Kemenkeu Beberkan Strategi Dorong Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 6 Persen

Pemerintah saat ini tengah menyelesaikan peraturan mengenai pendidikan vokasi untuk menghasilkan SDM berkualitas.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Mei 2019, 17:31 WIB
Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Kondisi ekonomi Indonesia dinilai relatif baik dari negara-negara besar lain di Asean. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Mardiasmo membeberkan strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada angka 6 persen. Sektor pertanian dan manufaktur merupakan kunci yang paling penting selain sektor jasa.

"Untuk bisa mencapai pertumbuhan di atas 6 persen, ini ada beberapa persyaratan dan bagaimana kita bisa meningkatkan terutama di sektor pertanian dan manufaktur bisa seperti yang sektor jasa," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (27/5/2019).

Apabila pertanian dan manufaktur berhasil didorong serta berkembang dengan baik maka gini rasio yang selama ini cukup besar dapat diperkecil. Meski demikian, butuh daya saing yang cukup mumpuni agar pertanian dan manufaktur bergeliat.

"Pertumbuhannya meningkat tapi juga di sektor primer dan manufaktur ini ikut berkembang naik sehingga gini rasio bisa terangkat dengan baik. Ini mau tidak mau kita melihat mana saja yang jadi tumpuan kita, terutama produktivitas dan daya saing itu," jelas Mardiasmo.

Dia melanjutkan, kondisi tersebut pun sudah dipetakan oleh pemerintah. Pemerintah saat ini tengah menyelesaikan peraturan mengenai pendidikan vokasi untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

"Ini barangkali bagaimana kita bisa memperbaiki produktivitas, membangun infrastruktur dan SDM, bagaimana melakukan industrialisasi dan reindustrialisasi jadi ekspor base industri ditingkatkan. Jadi bagaimana kita ke depan bisa mendorong industri yang bisa mengekspor," tandasnya.

 

 


Konsumsi Rumah Tangga Saat Lebaran Bakal Topang Pertumbuhan Ekonomi

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi dunia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Pemerintah Jokowi-JK mematok pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen pada 2019.

Adapun salah satu cara untuk mencapai pertumbuhan tersebut pemerintah tengah berupaya mendorong konsumsi rumah tangga.

Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengatakan, konsumsi rumah tangga pada kuartal II akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Sebab salah satu faktornya adalah meningkatnya konsumsi secara musiman, karena pada Mei dan Juni merupakan Ramadan dan Lebaran.  Kemudian, konsumsi juga meningkat karena Tunjangan Hari Raya (THR) karyawan rata-rata cair pada Mei dan Juni. 

"(Pertumbuhannya berapa?) Saya belum bisa duga, tetapi cukup akan berikan andil yang positif (bagi pertumbuhan ekonomi)," kata dia saat ditemui di Jakarta, Senin (27/5/2019).

Enggartiasto mengatakan, konsumsi rumah tangga sempat terganggu lantaran adanya kerusuhan yang disebabkan sekelompok massa pada saat 22 Mei 2019 kemarin. Akibat kerusuhan itu, berdampak pada penutupan sejumlah toko ritel.

"Tapi Alhamdulillah semua sudah lewat. Kalau berkelanjutan pasti akan terganggu tetapi sekarang sudah situasi sudah lebih kondusif," kata dia.

Oleh karena itu, Enggartiasto meminta kepada seluruh masyarakat agar tidak melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan kerugian secara bersama.

Dengan begitu, konsumsi rumah tangga pun akan meningkat dan berdampak ke pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kita dorong, makanya jangan ada kerusuhan. Ini dengan THR dibagikan,  suasana aman nyaman maka konsumsi belanja meningkat," pungkasnya.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com


Lebaran Tahun Ini Tak Berdampak Besar ke Pertumbuhan Ekonomi

Peneliti dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan, dampak Lebaran tahun ini terhadap pertumbuhan ekonomi tidak akan sebaik tahun lalu. Menurut dia, terdapat sejumlah faktor yang menjadi penyebab, mulai dari kondisi perekonomian dunia hingga situasi perpolitikan terkini di Indonesia.

"Menurut prediksi Indef, tidak akan seperti lebaran tahun lalu, jadi lebih melemah. Dari sisi pertumbuhan ekonomi akan cenderung turun dibandingkan Lebaran tahun kemarin karena tekanan eksternal seperti perang dagang, dan ada kericuhan suhu politik yang overheating," kata dia, dalam diskusi, di Jakarta, Sabtu (25/5/2019).

Kondisi tersebut juga menilik kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2019. Pemerintah, kata dia, telah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen di 2019. Namun pada kuartal I tahun 2019 ekonomi hanya tumbuh 5,07 persen.

"Untuk prediksi Lebaran pertumbuhan ekonomi pasti berkaca pada pertumbuhan ekonomi sebelumnya, awal tahun kuartal I pertumbuhan 5,07 persen, sementara target pemerintah 5,3 persen," imbuhnya.

Sementara Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia bidang CSR dan Persaingan Usaha, Suryani Motik pun merasa Lebaran tahun ini tak akan sebagus tahun lalu dari sisi ekonomi.

Kontribusi yang tidak terlampau bagus tersebut, lanjut dia sebenarnya sudah dirasakan sejak tahun 2018 yang juga tidak lebih baik dari tahun sebelumnya. "Tahun lalu saja tidak lebih bagus dari tahun sebelumnya dari ekonomi," ujarnya.

Indikasinya adalah adanya penurunan produksi sektor industri, misalnya produksi barang konsumsi. "Beberapa teman-teman biasanya terutama barang konsumsi kayak Unilever itu tahun lalu produksi turun 5 persen di lebaran. Kalau tahun lalu saja jelek, tahun ini lebih jelek bisa dibayangkan, berarti ada pelemahan lagi," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya