Liputan6.com, Jakarta - Setiap tahun, tradisi mudik selalu menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu jelang Hari Raya Idul Fitri. Terlebih, bagi seorang perantau atau pekerja, momen berkumpul bersama keluarga di kampung halaman akan sangat menyenangkan setelah kurang lebih setahun di perantauan.
Berbagai moda transportasi bisa digunakan untuk melakukan perjalanan mudik, seperti naik bus, pesawat, kapal laut, ataupun kendaraan pribadi seperti mobil.
Baca Juga
Advertisement
Namun, pilihan terakhir tersebut, masih banyak menjadi andalan dengan berbagai alasan, meskipun akan sangat menguras waktu dan tenaga pergi menggunakan mobil ke kampung halaman.
Melakukan perjalanan ke kampung halaman, di momen lebaran, dengan kondisi lalu lintas yang tidak bisa ditebak akan menjadi kegiatan yang sangat melelahkan.
Selama berjam-jam, pengemudi harus berkonsentrasi melihat jalan dan kendaraan lainnya agar tidak terjadi kecelakaan.
Dijelaskan Rifat Sungkar, Pendiri Rifat Drive Labs, ketika berkendara tanpa berhenti alias tidak dalam kondisi macet, maksimal hanya tiga jam, setelah itu disarankan untuk beristirahat.
"Kalau berkendara terus dan tidak berhenti, sebaiknya maksimal tiga jam. Tapi kalau berhenti alias dalam kondisi bisa sampai empat jam," jelas Rifat kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Kadar oksigen dan air
Sementara itu, pria yang juga pereli nasional ini menyarankan, ketika melakukan perjalanan mudik Lebaran jangan berpikir untuk cepat sampai.
"Itu salah, kita harus berpikir selamat, bukan cepat sampai. Sepanjang perjalanan harus enjoy," terang suami dari Sissy Priscillia ini.
Sementara itu, berkendara saat mudik Lebaran untuk menjaga konsentrasi ada dua kunci, yaitu kadar oksigen dan air. Jika keduanya berada di titik 80 persen, maka konsentrasi saat mengemudi sangat baik.
"Triknya, saat mengemudi siang hari diusahakan tidur saat istirahat. Tidak usah lama-lama, cukup setengah jam sampai satu jam untuk restart body," pungkasnya.
Advertisement