Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Jokowi-JK mematok pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen pada 2019.
Adapun salah satu cara untuk mencapai pertumbuhan tersebut pemerintah tengah berupaya mendorong konsumsi rumah tangga.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengatakan, konsumsi rumah tangga pada kuartal II akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Sebab salah satu faktornya adalah meningkatnya konsumsi secara musiman, karena pada Mei dan Juni merupakan Ramadan dan Lebaran. Kemudian, konsumsi juga meningkat karena Tunjangan Hari Raya (THR) karyawan rata-rata cair pada Mei dan Juni.
"(Pertumbuhannya berapa?) Saya belum bisa duga, tetapi cukup akan berikan andil yang positif (bagi pertumbuhan ekonomi)," kata dia saat ditemui di Jakarta, Senin (27/5/2019).
Baca Juga
Advertisement
Enggartiasto mengatakan, konsumsi rumah tangga sempat terganggu lantaran adanya kerusuhan yang disebabkan sekelompok massa pada saat 22 Mei 2019 kemarin. Akibat kerusuhan itu, berdampak pada penutupan sejumlah toko ritel.
"Tapi Alhamdulillah semua sudah lewat. Kalau berkelanjutan pasti akan terganggu tetapi sekarang sudah situasi sudah lebih kondusif," kata dia.
Oleh karena itu, Enggartiasto meminta kepada seluruh masyarakat agar tidak melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan kerugian secara bersama.
Dengan begitu, konsumsi rumah tangga pun akan meningkat dan berdampak ke pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Kita dorong, makanya jangan ada kerusuhan. Ini dengan THR dibagikan, suasana aman nyaman maka konsumsi belanja meningkat," pungkasnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Lebaran Tahun Ini Tak Berdampak Besar ke Pertumbuhan Ekonomi
Sebelumnya, Peneliti dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan, dampak Lebaran tahun ini terhadap pertumbuhan ekonomi tidak akan sebaik tahun lalu. Menurut dia, terdapat sejumlah faktor yang menjadi penyebab, mulai dari kondisi perekonomian dunia hingga situasi perpolitikan terkini di Indonesia.
"Menurut prediksi Indef, tidak akan seperti lebaran tahun lalu, jadi lebih melemah. Dari sisi pertumbuhan ekonomi akan cenderung turun dibandingkan Lebaran tahun kemarin karena tekanan eksternal seperti perang dagang, dan ada kericuhan suhu politik yang overheating," kata dia, dalam diskusi, di Jakarta, Sabtu, 25 Mei 2019.
Kondisi tersebut juga menilik kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2019. Pemerintah, kata dia, telah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen di 2019. Namun pada kuartal I tahun 2019 ekonomi hanya tumbuh 5,07 persen.
"Untuk prediksi Lebaran pertumbuhan ekonomi pasti berkaca pada pertumbuhan ekonomi sebelumnya, awal tahun kuartal I pertumbuhan 5,07 persen, sementara target pemerintah 5,3 persen," imbuhnya.
Sementara Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia bidang CSR dan Persaingan Usaha, Suryani Motik pun merasa Lebaran tahun ini tak akan sebagus tahun lalu dari sisi ekonomi.
Kontribusi yang tidak terlampau bagus tersebut, lanjut dia sebenarnya sudah dirasakan sejak tahun 2018 yang juga tidak lebih baik dari tahun sebelumnya. "Tahun lalu saja tidak lebih bagus dari tahun sebelumnya dari ekonomi," ujarnya.
Indikasinya adalah adanya penurunan produksi sektor industri, misalnya produksi barang konsumsi. "Beberapa teman-teman biasanya terutama barang konsumsi kayak Unilever itu tahun lalu produksi turun 5 persen di lebaran. Kalau tahun lalu saja jelek, tahun ini lebih jelek bisa dibayangkan, berarti ada pelemahan lagi," tandasnya.
Advertisement
THR PNS Cair, Ekonomi Kuartal II 2019 Bisa Tumbuh 5,1 Persen
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) Pegawai Negeri Sipil (PNS) akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2019. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi kuartal II bisa mencapai 5,1 lebih tinggi dibanding kuartal I yang tercatat 5,07 persen.
"Kemarin masih 5,07 persen kita berharap akan tetap terjaga di atas 5 persen bahkan mendekati 5,1 persen," ujar Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 24 Mei 2019.
Penyaluran THR pemerintah pusat dan daerah akan memberi dampak secara langsung pada konsumsi jika dibelanjakan secara langsung. Walaupun tidak dibelanjakan secara langsung, pengeluaran juga tetap dilakukan saat menghabiskan waktu liburan bersama keluarga.
"Dampaknya kepada perekonomian tentu adalah dari sisi konsumsi. Biasanya terjadi adalah first round effect kemudian second round effect. First round effect apabila mereka membelanjakan keseluruhan THR itu, berarti Rp 20 triliun di tingkat pusat, dan seluruh pemda nanti kita hitung jumlah totalnya, maka pengaruhnya adalah langsung," jelasnya.
"Kalau tidak semua dibelanjakan marginal propensity to consume mereka, walaupun biasanya jelang Lebaran ada ekstra belanja jadi MPC nya kalau dapat income 100 MPC mungkin lebih besar karena ada ekstra entah untuk makanan, baju atau perjalanan. Sehingga kita berharap pengaruhnya lebih besar dibandingkan bulan-bulan biasa," sambungnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut juga berharap kondisi ekonomi dalam negeri terus membaik. Sehingga kepercayaan konsumen tetap terjaga.
"Kita berharap di kuartal-II ini dari sisi pertumbuhan ekonomi dari sisi agregat demand tentu terjaga di atas 5 persen. Tentu kita berharap situasi politik tetap kondusif, sehingga confidence konsumen tetap terjaga," tandasnya.