Liputan6.com, Garut - Rektor Universitas Garut, Jawa Barat Abdusy Syakur Amin menyerukan, pemimpin bangsa untuk menahan syahwat politiknya, agar situasi dalam negeri lebih adem dan kondusif bagi masyarakat.
“Daripada ribut mendingan kita itikaf bersama seluruh tokoh bangsa,” ujar dia saat ditemui, Senin (27/5/2019).
Itikaf adalah kegiatan kontemplasi atau ibadah di malam-malam penghung Ramadan. Umat Muslim melakukannya untuk mengejar malam lailatul qadar.
Menurutnya kondisi Indonesia saat ini, terus membaik dan kondusif, sejak peristiwa 22 Mei lalu. Untuk itu, seluruh pendukung kedua belah pihak, bisa lebih menahan egonya masing-masing.
“Tinggal kembali lagi ke individunya, kan pemimpin di tiap paslon (Pasangan calon) punya cara tersendiri mengarahkan pendukungnya lebih tertib,” kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Saat ini gesekan setelah pemilu lebih banyak terjadi di kalangan elit politik di Jakarta, sementara masyarakat menengah ke bawah relatif lebih aman. “Yang ribut itu pemimpin informalnya, kalau yang intinya yang formal itu, aman-aman saja,” ujar dia.
Adanya jalan gugatan hukum melalui Mahkamah Konstitusi (MK) yang diambil kubu Prabowo Cs, dinilai tepat untuk meredakan tensi politik dalam negeri. Kondisi itu lanjut dia, sebaiknya dibarengi pendukung di bawahnya.
“Sekarang bukan masanya lagi kubu 01 dan 02 tetapi sekarang kita semua adalah Indonesia,” ujarnya mengingatkan.
Dalam prakteknya, kegiatan itikaf bersama itu tidak hanya dilakukan di Jakarta, namun bisa dilakukan di tiap wilayah hingga batas pemerintahan terbawah. “Minimal masjid tiap kecamatan, bahkann antar desa atau kelurahan, kan aman tuh masyarakat,” kata dia.
Adanya itikaf bersama, merujuk kebiasaan sebagian muslim melakukan itikaf di sebagian besar masjid di 10 hari terakhir Ramadan, diharapkan memberikan solusi jangka panjang terhadap kekhawatiran bangsa yang tengah terjadi saat ini.
“Kan indah tuh, setelah memanjatkan doa bersama, diikuti sahur bersama kedua kubu,” kata dia.
Dengan ihitiar itu, Syakur berharap seluruh pemimpin dari kedua belah kubu, bisa lebih tenang menerima apapun hasil keputusan pemilu yang bakal disampaikan MK. “Sebab mereka lah yang memiliki massa riil di lapangan,” ujar dia.
Saresehan Politik
Hal yang sama disampaikan Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Garut, Wahyudijaya. Menurutnya kondisi masyarakat saat ini, terbilang kondusif, seiring upaya gugatan secara hukum kubu Prabowo Cs ke MK.
“Tinggal dibawahnya apakah mendukung atau tidak upaya itu, saya berharap semua pihak saling menghormati,” kata dia.
Menurutnya, kesadaran bersama sangat dibutuhkan semua pihak, agar menimbulkan kondisi yang lebih baik. “Jangan sampai adanya gugatan itu justru membuat masyarakat menjadi terpecah belah,” kata dia mengingatkan.
Untuk itu, sebagai ihtiar bersama meredam konflik, selain itikaf lembaganya berharap adanya kegiatan saresehan atau rempug bersama seluruh pemimpin masyarakat di tiap wilayah. “Mari rajut kembali perbedaan pendapat setelah pemilu, untuk kembali atas nama Indonesia,” kata dia.
Kegiatan itu bisa dilakukan di tiap wilayah hingga struktur masyarakat terbawah tingkat RT-RW di tiap Desa-Kelurahan. “Dengan semangat seperti itu, saya berharap semua masyarakat kembali bersatu,” pinta dia.
Seperti diketahui, pengumuman hasil rekapitulasi pemilu yang dilakukan KPU pusat 22 Mei lalu, diikuti aksi pengerahan massa dalam jumlah besar ke Jakarta. Massa yang telah berkumpul di Bawaslu RI dan beberapa titik lainnya akhirnya pecah. Bentrokan dengan aparat pun tak terhindarkan hingga menimbulkan korban jiwa.
Advertisement