Liputan6.com, Swiss Pria Swiss punya jumlah sperma terendah di Eropa. Para ilmuwan tengah prihatin, kualitas sperma pria Swiss berada dalam keadaan kritis. Ini bisa menjadi indikator kesuburan yang lebih buruk, bahkan risiko kanker testis di masa depan.
Sekitar 60 persen pria dalam penelitian ini punya masalah dengan sperma. Misal, jumlah sperma yang terlalu sedikit dari mereka, motilitas yang buruk atau sel yang terbentuk secara tidak normal.
Baca Juga
Advertisement
Secara perhitungan, sperma di seluruh dunia Barat telah turun selama bertahun-tahun. Melansir Mail Online, Selasa (28/5/2019), gaya hidup modern menjadi salah satu penyebab rusaknya kesuburan pria.
Para peneliti di University of Geneva menguji sampel sperma 2.523 pria berusia antara 18 dan 22 tahun. Hasil penelitian menemukan, rata-rata jumlah sperma hanya 47 juta sperma per ml air mani.
"Kisaran sperma untuk pria Eropa adalah 41m hingga 67m, yang berarti jumlah sperma pria Swiss masuk kategori terendah," tulis peneliti Serge Nef.
Dalam perbandingan dengan negara-negara lain, Swiss punya jumlah sperma lebih tinggi dari Denmark, Norwegia, dan Jerman.
Tetapi jumlah spermanya lebih rendah dari Finlandia, Lithuania, Estonia, dan Spanyol. Pria Spanyol punya sperma tertinggi dengan 62 juta sperma per ml, menurut data tahun 2012.
Saksikan video menarik berikut ini:
Hanya 4 persen sperma berkembang baik
Hampir dua per tiga pria Swiss mengalami masalah dengan sperma. Dari 40 persen pria, diantaranya hanya 4 persen dari sperma yang dimiliki yang berkembang dengan baik.
Sekitar 17 persen pria memiliki konsentrasi sperma di bawah 15m per ml, yang dapat merusak kesuburan. Jumlah yang lebih rendah terkait risiko lebih tinggi akan kanker testis.
"Sangat penting untuk memahami, waktu yang dibutuhkan untuk hamil meningkat secara signifikan bila seorang pria punya konsentrasi sperma di bawah 40 juta sperma per ml," kata Serge.
Timnya menjelaskan, seorang pria yang konsentrasi spermanya di bawah 15 juta per ml adalah 'subfertil', yang berarti mereka cenderung punya masalah kesuburan dan kesulitan untuk hamil.
Advertisement
Kanker testis meningkat
Menurut penelitian Serge, subfertil berlaku untuk hampir satu dari lima pria di Swiss. Hanya 38 persen pria Swiss yang ditemukan memiliki sperma yang sesuai dengan tolok ukur sehat yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut peneliti Alfred Senn, kualitas sperma pria muda di Swiss berada dalam kondisi kritis dan kesuburan mereka di masa depan kemungkinan besar akan terpengaruh. Peneliti Swiss khawatir jumlah sperma yang rendah dapat meningkatkan jumlah kasus kanker testis.
"Selama 35 tahun, kanker testis naik menjadi lebih dari 10 kasus per 100.000 pria. Jumlah ini sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya. Kualitas sperma pria Swiss umumnya juga lebih rendah di negara-negara di mana insiden kanker testis tinggi," Serge melanjutkan.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Andrology.
Baca Juga