Liputan6.com, Jakarta Pedagang Pasar Tanah Abang memperkirakan kenaikan penjualan pada Ramadan tahun ini tidak akan sebesar tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya akibat faktor politik dan kondisi keamanan.
Ketua Koperasi Pedagang Tanah Abang Yusril Umar mengatakan, pada tahun-tahun sebelumnya saat Ramadan omzet para pedagang bisa melonjak hingga tiga kali lipat dibandingkan normal.
Advertisement
"Biasanya kalau Ramadan (omzet) bisa 2-3 kali hari biasa. Kalau hari biasa tiap pedagang bisa 50 juta-100 juta per hari. Kalau Ramadan bisa 2-3 kali itu," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (27/5/2019).
Namun demikian, lanjut Yusril, pada Ramadan tahun ini pedagang mengeluhkan turunnya omzet. Salah faktornya, situasi pasca Pemilihan Umum (Pemilu) yang membuat para pedagang di luar daerah menahan diri untuk berbelanja di pasar grosir terbesar di Asia Tenggara tersebut.
"Tahun ini ada kenaikan (dibandingkan normal), tetapi berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Karena kondisi politik yang belum menentu seperti saat ini. Pedagang dari daerah juga tidak berani datang ke Jakarta, karena kan Pasar Tanah Abang ini grosir dan yang belanja itu banyak pedagang dari daerah. Mereka juga kadang wait and see," jelas dia.
Namun demikian, Yusril tetap berharap pada sisa Ramadan tahun ini akan terjadi lonjakan penjualan, terutama menjelang Idul Fitri nanti.
"Di Ramadan ini harapan kami bisa berdagang dengan bagus, dengan omzet yang tinggi. Sementara dengan kondisi seperti ini berkurang pendapatan kita," tandas dia.
Sudah Kondusif, Aktivitas Perekonomian di Tanah Abang Kembali Menggeliat
Meski belum ramai seperti hari biasa menjelang lebaran, namun aktivitas perekonomian di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat pagi, ini sudah menggeliat.
Seperti ditayangkan Fokus Indosiar, Jumat (24/5/2019), para pedagang di Blok G dan Sky Bridge atau jembatan penyeberangan yang sebagian besar menjual pakaian sudah menggelar barang dagangannya kembali.
Sebelumnya, saat terjadi kerusuhan pada 22 Mei, pusat perbelanjaan ditutup sehingga tidak ada kegiatan perdagangan maupun akses transportasi di kawasan ini. Tak pelak para pedagang mengalami kerugian karena perputaran uang di Tanah Abang mencapai Rp 200 miliar per hari.
Sementara, sejumlah toko di Blok A masih tutup karena pihak pengelola pasar berencana akan membukanya kembali pada tanggal 26 Mei nanti.
Advertisement
Aksi Rusuh 22 Mei, Pengusaha Jakarta Rugi Rp 1,5 Triliun
Aksi unjuk rasa 22 Mei berdampak besar terhadap perekonomian di Jakarta. Setidaknya akibat aksi ini, total kerugian yang diterima oleh pengusaha di ibu kota mencapai Rp 1,5 triliun.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengatakan, unjuk rasa yang berlangsung dalam dua hari terakhir membuat ibu kota tidak kondusif. Hal ini sangat berdampak pada aktivitas bisnis dan perdagangan di DKI Jakarta.
"Unjuk rasa yang terjadi dua hari terakhir tanggal 21 dan 22 Mei 2019 membuat kondisi Jakarta tidak nyaman dan sangat mengganggu psikologi pasar," ujar dia di Jakarta, Kamis (23/5/2019).
Baca Juga
Dari pengamatan dia lakukan pada 22 Mei kemarin, pusat perdagangan Pasar Tanah Abang tutup sejak pagi hari dan Thamrin City sebagian besar tutup. Padahal di Ramadan seperti ini pusat perdagangan seperti Tanah Abang pengunjungnya naik seratus persen dan banyak pembeli secara grosiran dari daerah.
Dia menjelaskan, rata-rata pengunjung Pasar Tanah Abang di hari biasa mencapai 150 ribu orang dengan omzet sekitar Rp 4 juta-Rp 5 juta per hari dan saat Ramadan bisa mencapai 250 ribu orang, dengan omzet mencapai Rp 10 juta-Rp 15 juta per hari.
"Jumlah kios yang ada di Tanah Abang Blok A, Blok B, Pusat Grosir Metro Tanah Abang (PGMTA) dan jembatan mencapai 11 ribu kios. Dengan tutupnya toko maka kerugian per hari dengan omzet rata-rata sebesar Rp 15 juta per kios selama bulan Ramadan bisa mencapai Rp 165 miliar," jelas dia.