Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 23 sampai 26 Mei 2019 berlangsung pemilu parlemen Eropa. Gagasan dan nilai-nilai apakah yang menyatukan Uni Eropa sejak 70 tahun terakhir? Inilah sejarahnya dan ancaman-ancaman yang mengintainya.
Pertengahan abad ke 20, Eropa baru saja menjalani dua kali perang brutal yang menghancurkan. Nasionalisme picik, perlombaan senjata dan persaingan ekonomi menjerumuskan benua ini ke dalam krisis yang dalam. Lalu, bagaimana benua ini, terutama di Eropa barat, bisa bangkit lagi dan menjalin kerjasama demi kemakmuran bersama?
Advertisement
Tanggal 9 Mei 1950 menjadi awal yang baru. Menteri Luar Negeri Prancis saat itu, Robert Schumann, mengusulkan pembentukan administrasi bersama Prancis-Jerman di sektor batubara dan baja. Dalam pembahasannya, mereka juga mengundang negara-negara Eropa lain yang tertarik dengan gagasan itu.
Setahun kemudian, seperti dikutip dari DW Indonesia, Minggu (26/5/2019), terbentuklah "European Coal and Steel Community" (ECSC) atau Asosiasi Eropa untuk Batubara dan Baja, yang di Jerman lebih dikenal dengan sebutan Montanunion. 18 April 1951 ditandangani Perjanjian Paris yang memuat 100 pasal.
Untuk pertama kalinya sejak akhir Perang Dunia II, enam negara yang pernah bermusuhan sengit di masa perang, membentuk sebuah asosiasi perdagangan: Jerman, Prancis, Italia, Luksemburg, Belgia dan Belanda. Inilah organisasi yang menjadi cikal bakal Uni Eropa.
Bentuk Ekonomi Bersama dan Hapus Hambatan Dagang
Tahun 1954, ke-6 negara yang tergabung dalam ECSC menandatangani Perjanjian Roma dan membentuk European Economic Community – EEC (Masyarakat Ekonomi Eropa). Tujuan EEC adalah membentuk pasar bersama. Pihak-pihak penandatangan sepakat untuk menghapus bea impor dan berbagai jenis pajak serta regulasi dalam transaksi ekonomi, lalu-lintas barang dalam lalu lintas penduduk antar negara.
Sejak awal negara-negara EEC sudah sepakat untuk membuka diri kepada anggota baru yang ingin bergabung. Tahun 1973 bergabung Inggris, Irlandia dan Denmark. Kemudian tahun 1980-an datang Yunani, Spanyol dan Portugal.
Februari 1986 negara anggota EEC menandatangani kesepakatan baru berdasarkan empat prinsip pergerakan bebas: lalu lintas barang, kapital, jasa dan penduduk. Dalam perjanjian itu dirinci, prinsip pergerakan bebas itu akan diterapkan mulai 1 Januari 1993.
Advertisement
Menjadi Uni Eropa
Dengan berakhirnya perang dingin, berakhir pula konflik antara blok Barat dan blok Timur. Jerman berhasil melaksanakan penyatuan kembali dan Uni Soviet runtuh. Banyak negara yang sebelumnya berada di bawah federasi Uni Soviet lalu membentuk negara sendiri. EEC kembali mengalami pembaruan dan peluasan besar.
1 November 1993, negara-negara EEC menyepakati Perjanjian Maastricht untuk membentuk Uni Eropa. Dalam perjaniian itu disepakati kerjasama dalam bidang peradilan dan kemananan dalam negeri. Selain itu, di Maastricht disepakati juga pembentukan mata uang bersama, Euro.
Tahun 1995, Finlandia Austria dan Swedia bergabung dengan Uni Eropa. Seelah perubahan besar terjadi di Eropa Timur, Uni Eropa melakukan pembicaraan keanggotaan dengan negara-negara Eropa Timur yang dulu berada di bawah pengaruh Uni Soviet. Tahun 2004, Uni Eropa melakukan langkah peluasan besar-besaran. 10 negara baru bergabung dengan persemakmuran itu: Polandia, Republik Ceko, Slovakia, Hungaria, Slovenia, Estonia, Latvia dan Lithuania. Tahun 2007 Uni Eropa menyambut Bulgaria dan Rumania sebagai negara baru.
Anggotanya bertambah menjadi 27 negara. Tahun 2013 Kroasia bergabung menjadi negara anggota ke-28.
Mata Uang Bersama "euro"
1 Januari 2002, Eropa akhirnya mewujudkan mata uang bersama euro, yang diberlakukan di 12 negara secara serentak, tujuh negara lain bergabung kemudian. Saat ini, mata uang euro berlaku di 19 negara.
23 Juni 2016, pemilih Inggris dalam sebuah referendum memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa, proses yang sekarang lebih dikenal sebagai Brexit. Prosesnya masih berjalan, sehingga Inggris sampai saat ini secara resmi masih menjadi anggota Uni Eropa dan ikut melaksanakan pemilihan parlemen Eropa.
Bangkitnya nasionalisme, munculnya populisme kanan di beberapa negara, dan banjirnya pengungsi ke Eropa barat saat ini menjadi tantangan terbesar bagi Uni Eropa, yang diawali dari perundingan antara Prancis dan Jerman tahun 1950 untuk membentuk administrasi bersama di sektor batubara dan baja. Hingga kini, tanggal 9 Mei diperingati sebagai Hari Eropa.