Jual Obligasi Korporasi ke Investor Ritel, Bareksa Gandeng FIF Group

Selama ini, akses masyarakat terhadap obligasi korporasi masih sangat terbatas. Oleh karena itu Bareksa dan FIF Group mencoba membuat terobosan.

oleh Bawono Yadika diperbarui 27 Mei 2019, 18:38 WIB
Pekerja melintas di bawah layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bareksa menjalin kerja sama dengan PT Federal International Finance (FIF Group), anak usaha PT Astra International Tbk, terkait marketplace obligasi korporasi untuk segmen ritel. Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan Memorandum Kesepahaman (MOU) yang berlangsung pada Senin ini.

Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Co-Founder Bareksa Karaniya Dharmasaputra dan Vice President of Corporate Finance and Treasury FIF Group Jerry Fandy. Karaniya menjelaskan, kerja sama ini bertujuan untuk memperluas akses kepada masyarakat luas terhadap obligasi korporasi, sehingga dapat menumbuhkan uang simpanan mereka.

“Selama ini, kita tahu, akses masyarakat terhadap obligasi masih sangat terbatas. Padahal, potensi imbal hasilnya bagus sekali sehingga masyarakat kita bisa menjadi lebih sejahtera. Hal ini juga sangat strategis untuk stabilitas perekonomian nasional dan pasar modal kita yang selama ini punya ketergantungan yang sangat besar pada investor asing dan institusi,” kata Karaniya, Senin (2/5/2019).

“Sebagai marketplace investasi terintegrasi, Bareksa terus bergerak menyediakan akses bagi masyarakat terhadap berbagai produk investasi. Setelah reksadana dan obligasi pemerintah, kini kami bekerja sama dengan FIF Group untuk melakukan penjualan obligasi korporasi ritel secara online yang pertama di Indonesia.” tambah dia. 

Potensi di area ini sangat besar, setelah Bareksa berhasil membuktikan bagaimana teknologi digital bisa dimanfaatkan untuk melakukan edukasi, memperluas akses, dan memperdalam pentrasi dunia keuangan di Indonesia secara masif.

Inisiatif e-SBN telah menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan. Saat ini, sudah ada lebih dari 17 ribu nasabah yang terdaftar di Bareksa untuk membeli Surat Utang Negara (SUN) Ritel dan Sukuk Ritel -hanya dalam satu tahun sejak Bareksa ditunjuk Kementerian Keuangan sebagai mitra distribusi online- dengan total dana investasi masyarakat mencapai lebih dari Rp 230 miliar.

Tingginya pertumbuhan minat masyarakat terhadap obligasi ritel online juga tercermin pada data Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan. Penjualan obligasi secara online telah berhasil mendongkrak jumlah investor ritel pada penjualan beberapa seri Savings Bond Ritel (SBR).

Untuk SBR003, penjualan online bisa menarik 7.642 investor individu, meningkat 16,5 persen dibandingkan jumlah investor SBR002.  Tren pertumbuhan ini berlanjut di seri SBR004 dengan jumlah investor 21.672 individu, atau nyaris tiga kali lipat dari seri sebelumnya.

Menariknya, mayoritas investor SBR online (50,6 persen) berusia di bawah 40 tahun. Padahal, ketika SBR masih dijual hanya secara offline, 77,5 persen investor berusia di atas 40 tahun.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Potensi Besar

Suasana pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Jerry Fandy menambahkan, masuknya FIF Group ke pasar ritel karena segmen ini sangatlah potensial, namun belum banyak disentuh. Kerja sama dengan perusahaan fintech seperti Bareksa diyakini akan semakin memperluas edukasi dan akses bagi investor ritel untuk membeli berbagai obligasi yang diterbitkan FIF Group ke depan, secara mudah dan cepat.

“Berdasarkan pengalaman kami menerbitkan obligasi untuk investor ritel, kami melihat ada potensi yang sangat besar. Edukasi dan akses yang mudah adalah dua kunci utama, karena itu kami bekerja sama dengan Bareksa sehingga bisa menyentuh lebih banyak investor ritel di Indonesia,” kata Jerry.

“Untuk itu kami akan melakukan berbagai penyesuaian supaya obligasi ritel kami bisa berkesesuaian dengan kebutuhan investor di segmen ini. Salah satunya, kami melihat ada ketertarikan yang cukup besar untuk denominasi yang lebih rendah.” tambah dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya