Liputan6.com, Jakarta - Selama bulan suci Ramadan, gaya dan pola hidup sekitar seperempat penduduk dunia berubah seiring keluarga-keluarga berkumpul Bersama untuk menjalani ibadah Ramadan.
Pola ini termasuk kebiasaan berbelanja, baik berbelanja langsung di toko maupun online untuk membeli bahan makanan, pakaian, hadiah, atau tiket bepergian.
Bulan Ramadan merupakan periode perdagangan penting setiap tahunnya bagi sebagian besar pebisnis ritel di Indonesia, namun juga menantang karena tingginya tingkat aktivitas berbelanja.
Baca Juga
Advertisement
Riset yang dilakukan Criteo mengungkapkan, kinerja penjualan online yang kuat di Indonesia cenderung mengalami lonjakan menjelang dan selama Ramadan tahun lalu, tepatnya pada 15 Mei-14 Juni 2018.
Bahkan, penjualannya meningkat sebesar 105% selama berada di puncak penjualan pada 5 Juni 2018. Biasanya, penjualan cenderung meningkat 10 hari menjelang Ramadan dan bertahan hingga dua minggu sebelum Idul Fitri, yang menandai berakhirnya bulan Ramadan.
Ben Marvin Tan, Country Manager−Indonesia at Zebra Technologies menilai, lonjakan ritel ini semakin menekankan perlunya pengalaman berbelanja yang dipersonalisasi guna memenuhi pertumbuhan ekspektasi pembeli, baik di toko maupun online, sementara mitra rantai pasokan dan pegawai lini depan juga harus mengelola peningkatan permintaan ini.
Teknologi Dapat Membantu
Studi Zebra’s Global Shoppers menunjukkan bahwa dua pertiga (66%) dari pegawai toko yang disurvei meyakini bahwa jika mereka diperlengkapi dengan tablet, mereka dapat memberikan layanan pelanggan yang lebih baik dan meningkatkan pengalaman berbelanja.
Dengan keadaan kurangnya pegawai yang menjadi kendala umum dan banyaknya karyawan yang dibebani terlalu banyak tugas, karyawan toko merasa frustrasi dengan ketidakmampuan mereka dalam membantu para pelanggan.
Sebagian besar pengambil keputusan di industri ritel yang disurvei (83%) dan pegawai toko (74%) sepakat bahwa pembeli dapat merasakan pengalaman yang lebih baik jika mereka dilayani oleh pegawai toko yang diperlengkapi dengan teknologi.
Para pembeli pun setuju, lebih dari setengah pembeli (51%) meyakini bahwa mereka lebih terhubung dengan smartphone mereka daripada dengan pegawai toko.
Sementara itu, para pebisnis ritel lebih banyak berinvestasi di ranah teknologi edge guna mengatasi kesenjangan ini sehingga meningkatkan pengeluaran untuk komputer mobile genggam dan tablet tahan banting dalam kurun waktu tiga tahun ke depan.
(Isk/Ysl)
Advertisement