni 2016 sampai awal Juli 2016, tren pasar properti mengalami penyesuaian pada kuartal ketiga.

Selanjutnya, pada Ramadan 2017 dari akhir Mei 2017 sampai akhir Juni 2017, penyesuaian harga terjadi pada kuartal kedua. Sedangkan pada periode Ramadan 2018, mulai pertengahan Mei sampai dengan pertengahan Juni 2018, penyesuaian juga terjadi pada kuartal kedua.

Head of Marketing Rumah.com, Ike Hamdan, menjelaskan bahwa sejak 2016, Ramadan dan Lebaran berada pada kuarta II atau sedikit awal kuartal III. Berdasarkan data Rumah.com Property Index terlihat bahwa pergerakan di kuartal II setiap tahun mengalami penyesuaian baik penurunan maupun kenaikan dalam kisaran 1 persen.

“Untuk Ramadan 2019, yang dimulai awal Mei 2019 sampai dengan awal Juni 2019, diperkirakan juga akan terjadi tren yang sama. Penyesuaian ini lebih disebabkan karena perhatian pasar teralihkan pada konsumsi jangka pendek seputar hari raya. Namun demikian, tren jangka panjang tetap positif, baik dari sisi harga pasar mau pun ketersediaan rumah,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Minggu (26/5/2019).

Selama tiga tahun terakhir dan juga tahun ini, Ramadan dan Lebaran berlangsung pada kuartal kedua dan awal kuartal ketiga. Pada periode tersebut, terlihat tren penyesuaian harga yang cenderung seragam.

Rumah.com Property Index menunjukkan bahwa harga properti pada kuartal ketiga 2016 mengalami penurunan sebesar 0,4 persen dari kuartal sebelumnya.

Sementara pada 2017, indeks menunjukkan bahwa harga properti pada kuartal kedua mengalami kenaikan sebesar 1,07 persen. Sedangkan pada 2018, harga properti mengalami kenaikan di kuartal kedua 2018 sebesar 1,14 persen.

Secara historikal, setiap bulan Ramadan dari tahun ke tahun penjualan properti relatif cenderung turun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Pola ini terbentuk dari kebiasaan para calon pembeli yang akan menunda melakukan transaksi hingga satu bulan setelah Lebaran, dan akan polanya akan naik lagi hingga mendekati tahun baru.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Pasokan

Pengunjung melintasi maket perumahan pada Indonesia Property Expo (IPEX) 2019 di Jakarta Convention Centre (JCC), Sabtu (2/2). Kegiatan yang digelar 2-10 Februari itu menargetkan penyaluran kredit baru senilai Rp 6 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara dari sisi suplai, Rumah.com Property Index menunjukkan tren penurunan pada periode Ramadan dan Lebaran di tahun 2017 dan 2018.

Pada 2017, indeks menunjukkan suplai properti pada kuartal kedua mengalami penurunan sebesar 2,08 persen. Sedangkan pada 2018, suplai properti mengalami penurunan di kuartal kedua 2018 sebesar 2,11 persen.

Menurut Ike, penurunan suplai properti ketika Ramadan dan Lebaran karena penjual cenderung menghabiskan persediaan suplai yang telah ada. Diiringi dengan penyerapan pasar yang tidak terlalu agresif, maka hal ini menjadi lebih masuk akal daripada memaksakan suplai pada saat sebagian besar fokus masyarakat diarahkan pada spending konsumsi jangka pendek.

Ike menambahkan, pasar properti menengah bawah akan terpengaruh inflasi yang terjadi sepanjang periode Ramadan. Fenomena dan tren meningkatnya inflasi di bulan Ramadan bukanlah hal baru karena telah terjadi dari tahun ke tahun.

Periode Ramadan akan menaikkan ekspektasi inflasi secara tradisional karena tingginya permintaan bahan kebutuhan pokok dari masyarakat, karena adanya pola konsumsi yang berbeda di periode ini hingga satu minggu setelah Lebaran.

"Namun, hal ini tidak terlalu berdampak pada kelas menengah atas. Pasar inilah yang bisa disasar pengembang dengan strategi berbeda. Taktik pengendalian inflasi yang bisa dilakukan pemerintah adalah pada harga makanan, bila mampu dikendalikan, inflasi bisa dijaga di angka yang relatif stabil. Keberadaan pasar nontradisional juga secara alamiah dapat mengendalikan harga," jelas Ike.

 


Bisa Dimanfaatkan

Maket perumahan yang ditawarkan pada Indonesia Property Expo (IPEX) 2019 di Jakarta Convention Centre (JCC), Sabtu (2/2). Kegiatan yang digelar 2-10 Februari itu menargetkan penyaluran kredit baru senilai Rp 6 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tren pasar properti yang siklikal ini, menurut Ike, bisa dimanfaatkan konsumen untuk mendapatkan rumah dengan harga terbaik. Pada periode ini, pasar properti akan berpihak kepada pembeli.

Periode Ramadan dan menjelang Lebaran adalah periode di mana pasar bersifat 'buyer's market'. Artinya, Daya tawar dari pengembang cenderung lebih lemah terhadap pembeli, baik itu pembeli untuk ditinggali maupun pembeli untuk investasi. Pada periode ini, pengembang biasanya menawarkan banyak promo, bonus, serta kemudahan-kemudahan lainnya.

Patut dicatat juga mengenai usaha berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah untuk membantu masyarakat memiliki rumah. Kebijakan terakhir dari pemerintah adalah pelonggaran LTV di Agustus 2018 yang memungkinkan DP ditentukan berdasarkan penilaian dan kesepakatan antara pembeli dan bank pemberi kredit.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya