Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Nahdatul Ulama (IPS NU) Pagar Nusa, Muchammad Nabil Haroen, mengatakan, adanya aksi 21-22 Mei kemarin, hal yang biasa. Aksi itu dinilai sebagai bentuk kekecewaan dari beberapa kelompok terhadap penyelenggara pemilu.
"Jadi wajar ada aksi unjuk rasa sebagai hak konstitusional warga negara. Namun kemudian itu menjadi tidak bagus karena disampaikan dengan anarkis yang tentunya berbeda dengan kelompok yang berunjuk rasa dengan damai," ucap pria yang akrab disapa Gus Nabil di DPP PDIP, Jakarta, Senin (27/5/2019).
Advertisement
Dia menuturkan, jika melihat dalang atau aktor, bisa dilihat dari jejak rekamnya. Dan ini dapat ditelusuri dengan mudah.
"Ya tentu kita bisa melihat track record atau rekam jejak ya pihak-pihak yang bermain acara 22 Mei. Saya pikir mudah terbaca," ungkap Gus Nabil.
Dia pun mengingatkan, diduga mereka ini orang yang pernah sakit hati. Dan aparat diminta bergerak untuk mengungkapkan siapa dalang sebenarnya.
"Orang yang sakit hati memendam duka yang lama. Saya minta aparat untuk menyelidiki. Karena buktinya cukup gamblang. Bagaimana ada penggerak demonstran dan dibayar. Saya pikir tidak perlu penyelidikan yang jelimet," jelas Gus Nabil.
Dia pun berharap, tidak ada lagi aksi-aksi sedemikian rupa. "Ya kita hentikan. Jangan sampai mengambil langkah-langkah inkonstitusional," jelasnya.
Di tempat yang sama, Wasekjen PDIP Ahmad Basarah, mengatakan, dengan adanya Gus Nabil, menggambarkan bahwa partai ini tempat bagi siapapun.
"Karena PDI Perjuangan itu rumah besar kaum kebangsaan. Kebetulan Gus Nadlir itu ketua Pagar Nusa yang memilih bergabung ke PDIP. Dengan masuknya dia membuktikan ini NU masuk di rumah bangsa, bukan milik satu partai tertentu," pungkas Basarah.