Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina terus berupaya menjamin ketersediaan energi dalam negeri, baik dari sumber di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini sesuai peran yang diberikan sebagai pengelola energi nasional.
Direktur Hulu PT Pertamina, Dharmawan Samsu mengatakan, anak usaha Pertamina Internasional EP (PIEP) telah persiapkan investasi USD 174 juta pada 2019. Investasi ini untuk mendukung optimalisasi aset di luar negeri.
"Komitmen investasi Pertamina di sektor Hulu menjadi agenda prioritas di tahun 2019, termasuk investasi anak usaha Pertamina di luar negeri," kata Dharmawan, di Jakarta, Rabu (29/5/2019).
Baca Juga
Advertisement
Pengelolaan asset hulu di luar negeri merupakan bagian dari usaha Pertamina untuk go global dan juga dalam rangka memperkuat ketahanan dan kemandirian energi nasional.
Minyak mentah yang dihasilkan PIEP dari luar negeri diutamakan masuk kilang Pertamina di dalam negeri, hal ini merupakan bagian dari upaya Pertamina memastikan security of supply atas minyak mentah untuk Indonesia.
Dari seluruh aset yang berlokasi di Malaysia, Aljazair, Irak, Gabon, Tanzania, Nigeria, Kanada, Kolombia, Prancis, Italia, Namibia, dan Venezuela tersebut, PIEP beroperasi baik sebagai operator, pengendali perusahaan operator atau sebagai mitra.
Selama periode 2018, produksi minyak siap jual (lifting) yang tercatat sesuai porsi kepemilikan Pertamina dari aset Malaysia, Algeria, dan Irak adalah sebesar 25,1 ribu barel per hari.
Dari jumlah tersebut sebanyak 18,5 ribu barel per hari adalah volume minyak mentah yang dapat dibawa untuk diolah oleh kilang Pertamina di dalam negeri.
PIEP tidak membawa pulang seluruh minyak mentah yang menjadi bagiannya mengingat sebagian dari volume minyak tersebut mempunyai tingkat kompleksitas yang belum dapat diolah di kilang dalam negeri.
Oleh sebab itu secara pararel, program pembangunan dan peremajaan kilang Pertamina merupakan program yang prioritas untuk harus direalisasikan ke depannya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kinerja 2018
Pada 2018, anak usaha Pertamina di luar negeri tersebut mencatatkan hasil positif, dengan total jumlah lifting yang dibawa ke Indonesia sebesar 6,8 juta barel.
Sepanjang 2018, minyak mentah tersebut dikirimkan ke Indonesia dengan total 27 kali pengapalan, yaitu 8 kali pengapalan dari Aljazair sebanyak 2.3 juta barel dan 19 kali pengapalan dari Malaysia sebanyak 4.5 juta barrel.
PIEP terus berupaya mengembangkan produksi di luar negeri dan merencanakan lebih banyak minyak mentah yang dapat dibawa untuk diolah di Indonesia. Pada 2019, PIEP menargetkan nilai tersebut meningkat menjadi 8 juta barel.
Dari sisi operasional bisnis, PIEP konsisten terus menerapkan prinsip prudent operation dan melakukan inovasi-inovasi.
Kapasitas PIEP sebagai operator di lapangan Menzel Lejmet North (MLN), Aljazair juga ditunjukkan melalui suksesnya kegiatan pengeboran pertama di kawasan Gurun Sahara pada Juni 2018.
Proyek pengembangan Phase-4 di Aljazair ditargetkan mampu meningkatkan kinerja operasi. PIEP juga telah mencapai ISRS 8 Level 5, Zero Fatality & No Lost Time Injury sejak perusahaan beroperasi pada 2013.
Advertisement
SKK Migas Minta Pertamina Segera Jual LNG Muara Bakau
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) meminta PT Pertamina (Persero), untuk segera menjual kargo gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG) Muara Bakau. Ini guna menghindari risiko kelebihan muatan tangki.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Wisnu Prabawa Taher mengatakan, Kargo LNG yang di pasok dari lapangan Muara Bakau berpotensi mengalami kelebihan muatan (high inventory). Hal tersebut disebabkan oleh Pertamina sebagai pembeli yang ditunjuk meminta perubahan jadwal pengapalan kargo di Mei 2019.
"Perubahan tersebut akan berdampak terjadi potensi kelebihan stok gas karena tidak terserap (unmanageable high inventory) di Kilang Bontang pada akhir Mei 2019," kata Wisnu, di Jakarta, Rabu, 22 Mei 2019.
Wisnu mengungkapkan, untuk mengantisipasi hal tersebut, SKK Migas telah berkoordinasi dengan Pertamina sebagai pihak penjual LNG dan Kilang Bontang untuk melakukan mitigasi, antara lain mendesak Pertamina untuk tetap mengambil kargo LNG Muara Bakau sesuai dengan jadwal.
Kemudian mempersiapkan hal teknis untuk menghindari kelebihan stok gas di Kilang Bontang dan mencegah terjadinya penurunan produksi gas dari Muara Bakau untuk mengerem laju Pasokan gas ke kilang Bontang.
"Hingga saat ini SKK Migas terus berupaya melakukan mitigasi dan menjaga monetisasi gas bumi dengan maksimal, guna memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk pemerintah," tandasnya.