Uji Coba Penyaluran Subsidi LPG 3 Kg Tertutup Selesai

Tanggal 15 Mei merupakan batas akhir penggunaan manfaat atau transaksi pembelian LPG 3 kg di toko-toko yang ikut kerja sama.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 27 Mei 2019, 16:00 WIB
Pekerja mereproduksi tabung gas elpiji 3 kg di Depot LPG Tanjung Priok, Jakarta. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), melakukan uji coba penyaluran subsidi Liqufied Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram (kg), dengan menggunakan teknologi keuangan biometrik dan voucher elektronik.

Chief of Communications and Partnership Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Ruddy Gobel mengatakan, keseluruhan tahap uji coba sudah selesai.

Tanggal 15 Mei merupakan batas akhir penggunaan manfaat atau transaksi pembelian LPG di toko-toko LPG yang ikut kerjasama, dilanjutkan dengan kegiatan monitoring dan evaluasi sampai 23 Mei 2019.

"Mekanisme yang diujicobakan serta pilihan teknologi yang digunakan dapat berjalan dengan baik," kata Ruddy, di Jakarta, Senin (27/5/2019).

Uji coba penyaluran subsidi LPG 3 kg tertutup, berupa penyaluran subsidi langsung ke penerima melalui beberapa media di antaranya biometrik, voucher dan sidik jari.

Ruddy menyebutkan secara umum gambaran hasil uji coba, masyarakat penerima manfaat cukup mudah dalam melakukan transaksi pembelian. Itu karena hanya membutuhkan sedikit atau bahkan tanpa memerlukan perubahan perilaku.

Agen atau penjual LPG dapat melakukan proses transaksi dengan lancar, untuk setiap penerima manfaat berlangsung rata-rata 2 sampai 3 menit secara keseluruhan mulai dari datang ke toko sampai mengambil LPG.

Untuk proses verifikasi wajah berlangsung tanpa masalah, tapi untuk penggunaan sidik jari butuh waktu lebih lama, untuk metode verifikasi dengan kode voucher juga berlangsung lancar, tapi dalam jumlah yang sedikit terkendala akibat penerima manfaat tidak mengingat nomor PIN.

Prosentasi penyaluran, atau jumlah masyarakat yang melakukan transaksi sampai batas waktu rata-rata 84 persen diseluruh wilayah. Dengan wilayah penyaluran tertinggi di Tomohon sebanyak 96 persen.

 


Kendala

Petugas melakukan proses pengisian gas LPG ke dalam tabung Elpiji ukuran 3 kg di SPBE (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji), Srengseng, Jakarta, Jumat (3/5/2019). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dia menyebutkan beberapa kendala yang ditemui umumnya masalah signal telepon seluler. Jika kualitas signal kurang bagus berpengaruh terhadap proses transaksi.

Selain itu kesiapan masyarakat sebagai penerima manfaat untuk melakukan perubahan perilaku, terutama yang menggunakan sistem e-voucher yang mengharuskan menghapal PIN, beberapa masih suka lupa PIN atau salah mendaftarkan nomor telpon.

Untuk kesiapan penjual LPG di toko, banyak yang belum sigap melayani dengan proses transaksi, terutama mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) transaksi, proses sosialisasi dan edukasi yang masih harus ditingkatkan.

Dalam waktu dekat akan ada Rapat Koordinasi yang dipimpin oleh Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan, untuk melaporkan hasil uji coba dan membahas tahapan tahapan lanjutan.

"Secara umum dapat disimpulkan, penggunaan teknologi keuangan yang diujicobakan, yaitu Biometrik dan E-Voucher dapat menjadi pilihan alternatif penyaluran subsidi termasuk LPG dan cenderung lebih baik dibandingkan dengan menggunakan kartu," tandasnya.


Konsumsi Elpiji Naik 10 Persen di Pekan Pertama Ramadan

Konsumsi Elpiji 3 Kilo gram (Kg) di seluruh Indonesia mengalami kenaikan hingga rata-rata 10 persen dibandingkan kondisi normal, pada pekan pertama Ramadan.

PT Pertamina (Persero) memastikan jika kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan baik.

Direktur Pemasaran Ritel Pertamina Mas'ud Khamid mengatakan, konsumsi rata-rata harian Elpiji 3 Kg secara nasional adalah sekitar 21.269 Metric Ton (MT) per hari, dan selama 6-13 Mei 2019 konsumsi tersebut naik menjadi 23.338 MT per hari.

 "Kenaikan konsumsi ini terlihat seiring dengan meningkatnya aktivitas memasak masyarakat. Kami pastikan Elpiji 3 Kg tersedia dengan cukup sesuai dengan kebutuhan masyarakat, karena selama Ramadan dan Idul Fitri ini kami menyiapkan tambahan pasokan hingga rata-rata 15 persen dari kondisi normal. Jadi stok di masyarakat sangat cukup sekali," kata Mas'ud, di Jakarta, Rabu (15/5/2019).

Untuk menjamin ketersediaan Elpiji 3 kg di masyarakat, Pertamina telah menyiagakan 33 ribu pangkalan siaga di seluruh Indonesia. Hal ini penting supaya masyarakat tetap bisa mendapatkan Elpiji 3 kg dengan mudah di sekitarnya. Selain itu, Pertamina juga menyiagakan 539 Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) .

Mas'ud mengungkapkan, jumlah agen dan pangkalan yang ditunjuk Pertamina untuk menjual Elpiji 3 kg sudah disesuaikan dengan peta kebutuhan di satu lokasi masyarakat. Hal ini karena status Elpiji 3 kg merupakan produk subsidi dari pemerintah, sehingga penyalurannya pun harus dilakukan dengan cermat.

"Elpiji 3 Kg adalah barang subsidi untuk masyarakat miskin, maka Pertamiba menghimbau masyarakat yang mampu untuk menggunakan Elpiji non subsidi seperti Bright Gas," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya