Liputan6.com, Jakarta - Saat Amerika Serikat (AS) mulai bersikeras untuk menjauh dari Tiongkok dengan mengajak sekutu Eropa memblokir Huawei, sang CEO Ren Zhengfei justru menyatakan AS tidak akan cukup kuat menyatukan seluruh pihak untuk mengikuti perintahnya.
Zhengfei membantah, pemblokiran AS terhadap operasinya bakal mempengaruhi peluncuran teknologi 5G, teknologi yang dibanggakan Huawei dengan potensi pertumbuhan yang meningkat dari USD 528 juta pada 2018 menjadi USD 26 miliar pada 2022 mendatang.
Baca Juga
Advertisement
"Kami telah berkomunikasi dengan seluruh pemimpin dari berbagai negara. Tiap negara punya kepentingan masing-masing. Kampanye AS tidak akan cukup kuat untuk mengajak mereka (negara Eropa) bergabung," ujar Zhengfei seperti yang dikutip oleh Tekno Liputan6.com, Senin (27/5/2019).
Ketika raksasa teknologi di AS memutuskan hubungan mereka dengan Huawei, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), pembuat chipset kontrak terbesar di dunia, akan terus mengirimkan perangkat semikonduktor penting ke Huawei Technologies.
Dengan begini, Huawei tidak perlu lagi khawatir kekurangan suplai bahan baku pembuatan perangkat di masa mendatang.
Sebut Kompetitor Tidak Mampu Mengejar dalam 2-3 Tahun
"Di sektor 5G, tidak akan ada banyak dampak. Tidak hanya itu, pesaing kami tidak akan dapat mengejar ketertinggalan dalam waktu dua hingga tiga tahun.
Sekalipun pasokan dari mitra kami tidak mencukupi, kami tidak akan menghadapi masalah. Ini karena kita dapat memproduksi semua chip kelas atas yang kita butuhkan sendiri," kata Zhengfei berseri-seri.
Sebelumnya, Trump dengan tegas melarang Huawei beroperasi di AS. Hal ini diikuti dengan pemutusan hubungan oleh perusahaan teknologi Google, Intel dan Qualcomm.
Untuk mengatasi hal ini, Huawei dilaporkan sedang mengembangkan sistem operasinya sendiri, Hongmeng.
"Kami tetap akan melayani pelanggan sebaik mungkin. Kapasitas produksi kami sangat besar, oleh karenanya memblokir kami dari daftar tidak bakal berpengaruh besar. Pertumbuhan kami memang tidak pesat, namun pemblokiran AS tidak akan membuat pertumbuhan bisnis menjadi negatif," ungkapnya.
(Tik/Ysl)
Advertisement