Liputan6.com, Baghdad - Irak memiliki hubungan yang dekat dengan Iran dalam bidang perdagangan, budaya, dan agama. Namun, Negeri 1001 Malam itu juga bergantung pada Amerika Serikat dalam konteks penumpasan ISIS. Berada di tengah dua negara yang sedang berkonfrontasi tersebut, Baghdad baru-baru ini berjanji akan berpihak pada Teheran.
Para pemimpin Irak menyatakan sumpah untuk berdiri dengan Iran, setelah Amerika Serikat meningkatkan retorikanya tentang "ancaman" yang datang dari Negeri Persia, demikian sebagaimana dikutip dari Aljazeera pada Senin (27/5/2019).
Baca Juga
Advertisement
Janji tersebut dikatakan oleh Menteri Luar Negeri Irak Mohamed Ali al-Hakim setelah pembicaraan koleganya, yang merupakan pihak Iran.
Sebelumnya, AS telah memerintakan pegawai non-daruratnya untuk meninggalkan Irak pada Rabu 15 Mei lalu. Langkah itu muncul ketika pemerintahan Donald Trump memperingatkan potensi ancaman kepada AS dari Iran atau agen-agen yang didukung Iran.
Kebijakan tersebut diikuti oleh Jerman dan Belanda, sekutu AS, yang menangguhkan operasi pelatihan militer di Irak.
AS Kirimkan Armada Perang ke Timur Tengah
Sebelumnya, Amerika Serikat tiba-tiba mengirimkan kapal induk dan satu gugus tugas pengebom ke Timur Tengah. Menurut John Bolton, penasihat keamanan Negeri Paman Sam, hal itu dilakukan sebagai respons atas sikap Iran yang "mengganggu" dan akhir-akhir ini meningkat.
Hingga saat ini masih belum jelas sikap Iran yang dimaksud oleh Bolton. Bagaimanapun, deklarasi Bolton seolah meningkatkan tensi kedua belah pihak, mengutip The Guardian pada Senin 6 Juni 2019.
Dalam sebuah pernyataan tertulis Bolton mengatakan, kapal induk dan pesawat dikirim untuk "menyampaikan pesan" khusus kepada pemerintah Iran. Pesan yang dimaksud yakni, serangan apapun terhadap AS dan aliansinya akan dibalas dengan bertubi-tubi.
"Amerika Serikat tidak mencari perang dengan rezim Iran, tetapi kami sepenuhnya siap untuk menanggapi serangan apa pun. Baik dengan Korps Pengawal Revolusi Islam (Iran Revolutionary Guard), atau pasukan reguler Iran," kata pernyataan itu.
Sikap AS itu datang menyusul pernyataan Iran bahwa Bolton dan sejumlah pejabat lain tengah membawa pemerintahan Trump ke ambang perang baru.
Advertisement
Donald Trump Bantah Mengirim 120.000 Tentara
Presiden AS Donald Trump hari Selasa membantah laporan bahwa ia mempertimbangkan untuk mengirim 120.000 tentara guna melawan Iran, tetapi tidak mengesampingkan pengerahan tentara "lebih banyak" pada masa depan.
"Saya pikir itu berita palsu", Trump mengatakan tentang laporan harian New York Times bahwa Gedung Putih sedang mempertimbangkan rencana untuk mengirim 120.000 tentara ke wilayah tersebut.
"Akankah saya melakukan itu? Tentu saja. Tetapi kami belum merencanakannya," kata Trump.
Menurut laporan Times, 120.000 tentara yang dipertimbangkan tidak akan digunakan untuk menyerang Iran, sesuatu yang dikatakan pakar perencana, akan membutuhkan jumlah yang jauh lebih besar.